03

35 3 2
                                    

"Disuruh sama mamah" Ucapku singkat.

Sasya terdiam. Terlihat bahwa dia kesal mendengar jawabanku. Aku pun menghela nafas lalu memasukkan ponselku kedalam tas.

"Kita coba restoran deket dulu aja" Ucapku seraya mengangkat tas.

Sasya merasa kegirangan seraya berkata.

"Yes! Ok, aku traktir kamu. Soalnya kan, aku yang ngajak. Oh iya ben, aku disuruh ngasih ini ke kamu. Dari ibuku tuh" Ucapnya sembari memberi kantong kresek hitam.

"Apaan?" Ucapku.

Aku membuka kantong kreseknya dan mendapati sebuah gantungan kunci berbentuk seperti kucing.

"Kucing? Buat apaan?" Tanyaku.

"Ini tuh buat di tas kamu, biar tas kamu gak suram" Ucapnya seraya memakaikannya ke tasku.

Setelah sasya selesai, kami pun bergegas ke tempat makan dekat sekolah.

Seperti biasa, sasya hanya melihat sekeliling tanpa memulai percakapan apapun. Lalu, akupun terpikir untuk memulai percakapan.

"Tujuanmu ngedeketin aku apa sih?" Tanyaku.

Sasya terkejut mendengarnya.

"Tumben kamu nanya duluan, biasanya juga aku yang nanya duluan" Jawabnya.

"Kalau gak mau jawab juga gpp" Ucapku.

"Tujuan aku? Simple sih, cuman pengen jadi temen kamu doang. Soalnya aku ngeliat kamu sendiri mulu kalau di kelas" Jelasnya.

Aku tak melanjutkan percakapan karena aku bingung akan menjawab apa selanjutnya. Kemudian, Sasya bertanya.

"Terus, kenapa kamu sendirian aja di kelas? Padahal kan, temen temenmu itu rame rame. Mainlah sama mereka" Ucapnya.

"Gak tau, gak nyampe aja frekuensi aku sama mereka" Ucapku.

Lalu, langkahku terhenti di depan sebuah rumah berwarna putih.

"Ini tempat makannya" Ucapku.

"Rumah siapa ini ben? Lagian, ini bukan tempat kayak rumah makan gitu ben" Ucapnya.

"Kamu mau nyoba makanan rekomendasi dari aku kan? Kalau gitu, kita mulai dari rumahku" Ucapku seraya menarik tangan Sasya.

Sasya terkejut mendengar perkataanku. Dia tak bisa berbuat apa apa saat aku menarik tangannya untuk masuk kedalam rumahku.

"Mah, Nana pulang" Ucapku.

"Nana?" Ucapnya pelan.

"Iya, nama panggilanku di rumah" Ucapku.

Mamahku datang menghampiriku seraya berkata.

"Udah pulang na? Gimana sekolahnya? Wah, bawa siapa nih?" Ucap mamahku.

"Ini Sasya. Katanya, mau nyoba masakan mamah" Ucapku.

Terlihat muka Sasya yang memerah.

"E-eh? Enggak kok tante. Tadinya Sasya mau minta saran dari ben untuk restoran yang makanannya enak, tapi malah di bawa kesini" Jelas Sasya.

"Berarti, maksud nana kan masakan terenak tuh pasti dirumah, ya kan na??" Ucap mamah menggodaku.

"Apaan sih" Ucapku seraya meninggalkan mamah dan Sasya.

Aku langsung pergi ke kamarku dan berganti baju dan membawa beberapa buku.

Saat aku hendak ke ruang tamu, terlihat mamah dan Sasya sedang mengobrol. Aku berinisiatif pergi ke dapur untuk membuat minuman.

Aku berusaha mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Oh iya tante, sejak kapan Bernard dipanggil Nana? Lucu banget nama panggilannya" Ucap Sasya.

"Waktu dia masih kecil. Katanya, biar keliatan kayak orang pinter" Ucap Mamahku.

Entah mengapa, mendengar percakapan mamah dengan Sasya membuatku geram.

Setelah selesai, aku langsung membawa minuman yang kubuat serta buku yang kubawa ke ruang tamu untuk Sasya.

"Ehm, asik bener" Ucapku seraya menaruh minuman dan buku yang kubawa.

"Ok, kalau gitu, tante ke dapur dulu ya, mau masak buat Sasya" Ucap mamahku.

"Buat aku enggak?" Tanyaku.

Mamahku hanya menggeleng pertanda tidak. Aku hanya menghela nafas dan mengambil buku yang kubawa lalu membacanya.

"Eh ben ka-"

"Nana aja. Kamu juga udah tau kan nama panggilan aku dirumah" Ucapku.

"Ok? Na, kamu gak ngerasa aneh gitu?" Tanya Sasya.

"Aneh? Kenapa? Gara gara kita berduaan diruang tamu tanpa diawasi sama mamah dan ayahku?" Ucapku.

Mungkin kata kata yang aku ucapkan adalah kesalahan. Setelah aku mengatakan hal itu, terlihat muka Sasya yang memerah dan tingkah lakunya yang mulai agak sedikit aneh.

"Daripada gitu, mending baca buku ini deh" Ucapku seraya memberikan buku yang aku pegang.

"Buku apa ini na?" Tanya Sasya.

"Baca aja dulu" Ucapku.

Sasya mulai membaca buku yang aku berikan. Dia terlihat cantik apabila sedang diam dan fokus membaca.

"Sya, sejak kapan kamu jadi cantik?" Ucapku.

"Hah? Perasaan, aku emang cantik deh" Ucapnya.

"Serius, kamu kalau lagi diem cantik. Tapi kalau lagi banyak omong, cantiknya ilang" Ucapku sembari berjalan menuju dapur.

"N-na" Panggil Sasya.

"Hm?"

"A-apa aku lucu juga kalau lagi diem?" Tanya Sasya.

"Menurutku..."

I Am HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang