"Maaf, Dok. Pasien di ruang 234 kejang-kejang Dok." kata Suster yang baru saja masuk ke dalam ruangan Aldi.
"Ok, saya akan kesana. Kamu duluan saja." titah Aldi.
"Baik, Dok."
"Ran, kamu bisa pulang sendiri?" tanya Aldi sembari memakai jas kebanggaannya.
"Bisa kok kak. Saya pulang kak." pamit Rania dan pergi meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Aldi bergegas pergi ke ruang pasiennya.
Rania berjalan melewati koridor rumah sakit, sudah puluhan ruangan yang ia lalui. Walaupun kakinya masih sedikit sakit, Rania paksakan untuk berjalan. Rania melirik sekilas salah satu ruangan yang bagus menurutnya. Ia pun mendekati ruang pasien VIP no 51 itu.
Ia melihat seseorang yang familiar baginya di dalam ruang pasien itu. Rania memberanikan diri masuk kedalam ruangan itu tanpa mengetuk pintu itu. Seorang cowok didalam itu membalikkan badannya melihat siapa yang masuk kedalam ruang ini. Seketika cowok itu membeku di tempat saat tahu Rania lah yang masuk ke dalam ruangan ini.
"Itu siapa... kak Felix?" tanya Rania mendekati Felix. Di dalam ruangan itu ada Felix bersama wanita paruh baya yang terbaring di brankar itu.
"Itu Mama gue." jawab Felix dan beralih melihat ke arah wanita paruh baya yang terbaring di brankar.
"Mama...." gumam Rania yang tidak jelas.
"Duduk aja di Sofa, Ran. Btw lo udah baikan, Ran?" tanya Felix.
"Udah kak." jawabnya sedikit bingung. Sebab ia bingung kenapa felix tahu keadaan dirinya. Rania pun duduk di sofa yang di tunjuk oleh Felix tadi. Felix juga duduk di Sofa tepat berada di samping Rania.
"Siapa yang udah bully lo?" tanya Felix spontan.
"Nggak ada kak." jawab Rania bohong sembari tersenyum palsu.
"Gue tau lo di ancam sama orang yang bully lo." ucapan Felix membuat Rania menegang seketika.
"Kak...kakk... Tau siapa yang bully aku?" tanya Rania terbata-bata.
"Yang bully lo pasti nggak jauh sangkut pautnya sama Raka. Right?" balas Felix.
"Maaf kak aku udah bohong sama kakak," ujar Rania tulus.
"Nggak papa gue tau... rasa takut lo sekarang membuat diri lo nggak punya pilihan selain menutupi orang itu." balas Felix.
"Terimakasih kak."
"Hm."
"Kak aku boleh nanya? Mama kakak sakit apa?" tanya Rania lembut.
"Mama gue koma, Ran. Karena jatuh dari tangga rumah gue," jawab Felix sembari memejamkan matanya mengingat kepingan memori saat kejadian mamanya jatuh.
"Jatuh karena apa kak?" tanya lagi Rania.
"Karena di dorong sama orang yang iri sama kehidupan Mama gue," ujar Felix.
"Ohw gitu. Kakak yang sabar ya... Aku akan selalu berdoa untuk kesembuhan Mama kak Felix," ucap Rania sambil menyunggingkan senyumnya.
"Terimakasih, Ran."
"Sama-sama, kak."
"Lo mau gue antar pulang?" tawar Felix.
"Nggak usah kak aku bisa pulang sendiri." tolak Rania halus sembari berdiri dari tempatnya.
"Gue tau kaki lo masih sakit ayo biar gue antar pulang." ucap Felix sembari berdiri dan mengandeng tangan Rania mengajak Rania keluar dari ruang inap mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR BENGGALA
General Fiction[[Sebagian Part Di Private]] Berawal dari taruhan dan keingintahuan yang besar terhadap seorang gadis yang begitu familiar di kehidupannya. Raka Damian Axelle atau biasa di panggil Raka terjebak sebuah permainan dan rencana bodoh yang dibuat oleh sa...