01

88 4 3
                                    

"Ben, hasil kerja kelompok kemaren ada di kamu kan?" Tanya perempuan yang duduk di sebelahku.

Aku menatapnya, lalu mengangguk.
Kemudian, ia tersenyum canggung.

"Ada lagi orang yang sedingin itu" Katanya pelan, tetapi masih terdengar oleh telingaku.

Iya, bukan sekali atau dua kali orang orang menyebutku seperti itu. Dingin atau Iceman adalah sebutanku. Bukan tanpa sebab, mereka menyebutku seperti itu karena aku yang selalu sendirian dan irit bicara.

Nama asliku adalah Bernard Kusuma Dinata. Seorang pria dengan muka datar, tubuh tinggi dan tatapan tajam membuat siapapun yang berbicara denganku akan merinding.

Cita citaku untuk menjadi seorang pianis profesional menuntunku bersekolah di SMK Harapan 1.

Dari kecil, kedua orang tuaku sudah membawakan pelatih piano profesional ke rumah.

Didikan yang keras, membuat diriku jarang untuk membuat sepatah kata yang pada akhirnya terbawa hingga sekarang.

Sedikitnya teman dan sulitnya bersosialisasi, menjadikan diriku harus belajar seorang diri

Akan tetapi, ada seorang perempuan yang sering sekali mengganggu diriku. Sasya Dewi Pratama namanya.

Bisa dibilang, dia adalah satu satunya orang yang tidak menyerah untuk berteman denganku.

Hampir setiap hari, dia selalu menggangguku. Tapi tetap saja, aku tak menghiraukan itu.

"Ben, makan yuk? Di kantin ada makanan yang enak tau, siapa tau kamu suka" Ujar Sasya mendatangiku.

Dengan rasa malas, aku menggeleng. Dengan muka masamnya, dia mulai menarikku. Memaksa diriku untuk pergi ke kantin.

"Ayolah! Kalau cuman di kelas doang, gimana kamu mau berubah, Ben?! Mumpung ada makanan enak ben!" Rengeknya.

Aku hanya bisa menghela nafas.

"Yaudah, ayo" Ucapku seraya melangkahkan kakiku menuju kantin.

"Yes! Karena aku berhasil ngebujuk kamu, kamu jajanin aku ya?" Tanyanya sembari menggodaku.

Aku menatapnya tajam, seperti aku akan membunuhnya.

Dia tertawa seraya berkata.

"Ben, kamu kalau lagi marah lucu tau"

Aku hanya terdiam, berusaha untuk tak menghiraukan apa yang diucapkannya.

Baru saja aku membuka pintu kantin, aku dapat melihat kerumunan manusia yang memenuhi kantin.

"Ben, kamu mau apa? Biar aku pesenin. Kamu nyari tempat duduk gih" Tanya Sasya.

"Baso" Ucapku seraya meninggalkan Sasya.

Sasya tersenyum lalu berkata.

"Nyari tempat duduk yang bener ya!"

Aku terus mencari tempat duduk. Setelah mencari agak lama, akhirnya aku mendapatkan tempat duduk. Memang berada di pojok, tetapi tempat itu yang menurutku strategis.

Aku kembali memainkan ponselku karena aku tau, menunggu Sasya  membeli makanan akan jauh lebih membosankan.

Setelah beberapa lama, mulai terlihat badan mungil Sasya diantara kerumunan orang sembari membawa semangkuk baso.

"Nih ben, baso pesenan kamu. Aku gak tau bumbunya apa aja, jadi kamu bumbuin sendiri aja, Ok?" Ucapnya sambil mengemut permen.

Aku hanya terfokus pada basoku. Aku bahkan tak mendengar apa yang di ucapkan Sasya. Aku mulai mengambil sendok dan mulai memberikan bumbu kedalam baso.

Sasya tersenyum lalu berkata, "Ben, kamu kalau masalah makanan pasti nomor 1. Apa gak ada gitu, hal selain makanan yang bikin kamu tertarik?"

Mendengar hal itu, aku yang sedang enak enaknya makan baso langsung tersedak. Aku mengambil air minum dan melihat Sasya mentertawakan aku.

"Aku cinta kuliner. Tapi bukan cuman kuliner yang bisa ngebuat aku tertarik. Masih ada hal hal lain yang ngebuat aku tertarik. Gini deh, kalau kamu bisa nebak 5 hal lagi, You can be my friend" Ucapku omong kosong.

Sasya yang mendengar hal itu langsung kegirangan.

"Baiklah, kalau gitu aku bakal nyari 5 hal lainnya. Untuk sekarang, anggep aja basonya aku traktir. Ok, bye" Ucapnya sambil mengambil langkah seribu meninggalkanku sendirian di kantin.

"Coba aja kalo bisa" Ucapku pelan sembari meninggalkan kantin.

Pulang sekolah pun akhirnya tiba. Koridor sekolah nampak sepi setelah bunyi bel pulang berdering beberapa saat yang lalu.

Dari kejauhan, aku dapat mendengar suara langkah kaki yang sangat cepat.

"Jangan bilang ini Sasya" Ucapku dengan tampang kusut.

Dan ternyata benar, Sasya sedang berlari menuju ke arahku.

"Ben!! Kita kuliner yuk? Aku denger di sekitar sini ada toko kue baru buka, kita coba yuk" Teriaknya.

Mendengar hal itu, aku ingin sekali mengamuk. Aku mencoba mengatur nafasku dan berusaha bersikap normal.

"Gak bisa, aku ada acara" Ucapku datar sambil berjalan meninggalkan Sasya.

"Ben, Tunggu!"

I Am HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang