29) Sakit

69 23 3
                                    

Seseorang menghampiri meja mereka dengan senyum mengejek. Ia pun duduk di sebelah Felix dan mencoba menggoda Felix yang tengah menahan emosi karena kehadiran dirinya.

"Ternyata bad boy sekolah kita lagi dating sama cinta pertamanya nih." celetuk Adam dengan senyum jahilnya.

"Gue nggak lagi dating!" sanggah Felix.

"Iya kak kita nggak lagi dating." balas gadis itu dengan tersenyum manis.

"Masa sih kok gue curiga ya?" tuding Adam dengan tampang curiga.

"Pergi lo!! ganggu aja disini." usir Felix yang jengah dengan adanya keberadaan Adam.

"Ohw berarti gue ganggu ya, etss... tunggu dulu kalo lo kerasa keganggu berarti benar lo lagi dating nih?" goda Adam.

"Pergi nggak?!" bentak Felix.

"Santuy napa sih nggak usah sarkas gitu." sewot Adam dan berlalu pergi ke meja yang lain.

"Lo tau kan gue siapa?" tanya Felix kepada gadis didepannya.

"Elo... Yang selalu ngelindungin Rania dari gue." jawabnya santai.

"Lo tau kan konsekuensinya kalo lo ganggu dia apa, hmm?" tanya Felix dengan menatap tajam gadis itu.

"Gue nggak peduli lo mau ngapain gue. Yang jelas balas dendam gue harus terbalaskan!"

Setelah mengucapkan itu gadis itu berdiri dan pergi dari hadapan Felix. Tapi baru beberapa langkah gadis tersebut menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya dengan tersenyum licik kepada Felix.

"Gue saranin lo untuk hentikan Rania ngedeketin Raka untuk kebaikan dia sendiri. Dan juga lo harus ikut andil dalam permainan yang Raka buat sendiri." ucapnya yang di akhiri senyum manisnya dan ia pun pergi meninggalkan Felix yang mematung mendengarkan penuturan gadis itu.

Selang beberapa detik Felix beranjak dari tempat duduknya dengan tergesa-gesa meninggalkan Cafe tersebut. Adam yang menyaksikan drama singkat antara Felix dengan seorang wanita bersama Felix tadi hanya bisa cengok dan kebingungan. Ia tidak bisa mendengar percakapan antara mereka alhasil dirinya hanya bisa memantau dari kejauhan dan disuguhkan dengan adegan drama singkat mereka.

"Mereka kenapa sih?"






***

Malam hari

Malam ini sangat sunyi sekali di kamar Rania. Sejak tadi mamanya mengetuk pintu kamar Rania untuk mengajak Rania makan malam tetapi usaha mamanya nihil Rania tak kunjung keluar dari kamarnya.

"Rania... Ayo keluar... Ayo kita makan malam bersama." teriak Mamanya sembari mengetuk pintu kamar Rania.

Tidak ada sahutan dari dalam kamar Rania. Mama Rania menghela napas berat bahwa anak semata wayangnya itu tidak mau keluar dari kamarnya sejak sore tadi. Mamanya yang mulai lelah pun ingin kembali ke meja makan keluarga, gerakan langkah kaki mama Rania terhenti karena sang suami menghampirinya.

"Nggak mau keluar, Ma?" tanyanya dan berdiri tepat di depan pintu kamar Rania.

"Dari tadi Mama udah teriak tapi Ranianya nggak mau keluar, Pa," balas Mama Rania.

"Mama udah ambil kunci serep kamar Rania?" Tanya Papa Rania sambil sekali- kali berusaha membuka kamar Rania.

"Belum, Pa. Tunggu ya biar Mama ambilkan dulu kuncinya."

Mama Rania pun pergi mengambil kunci cadangan kamar Rania yang terletak di meja rias di dekat tangga. Setelah menemukan kunci cadangan kamar Rania, Mama Rania pun langsung mempercepat langkahnya dan memberi kunci itu kepada Papa Rania.

DEAR BENGGALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang