Chapter 7 - Gara gara Dennis

320 25 7
                                    

ps; pic Aghna Valerie Yusuf on multimedia, guys!:)

*

Setelah pelajaran Pak Tarmiji usai, aku memasukkan semua buku dan antek-anteknya ke dalam tas, tiba-tiba saja Retta membuka suara.

"Deev, gue minjem buku catetan biologi lu dong buat temen gue. Catetannya belom lengkap, dia tadinya mau minjem ke gue tapi gue masih ada yang belom lengkap juga, hehe."

Aku mengeluarkan buku catetan biologiku yang terselip di antara beberapa buku pelajaran hari ini, lalu aku menyodorkannya pada Retta. "Nih, Rett."

"Pinjem gapapa, ya? Besok langsung dibalikin kok," ujarnya yang sudah menerima buku catetan biologiku. Aku mengacungkan jempolku,

"Siip, lagian besok gak ada pelajarannya ini kan," balasku yang sudah siap-siap untuk berdiri dan menggamit tasku. Sejurus kemudian, Dennis muncul dari barisan paling belakang bersiap-siap untuk pulang dan pamit kepada kami berdua.

"Oi oi, gue duluan ya mau jenguk Tante gue lagi nih di Rumah Sakit."

Aku dan Retta menoleh ke arahnya. "Anaknya cewek apa cowok, Denn?" tanya Retta.

"Cewek. Aaah bayinya unyu binggooo, kayak kakak sepupunya nih." Dennis mengedipkan matanya berkali-kali yang membuatku dan juga Retta mual seketika.

"Jijay lo! Hahaha," tukasku yang langsung menjitak kepalanya, ia hanya meringis ringan.

"Yaudadeh, pokoknya  gue duluan ya guys, bhay!" pamitnya disusul dengan tangannya yang entah seolah mengibaskan rambutnya padahal tidak bisa, atau melambaikan tangannya sekali tanda pamitan.

"Gue juga duluan ya, Deev. Lo pulang bareng kakak lo kan?" Aku membalasnya dengan mengagguk, lalu Retta keluar kelas seraya melambai-lambaikan tangannya.

Beberapa detik setelah kepergian Dennis dan Retta, aku berniat untuk pergi ke kelas 10 MIA 1.

Ternyata sudah ada Rian dan Athallah yang berdiri tegap di depan pintu kelasnya. Loh? Zavier di mana? Biasanya kan mereka selalu bertiga.

Ah. fokus, fokus pada rencana.

Belum sempat aku mengeluarkan suara, Rian cepat-cepat menyapaku,

"Deeva! Baru aja gue mau ke kelas lo, gimana? Hari ini lo gak mau kemana-mana, kan?" Tepat seperti dugaanku kemarin. Aku hanya membasahi bibirku yang telah kering sedari tadi.

"G-gue–"

"Eh, ada Deeva. Ngapain ke sini? Pasti nyariin gue, ya?" Athallah menyeringai dengan jahil. Aku tertawa mendengus.

"Tapi sayangnya gue bukan nyariin lo," jawabku dengan nada pura-pura sedih.

"Apaan si lo tole! Modus aja," sungut Rian pada Athallah.

"Tole?" gumamku sedikit keras, kuyakin Rian dan Athallah bisa mendengarku. Tiba-tiba saja Athallah menjauh beberapa langkah dari kami dan mengangkat panggilan teleponnya.

"Iya, panggil dia Tole aja, Deev jangan Athallah kebagusan," sahut Rian.

"Oiya, tadi lo mau bilang apa?" sambungnya.

"Gini, Yan, sorry banget hari ini gue gak bisa abis pulang ini gue mau pergi sama nyokap mau belanja bulanan, yah lo tau sendiri lah ini kan tanggal-tanggal muda biasalah emak-emak rempong minta ditemenin gitu," jawabku dengan satu tarikan nafas, lalu tersenyum garing. Entah seperti apa air mukaku saat ini aku tidak terlalu memperdulikan, semoga saja Rian percaya. Ia tampak berpikir, lalu beberapa detik kemudian ia mengeluarkan suara.

"Yah ... terus gue ajak siapa, ya?" Tanyanya lebih kepada diri sendiri. Mataku langsung membulat saat melihat sosok Aghna yang keluar dari dalam kelas.

"Ah! Sama Aghna aja, Yan. Lo ... gak keberatan, kan?" Aku menaikkan kedua alisku, harap-harap cemas. Tampak Rian yang melirik Aghna di sebelahnya, Aghna sendiri agaknya bingung dengan ucapanku barusan.

honey deeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang