Kehidupan saja bisa berubah, apalagi hati. Jangan menunggu, jika dia tak berbalik berarti dia tak lagi menginginkanmu.
-Aqila*****
Pagi ini Aqila merasakan pegal-pegal diseluruh tubuhnya. Mungkin efek kelelahan menghadapi sikap Rey atau mungkin juga kelelahan membopong Elano yang berat.
Aqila mengambil susu dan roti di meja makan, lalu memakannya tanpa menunggu lebih lama lagi. 3 menit, roti dan susu habis.
"Ma, Pa, roti sama susu udah habis. Aqila berangkat dulu ya. Berangkat bareng Elan. Assalamualaikum."
Adrian yang sedang di depan tv mencari dasinya yang entah kemana dan Nina yang sedang di dapur mencuci piring kompak menjawab, "titip salam ke Elano ya, Qil."
Aqila yang masih bisa mendengar ucapan Papa dan Mamanya hanya bisa geleng-geleng kepala, "bukannya jawab salam. Malah titip salam ke Elano."
Baru saja tiba di depan gerbang, Elano sudah berdiri tegap di sebelah mobilnya tak lupa dengan senyuman manis andalan Elano.
Setelah pulang mengantar Elano pulang, Aqila mengirim pesan agar Elano menjemputnya besok. Ternyata Elano menepati janjinya bahwa akan menjemput dirinya. Aqila yakin Elano pasti canggung dan bingung dengan situasi saat ini.
Aqila tersenyum, lalu melangkah mendekat ke arah Elano. "Pagi, Elan!"
Elano bingung dengan situasi ini. Dia mengingat bahwa Aqila yang kemarin menjemputnya di club, tapi apa Aqila tak marah lagi dengannya?
"Jawab kek!" Ucap Aqila sesantai mungkin, agar situasi tidak canggung lagi.
Elano menggaruk kepalanya yang tak gatal, "eh, tumben pagi-pagi udah cerah?"
Aqila memanyukan bibirnya, "setiap hari gue cerah kali!"
Elano mengangguk mengalah, lalu membuka pintu mobil untuk Aqila.
Baru saja Aqila ingin bersuara, Adrian dan Nina sudah lebih dulu bersuara.
"Elano, jagain Qila ya." Ucap Adrian sambil memberikan jempol kearah Elano.
Nina juga ikut menimpali, "nanti kalau pulangnya malem gak papa kok."
Detik itu juga Aqila langsung mengajak Elano untuk masuk ke mobilnya.
"Pamit dulu, Om, Tante." Ucap Elano sebelum masuk ke mobilnya.
***
"Besok gue jemput lagi, mau?" Ucap Elano membuka pembicaraan saat menuju ke kelas.
Aqila mengetuk-ngetuk dagunya, pura-pura berpikir, "hmm, gimana ya?"
"Ya udah kalau gak mau, bensin gue jadi aman."
"Eh? Jangan gitu dong. Kalau boleh sih setiap hari lo jemput gue, bisa gak?" Ucap Aqila disertai tawanya.
Kini berbalik Elano yang pura-pura berpikir. Dengan cepat Aqila memukul pelan lengan Elano, "gak usah sok mikir. Padahal mah suka jemput gue tiap hari."
Aqila sungguh tahu perasaan Elano. Jelas saja dirinya sangat bahagia, kapan lagi bukan?
"Suka sih. Pake banget juga sih, hahaha." Ucap Elano dengan tertawa nyaring.
Aqila juga ikut tertawa melihat sahabatnya sudah kembali seperti awal.
"Astagfirullah." Kaget Aqila saat sebuah tangan menggandeng lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILA (COMPLETED)
Novela JuvenilDON'T COPY MY STORY!!! ***** Semua berawal dari masuknya Aqila ke SMA Bakti Bangsa. Banyak hal yang terjadi di luar rencana awalnya. Rencana awal Aqila masuk ke sekolah itu hanya satu, yaitu kembali melanjutkan hubungannya dengan Rey, sang mantan. N...