7

5.7K 599 4
                                    

Yoongi dengan tergesa menutup lukisan itu dengan kain. Lalu ia tertawa kikuk sembari mengusap tengkuknya.

"Ah, itu–––" Yoongi menjeda ucapannya karena tiba-tiba saja ia kehilangan kata-kata. "seungri hyung, sepertinya aku tersesat. Aku ingin ke ruang kerja Tuan Jimin, ada berkas yang tertinggal untuk di rapatkan siang nanti."

Dia tidak dusta. Yoongi memang tersesat bukan? Hanya saja setelah tahu ini bukan ruang kerja pribadi Jimin, ia tak langsung pergi. Melainkan masuk karena rasa penasarannya yang tinggi.

Pria yang lebih tua menghela nafasnya walaupun ia masih mencurigai pengawal pribadi Jimin yang baru itu. Ia sedang mengontrol rumah ini dan terkejut mendapati ruangan yang harusnya tak boleh seorang pun masuk kecuali Jimin.

"Cepatlah keluar, aku akan mengantarmu ke ruang kerja Tuan Jimin."

Yoongi menatap lukisan yang sudah tertutupi kain putih tersebut. Lalu menatap piano yang tak sempat ia tutup dengan kain. Menghela nafasnya sebelum melangkah pergi ke luar dari ruangan.

Matanya melihat Seungri yang kembali menutup piano itu dengan kain lalu menyusulnya keluar. Menguci pintu itu dan memasukkan kunci ruangan tersebut di dalam saku celana bahannya.

Wajah datar pria itu adalah yang Yoongi lihat setelah pria itu berbalik setelah memastikan pintu itu tak terbuka.  "Lain kali, jangan masuk sembarangan. Jika kau tidak tahu dimana letak ruangannya, kau bisa menanyakan pada pelayan disini."

Yoongi berdehem sebelum menganggukkan kepalanya kaku. Lalu kakinya melangkah mengekori Seungri menuju ruang kerja pribadi milik Jimin.

"Masuklah dan cepat cari berkas itu." ucapnya setelah membukakan pintu untuk Yoongi walaupun ruangan tersebut tak terkunci.

Yoongi bergegas masuk ke dalam dan mengambil sebuah berkas yang hanya satu-satunya di atas meja. Setelah yakin jika itu berkas yang dimaksud, Yoongi dengan cepat keluar dari sana karena Seungri tengah mengawasinya di ambang pintu.

"Itu berkasnya?" tanya Seungri. Dan Yoongi mengangguk. Pria yang lebih tua itu mengangguk paham lalu segera menutup ruang kerja itu. "Pergilah, Tuan Jimin pasti menunggu berkas itu."

Lagi-lagi dengan tergesa Yoongi pergi dari sana, ia takut nanti Seungri kembali mengintrogasinya. Masuk ke dalam mobil dan kembali mengemudi menuju kantor milik Jimin.

Sayang sekali. Jika saja Yoongi lebih teliti, ia pasti akan terkejut melihat bagaimana foto yang pernah Jungkook lihat di wallpaper ponsel Jimin pun terpajang dalam bingkai foto kecil di ujung meja kerja itu.

Yoongi melangkah gontai setelah kotak besi itu membawanya menuju lantai atas. Dimana ruangan Jimin berada. Kakinya boleh saja melangkah, matanya mungkin masih bisa fokus ke depan. Namun pikirannya masih saja tertuju pada sebuah lukisan yang hampir serupa dengan dirinya.

Kenapa Jimin bisa menyimpan gambar itu? Atau malah pria tampan itu yang melukisnya sendiri. Lalu? Kenapa wajahnya ada disana, sedangkan mereka bahkan baru bertemu pertama kali beberapa hadir sebelumnya. Atau mungkin itu adalah wajah ibu dari si duo kembar, istri Park Jimin. Pantas saja, Hyunmin dan Minhyun menganggapnya adalah ibu mereka. Padahal wajah mereka serupa, namun tetap saja mereka tidak sama.

Langkahnya terhenti kala ia sudah berada di depan pintu ruangan Jimin. Tiba-tiba saja dadanya bergumuruh entah kenapa dan juga perutnya terasa mulas. Dengan tangan gemetar yang terkepal, Yoongi mengetuk daun pintu itu. Suara Jimin yang menyuruhnya untuk masuk, membuat dirinya terperanjat.

Dalam hati Yoongi menggerutu, ada apa dengan dirinya ini?

Menghembuskan nafas panjangnya, Yoongi segera masuk ke dalam ruangan.  "Tuan Muda, ini berkasnya." ucapnya sembari menyodorkan map berisi berkas-berkas yang Jimin pinta.

BEAUTIFUL BODYGUARD [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang