Perasaanku bukan mainan. Jika sudah hancur, akan sulit kau temukan kembali.
-Elano.*****
Aqila dan Elano menunggu di kursi panjang rumah sakit. Sudah 15 menit, tapi ruangan pasien belum juga dibuka.
Elano menyandarkan kepala Aqila kepundaknya, "jangan nangis terus, Rey pasti baik-baik aja, Qil!"
Mendengar itu Aqila bukannya berhenti menangis, tapi malah menjadi-jadi. Gadis itu terlalu sakit saat mengingat Rey luka karenanya.
Elano menghembuskan nafas lelah. Sudah berkali-kali dirinya menyuruh Aqila untuk berhenti menangis, namun yang ada tangisan Aqila makin menjadi-jadi, "Lo, gak salah Qil. Rey yang pengen buat nyelamatin lo."
Masih diposisi kepalanya dipundak Elano, Aqila bersuara, "gue seneng Rey dateng tapi bukan buat luka-luka gitu."
Elano mengelus puncak kepala Aqila, merasa bersalah karena telat menyelamatkan gadis itu, "gue yang salah, Qil! Maaf, gue telat datengnya!"
Aqila menggeleng, "jangan nyalahin diri lo sendiri, Lan. Gue aja yang banyak musuh."
Dokter yang menangani Rey keluar dengan tersenyum. Aqila dan Elano merasa lega melihat senyum itu.
"Rey baik-baik aja kan, Dok?"
Dokter itu mengangguk, "cuma keseleo, gak terlalu parah kok. Tapi jangan buat dia banyak gerak dulu ya."
Aqila dan Elano kompak mengangguk, "terima kasih, Dok!"
Awalnya Aqila ragu untuk membuka pintu ruang rawat itu, tapi dengan anggukan Elano dirinya memberanikan diri.
Rey sedang berbaring sambil menutup matanya. Aqila dan Elano mendekat lalu duduk di kursi di samping ranjang Rey.
Sebuah anggukan dari Elano membuat Aqila mendekatkan tangannya ke arah tangan Rey, "maaf!"
Rey sangat hafal tangan dan suara itu, dirinya membuka mata. Benar saja, itu Aqila dengan air mata yang membekas di pipi mulusnya.
"Maaf udah buat kamu harus jadi luka-luka begini!"
Masih di posisi berbaring, Rey bersuara, "jangan bilang bokap sama nyokap tentang kejadian hari ini!"
Tampak sebuah kerutan di kening Aqila, "kenapa? Kalo kamu kenapa-napa nanti gimana? Kamu harus kasih tau Tante Helen biar bisa ngurusin kamu dengan baik, Rey."
"Udah ngomongnya?"
Elano kesal sendiri dengan sikap Rey yang terlalu cuek dengan Aqila, "lo bisa gak sih menghargai cewek?"
Aqila melirik ke sampingnya, lalu menatap tajam agar Elano menutup mulutnya.
Tentu saja Elano menurut, "ya udah gue keluar aja, males disini! Panes!" ucap Elano kemudian beranjak pergi.
Aqila kembali fokus kepada Rey yang ada di hadapannya, "mau aku pijitin gak?"
Rey menggeleng.
"Mau makan?"
Rey menggeleng.
"Mau minum?"
Rey menggeleng.
"Terus kamu maunya apa Rey?"
Rey duduk dari posisi terbaringnya, "lo pergi dari sini!"
Ini bukan waktunya bagi Aqila untuk merasa sakit hati dengan ucapan Rey, "tunggu kamu enakan, baru aku pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILA (COMPLETED)
Fiksi RemajaDON'T COPY MY STORY!!! ***** Semua berawal dari masuknya Aqila ke SMA Bakti Bangsa. Banyak hal yang terjadi di luar rencana awalnya. Rencana awal Aqila masuk ke sekolah itu hanya satu, yaitu kembali melanjutkan hubungannya dengan Rey, sang mantan. N...