Part 9

1K 209 7
                                    

Hari pertama kerja Lidya harus bisa beradaptasi. Ia bersyukur pegawai-pegawai di tempat Yusman ramah-ramah. Sehingga ia nyaman berkerja di sana. Semalam ia mempelajari bagaimana cara kerja asisten pengacara. Untuk masalah komputer, ia cukup mahir. Sehingga tidak ada masalah untuk mengetik atau menyalin dari komputer. Dan ia harus mengangkat telepon lalu menyambungkannya ke ruangan Yusman.

"Apa semua baik-baik saja?"

Lidya tersenyum saat membaca chat dari Kaendra. Ia segera membalasnya.

"Semua aman."

Bibir Kaendra menipis setelah mendapatkan balasan dari Lidya. Ia menyenderkan punggungnya ke kursi. Tidak sengaja matanya melihat sebuah foto keluarga di atas meja kerjanya. Senyuman itu memudar. Mengingat bahwa dulu kebahagiaan keluarganya di atas penderitaan orang lain. Ibunya telah merebut ayah Nadia dari keluarganya. Mereka menikah diam-diam sampai ibunya hamil dan melahirkan dirinya. Andai saja ia bisa memilih, mungkin Kaendra tidak mau dilahirkan dari orangtua yang telah menghancurkan kehidupan orang lain. Sampai saat ini ia merasa terbebani. Kata-kata kasar dari keluarga Nadia selalu terdengar di telinganya.

Bertahun-tahun hidup ibu Kaendra bersikap semuanya biasa saja. Meskipun pernikahannya tanpa restu dari istri pertama suaminya. Dan saat Kaendra SMA terjadilah, istri pertama sang ayah menyambangi rumahnya dengan amarah yang tidak bisa di bendung lagi. Garasi rumah Kaendra di tabrak dengan sengaja. Dan terjadilah keributan. Umpatan demi umpatan tertuju untuk ibunya. Dari sanalah Kaendra tahu jika ayah yang selama ini ia banggakan ternyata tidak lebih dari seorang pecundang. Ayahnya menikah dengan ibunya karena menginginkan seorang anak laki-laki. Ibunya pun salah, mau menerima suami orang yang menjadi ayahnya.

Kini ia ingin menebus semuanya, mengembalikan kebahagiaan orang lain. Nadia pernah menemuinya untuk berkenalan. Ia berbeda dengan kakak-kakaknya yang tidak menyukai Kaendra. Bertahun-tahun ia tidak bertemu sampai sebuah surat permohonan terakhir Nadia datang. Ketika Nadia sudah meninggalkan dunia ini. Hati pria itu terketuk untuk menyanggupinya sebagai balasan di masa lalu. Meskipun kedua orangtuanya sudah tiada. Ia ingin merubah pandangan orang meskipun sangat sulit.

Permintaan Nadia akan ia lalukan untuk menjaga Lidya. Gadis yang menjadi sahabat adik tirinya. Dari surat tersebut, Nadia menceritakan bagaimana sifat dan betapa baiknya gadis itu. Dan Nadia telah menikamnya dari belakang. Ia tidak ingin Lidya merasa sendiri setelah apa yang telah di perbuatnya. Nadia ingin sahabatnya itu bahagia.

***

Kantor Yusman hanya beda beberapa lantai dengan kantor Kaendra. Mereka menyewa di tempat yang sama. Persahabatan mereka terjalin sejak kuliah. Di mana Kaendra membiayai pendidikannya sendiri. Setelah ia mengetahui jika ayahnya mempunyai dua istri. Egonya tidak mau meskipun ayahnya tetap berjanji akan memenuhi kebutuhannya. Kaendra menolak, justru ia bekerja sambil kuliah. Yusman dan Bima mengetahui keluarga Kaendra. Hidup itu butuh perjuangan. Begitupun Kaendra, Yusman dan Bima. Hingga seperti saat ini, banyak air mata dan juga pengorbanan. Tidak ada yang sia-sia. Kaendra memiliki perusahaan properti sendiri. Yusman mempunyai Firma hukum dan Bima membangun sebuah agensi.

"Mas, ini kopinya." Lidya membawakan secangkir kopi pesanan Yusman. Ia sedang memeriksa laporan kliennya.

"Makasih, Lidya."

Tokk... Tokk.. Tookk..

Keduanya menoleh ke pintu. Kaendra sudah berdiri di ambang pintu. "Waktunya makan siang," ucapnya sambil melihat jam di tangannya.

Yusman mendelik, "gue tau. Lidya, kamu makan siang dulu aja. Tuh, sama pacar kamu. Puas lo?" ucapnya sebal pada Kaendra.

"Mas Yusman nggak makan?" tanya Lidya. Wajah Kaendra tiba-tiba berubah datar saat gadis itu memanggil si play boy dengan embel-embel 'Mas' sedangkan dengannya tidak. Hanya 'Kamu' padahal pria itu lebih tua dari Lidya.

Big Heart (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang