Part 2

1.6K 271 11
                                    

Pria itu memandangi ponselnya cukup lama. Apa iya dirinya harus menghubungi orang itu, sekarang atau nanti? Ia menghela napas, bingung. Jika di tunda-tunda lagi. Akan membuatnya bertambah gelisah. Dengan memantapkan hati. Ia menekan nomor yang ingin di hubunginya. Terdengar suara nada sambungan telepon. Nada ketiga baru seseorang itu menjawab.

"Hallo?" orang yang dihubunginya menjawab. Pria itu terdiam sesaat mendengar suara pemilik nomor. "Hallo?" ulangnya.

"Hallo, ini Lidya Prasastri?"

"Apa?" Gadis itu terbengong-bengong bagaimana orang lain tahu nama lengkapnya. Apa ini dari pinjaman online? Temannya yang meminjam, serunya dalam hati. Atau penipuan lainnya??

"Ini nomor Lidya kan?"

"Ini siapa ya?" Lidya justru berbalik menanyakan.

"Kaen.. "

"Kaen?" Lidya mulai berpikir. Dirinya tidak memesan kain. Dan untuk apa pula kan. "Saya nggak pesan kaen, Mas." Lidya bertambah bingung. "Sepertinya salah.. "

"Kaendra, itu nama saya," ucap cepat pria itu memotong ucapan Lidya.

"Oh, saya kira .." Lidya tertawa sendiri. "Maaf Mas, abis namanya lucu." Terdengar gadis itu masih tertawa. Di tempatnya Kaendra memutar bola mata, jengkel Lidya menertawakan namanya. Ia berdehem, sontak menghentikan tawaan Lidya. Pria itu bingung sendiri harus bicara apa lagi. "Jadi ada apa ya telepon saya? Dan dari mana Anda tau nomor dan nama saya?"

"Dari seseorang," ucap Kaendra singkat.

"Siapa?"

"Bisa kita, ketemu?" ucapnya cepat.

Lidya sudah mulai curiga. Ia tidak mungkin sembarangan menyetujui pertemuan tersebut. Zaman sekarang banyak yang aneh-aneh. Kenalan di sosial media berakhir dengan kehilangan nyawa atau pemerkosaan. Gadis itu seketika waspada. "Ketemu?"

"Ya," terdengar helaan dari pria yang bersuara berat itu.

"Maaf sebelumnya, kita nggak kenal. Dan aku juga nggak tau kamu dapet nomorku dari mana. Tiba-tiba kamu minta kita ketemuan, apa itu nggak aneh?"

"Kamu kenal Nadia?"

Seketika Lidya terkejut. Nadia adalah sahabatnya yang telah meninggal 2 tahun lalu. Hatinya mencelos, ptiba-tiba perasaan sedih menderanya. Nadia meninggal karena kanker otak. Lidya yang selalu mengunjungi selama di rumah sakit sampai sahabatnya itu menghembuskan napas terakhirnya.

"Hallo?"

"Ya?" suara Lidya berubah serak. Ia tidak bisa menahan air matanya ketika mengingat Nadia. Gadis itu menggigit bibirnya agar isakannya tidak terdengar. "Maaf, aku nggak tau kalau kamu koleganya Almarhumah Nadia."

"Wajar kamu pasti kaget, aku menghubungimu dan tiba-tiba ingin bertemu." Kaendra menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.

"Ya, itu benar." Lidya melakukan hal yang sama. Agar kesesakan di dadanya berkurang.

"Saya kakaknya Nadia," ucap pria itu memberitahukan namanya. Ia mulai berkata formal kembali.

"Kakak?" bisik hati Lidya. Nadia tidak pernah menceritakan kakaknya yang bernama Kaendra. Yang ia tahu Nadia mempunyai dua kakak perempuan itu saja. Tidak ada kakak laki-laki sepengetahuannya. "Tapi Nadia.. " ucapnya tertelan.

"Nadia nggak pernah menceritakan saya? Saya udah tau. Dia nggak akan membicarakan saya pada siapa pun. Saya tau akan itu.. Bisa kita ketemu?"

Lidya menghela napas, "ini terlalu tiba-tiba. Bisa kita bicarakan nanti? Sudah waktunya aku mengajar." Ia membutuhkan waktu untuk menelaah semua ini. Kenapa kakak Nadia meneleponnya dan ingin bertemu. Ia pun masih sanksi, apa benar pria yang meneleponnya saat ini adalah Kaendra, kakak Nadia?

Big Heart (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang