13. Morvena tergemas

6.1K 781 134
                                    

Sudah satu jam Nicole duduk di balkon kamar. Menatap kemana mata memandang. Jendela kamar ia kunci agar asap rokok yang ia keluarkan tidak mengganggu yang sedang tertidur pulas di dalam. Menghembuskan nafasnya berulang kali, Nicole mendesah pelan mengambil benda pipih di sebelahnya. Menekan panggilan pertama di ponselnya. Nicole tidak tau orang disana sudah tidur atau belum karena ini tengah malam.

Terdengar tiga kali nada panggil sebelum Nicole berkata. "Hallo?"

"Hallo? Gimana, Dek?"

Satu-satunya orang yang bisa menjawab semua keraguan Nicole saat ini. Kakaknya sendiri.

"Belum tidur?"

"Baru selesai kerjain tugas, ini baru mau tidur. Kenapa?"

Nicole menunduk. "Mau tanya sedikit, bisa?"

"Iya bisa,"

Nicole membasahi bibirnya. "Philophobia, jelasin gue tentang trauma itu,"

"Trauma takut jatuh cinta? Siapa emangnya?"

Nicole merilekskan tubuhnya ke belakang. Memejamkan kedua matanya. "Sebenarnya gue nggak pacaran sama Ansara, gue bohong."

"Iya tau, Mama sama Papa juga udah tau." Nicole tidak terkejut lagi, Keluarganya memang tidak bisa di bohongi. Bagaimanapun kalau Nicole dan Nicha berbohong akan ketahuan dari gerak-gerik tersendiri. "Kenapa? Ansara punya trauma itu?"

"Em," Nicole memijat alisnya. "Kak," Panggil Nicole pelan.

"Iya?"

Nicole terdiam lama sebelum berkata. "Apa kita bisa mencintai dua orang dalam waktu bersamaan?" Nicole menutup kepalanya dengan punggung tangan.

"Bisa, dek. Bahkan lebih dari dua." Nicha tersenyum di ujung sana. "Cinta itu terbagi dalam beberapa bagian. Cinta  yang kamu inginkan dan cinta yang kamu butuhkan. Kamu harus bisa membedakan. Sama halnya kamu cinta sama keluarga, kamu butuh keluarga, kan?"

"Kak," Nicole tidak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan.

"Coba adek renungkan dulu, mana yang benar-benar adek cintai. Tapi jangan lama-lama ya dek, kalau emang nggak bisa. Lebih baik tinggalkan, kalau emang adek benar-benar cinta, itu yang adek inginkan atau butuhkan. Semua dukung, adek udah dewasa untuk menentukan pilihan. Sebelum itu fikirkan terlebih dahulu, sebab dan akibat dari semua pilihan adek. Bukan untuk satu orang, tapi semuanya."

"Kak,"

"Bukan kakak nggak suka sama Alysta. Dia baik, cantik. Iya boleh, kita masih keluarga kalau adek pilih dia. Tapi kalau kakak boleh kasih saran, kenapa nggak kenal dulu sama Ansara? Adek bilang dia Philophobia, kan? Kamu udah ngelakuin apa sama dia?"

Nicole diam. Nicha seperti tau apa yang sudah Nicole lakukan.

"Bilang cinta? Gimana reaksi Ansara?"

"Sesak, dia kesakitan,"

"Kamu udah tau penyebabnya, kan? Philophobia adalah ketakutan akan jatuh cinta. Biasanya orang yang mengalami ini akan merasakan gejolak emosi yang berlebihan apabila dihadapkan dengan situasi yang berkaitan dengan cinta, baik itu di masa lalu atau di saat ini, dan bisa berkembang menjadi phobia kronis."

Nicole mendengarkan dengan seksama.

"Dia tidak berkeinginan untuk jatuh cinta, tanpa alasan apapun. Tidak ada ketertarikan dengan komitmen atau apapun. Hal ini juga memicu berbagai gejala yang dapat menyebabkan tubuh berkeringat, denyut jantung tidak teratur, sesak napas, perasaan takut, mual dan perasaan gelisah. Yang paling buruk adalah ketakutan akan cinta dan jatuh cinta yang membuat orang tersebut menjadi 'solitude' perasaan kesakitan akan kesendirian, kesepian, dan menjauh dari orang lain, atau tidak ingin bersosialisasi. Adek harus pahami dulu apa itu Philophobia,"

LIMERENCE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang