11

13 2 0
                                    

Tiba tiba Sasya mengelus kepalaku.

"Enggak ah, gak jadi, nanti aja ceritanya" Ucapnya.

"Dih? Dasar cewek plin plan" Jawabku.

Aku dapat melihat muka Sasya yang terlihat kesal. Aku menggelengkan kepala.

"Hadeuh, yaudah, pokoknya nanti cerita sama aku" Ucapku.

Sasya pun tersenyum. Tak berselang beberapa lama, Aldo pun datang.

"Eh sya, lagi ngobrolin apa nih?" Tanya Aldo.

"Ngobrolin berat badan Sasya yang katanya naik" Ucapku.

Sasya memukulku dan berbisik.

"Darimana kamu tau kalau berat badan aku naik?"

"Bapak gw dukun" Jawabku.

Sasya kembali memukulku. Walaupun pukulannya tak terasa sakit, tapi aku yakin bahwa dia memukulku berulang kali.

"Biasanya sakit kalau mukul" Ejekku.

Setelah berucap seperti itu, entah mengapa aku merasakan hawa negatif di sekitarku.

"Ran, lu ngerasa merinding gak sih?" Tanyaku.

Aldo menunjuk kearah sasya dengan wajah khawatir. Aku melihat ke arah sasya. Dia yang awalnya bertingkah layaknya anak kecil, sekarang berubah seperti macan yang ingin memangsa buruannya.

"A-ah Sya? Bisa diomongin dulu gak?" Ucapku.

"Dasar gak tau diri!" Ucapnya seraya memukulku sangat keras.

Setelah hal tersebut, sasya benar benar marah kepadaku. Bahkan pada saat istirahat, dia seperti berusaha menghindar dariku. Aku berusaha untuk meminta maaf kepadanya, tapi usahaku sia sia. Pada akhirnya, aku menulis sebuah surat lalu aku titipkan ke teman kelasnya sasya.

"Semoga aja di baca sama dia" Ucapku.

Aku pun pergi ke kelasku karena pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Saat berada di lorong, aku melihat sebuah poster yang menarik perhatianku.

"Festival musik sekolah? Sejak kapan sekolah kita ngadain begituan?"

Aku pun langsung berlari menuju ruang guru. Saat aku sampai di depan ruang guru, entah mengapa tanganku tak mampu untuk membuka pintu. Aku pun mengambil nafas panjang.

"Hayo, kamu bisa" Bisikku.

Aku membuka pintu ruang guru dan berusaha mencari Bu Gita. Saat sedang mencari Bu Gita, aku melihat sosok Sasya sedang berbincang dengan wali kelasnya.

"Ngapain dia ngobrol sama Bu Hendrik?" Ucapku.

Aku melanjutkan mencari Bu Gita dan ketemu.

"Maaf bu, mau nanya, di sekolah kita bakal ngadain festival?" Tanyaku.

"Iya, emangnya kenapa ben?" Ucap Bu Gita.

"Ah bu, saya mau ikutan berpartisipasi boleh gak bu? Saya mau main piano" Ucapku.

"Boleh, nanti ibu bilang ke panitianya ya" Ucap Bu Gita.

"Siap bu, terima kasih bu" Ucapku seraya meninggalkan Bu Gita.

Aku pun berjalan menuju pintu keluar.

"Jadi, kamu ikut partisipasi juga?" Bisik seseorang.

Karena terkejut, aku spontan menengok kebelakang.

"Sasya? Bikin kaget aja. Iya, aku ikutan, kenapa?? Dan juga, ngapain kamu ngobrol sama Bu Hendrik?" Ucapku.

"Ikut pastisipasi Festival" Ucapnya.

"Hah? Kenapa gak bilang?" Ucapku seraya menarik tangan Sasya menuju Bu Gita.

"Bu, maaf ngeganggu lagi, saya bakal berkolaborasi bareng sama Sasya bu, anak didiknya Bu Hendrik" Ucapku.

"E-eh na? Kenapa tiba tiba?" Bisik Sasya.

"Tenang ca, kalau kita berdua, pasti bisa" Balasku.

Muka sasya berubah menjadi merah.

"S-sejak kapan kamu manggil aku ca?" Tanya Sasya.

"Ssstttt"

"Jadi gimana bu? Boleh kan?" Tanyaku.

"Nanti ibu bilang Bu Hendrik dulu, besok ibu kasih tau lagi ya" Ucap Bu Gita.

"Siap bu" Ucapku seraya menarik tangan sasya keluar ruangan.

Setelah keluar ruang guru, sasya menarik tangannya.

"Aku minta penjelasannya" Ucap Sasya.

"Penjelasan apa?" Tanyaku.

"Pertama, kenapa kamu mau ikut berpartisipasi, bareng aku lagi. Kedua, kenapa kamu tiba tiba manggil aku ca. Ketiga" Ucap Sasya.

Tiba tiba, sasya memukul kepalaku.

"Aduh"

"Jangan tiba tiba narik tangan cewek, kalau dia baper gimana?" Lanjutnya.

"Ya maap, aku mau ikutan itu festival tuh kan gara gara bisa nunjukin bakatku, terus juga kamu jago main biola bahkan kamu bisa nyanyi, makanya aku ajak kamu" Ucapku.

"Dan juga, tentang panggilan kamu, aku ngerasa boleh aja kalau aku manggil kamu ca" Lanjutku seraya meninggalkan Sasya.

"Bisa bisanya kamu buat cewek baper ya" Ucap Sasya seraya mengejarku.

***

Sekolah pun telah usai, aku membereskan buku dan memasukkannya ke tas. Aku pun bergegas menuju kelas sasya dan menunggunya keluar kelas. Entah mengapa, hari ini aku merasa sangat bersemangat.

Setelah beberapa lama, kelas sasya pun usai. Aku pun memberi kode kepada sasya untuk mendekatiku.

"Kenapa na?" Tanya Sasya.

"Ca, hari ini latihan yuk?" Ucapku.

"Hah? Ngedadak gini?" Ucap Sasya.

"Iya, untuk masalah tempatnya mah aku tergantung kamu yang pilih" Ucapku.

Sasya menghela nafas.

"Tadinya, aku mau main sama temen temenku na" Ucap Sasya.

"A-ah, yaudah atuh ca, kamu main aja, biar aku latihan sendiri di rumah" Ucapku.

"Serius gpp na? Untuk lagunya, mau make lagu apa? Biar aku juga latihan" Ucap Sasya.

"Someone You Loved? Atau apa ya?" Ucapku seraya berpikir.

"Yaudah, dari kamu Someone You Loved, kalau dari aku mah lagu Location Unknown" Ucapnya.

"Ok, jadi kapan mau latihan? Besok?" Tanyaku.

"Besok aja ya na? Aku mau main sama temen temen soalnya" Ucap Sasya.

"Ok, siap"

I Am HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang