Karena sapaan semuanya berubah. Karena semakin dekat dia memilih pergi. Sesederhana itu.
-Aqila.*****
Pagi ini Aqila sangat bersemangat untik berangkat sekolah. Senyuman tak lepas dari wajah cantiknya, bahkan pertanyaan dari Adrian dan Nina dijawab seadanya saja tapi tak luput dengan senyuman.
"Qila kenapa senyum-senyum gitu sih dari tadi?" Ucap Nina menatap anak gadisnya dengan kening yang berkerut.
Adrian mengangguki ucapan Nina, "jadi serem senyum-senyum gitu." Ucap Adrian.
"Lagi seneng Ma, Pa." Ucap Aqila lalu memakan roti yang telah disediakan di hadapannya.
Adrian dan Nina saling pandang kemudian sama-sama mengangkat bahu tanda tak tahu apa yang membuat anak gadis mereka begitu senang seperti ini.
"Seneng kenapa? Dapet nilai tinggi?" Ucap Adrian yang langsung mendapat tatapan marah dari Aqila.
Karena perkataan Adrian itu senyum yang tadi terbit hilang begitu saja, "Papa ngejek aku ya?"
Nina memukul pelan lengan Adrian, "Papa ih masak ke anak gitu. Mana pernah Aqila dapet nilai tinggi."
Sontak saja Adrian dan Nina tertawa terbahak-bahak sedangkan Aqila menatap kesal ke arah kedua orangtuanya.
"Udah tau Qila otaknya gak kayak anak-anak yang lain. Bisa naik kelas aja udah beruntung banget." Ucap Aqila.
Adrian dan Nina menghentikan tawa mereka. Lalu Nina mengoleskan roti dengan selai lalu memberikan ke arah Aqila, "nih makan yang banyak. Udah naik kelas aja Mama seneng dengernya kok."
Aqila tersenyum mendengarnya, "terus Papa seneng gak?"
Adrian pura-pura berpikir, mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke dagu.
"Pa, Aqila serius ih!" Rengek Aqila.
Adrian tersenyum lalu mengacak pelan rambut anaknya, "Papa selalu bangga sama anak cantik Papa ini."
Senyuman Aqila kembali terbit, "Ma, Pa nanti Aqila sepulang sekolah mau jalan sama Rey. Boleh ya?"
Adrian dan Nina sama terkejutnya. Rey? Nama itu sedikit sensitif bagi mereka semua.
Seolah tahu keterkejutan dan kebingungan diwajah kedua orangtuanya Aqila langsung menjelaskan, "Rey ngajak jalan Aqila. Kita gak musuhan kok Ma, Pa. Walaupun udah putus ternyata kita masih bisa temenan." Ucap Aqila berbohong.
Tak ada pertemanan antara Aqila dan Rey, yang ada hanya Aqila mendekat lalu Rey menjauh.
Adrian dan Nina tersenyum senang.
"Jadi itu alesan kamu dari tadi senyum-senyum terus?" Tebak Nina.
Aqila mengangguk cepat.
"Bagus kalau gitu. Tapi ingat Qil, jangan sibuk pacaran aja. Belajar biar Papa sama Mama gak selalu ngejek kamu." Ucap Adrian sambil tertawa diikuti Nina.
Aqila membalas dengan tersenyum semangat, "iya Pa, Ma. Tenang aja. Aqila gak sebodoh dulu kok." Ucap Aqila lalu tertawa diikuti Adrian dan Nina.
Karena sudah jam, Aqila juga sudah tidak sabar untuk bertemu Rey di sekolah. Tanpa perlu mengulur waktu lagi, Aqila berpamitan kepada kedua orangtuanya. Aqila menaiki taksi online karena nantinya akan jalan bersama dengan Rey.
***
Baru saja turun dari taksi, hal pertama yang dilihat Aqila benar-benar membuatnya bahagia. Senyumannya tak pernah lupa diwajah cantik gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILA (COMPLETED)
Teen FictionDON'T COPY MY STORY!!! ***** Semua berawal dari masuknya Aqila ke SMA Bakti Bangsa. Banyak hal yang terjadi di luar rencana awalnya. Rencana awal Aqila masuk ke sekolah itu hanya satu, yaitu kembali melanjutkan hubungannya dengan Rey, sang mantan. N...