04

22 3 1
                                    

"Gak. Kamu makin di sanjung malah makin ngelunjak soalnya" Ucapku.

Terlihat wajah Sasya yang kesal mendengar jawaban yang aku berikan.

"Udah, masakannya udah mau jadi. Hayu ke ruang makan" Lanjutku.

Sasya akhirnya mengikuti langkahku ke dapur. Saat perjalanan menuju dapur, aku melirik kearah piano lama yang berada di pojok ruang makan.

"Kenapa kamu na?" Tanya Sasya.

Aku terus melirik ke arah piano itu dan tanpa sadar, kakiku melangkah menuju piano itu.

"Na? Mau ngapain kamu?" Tanya sasya.

Aku tak menghiraukan ucapan sasya. Aku mulai duduk di kursi dan mulai memencet tuts demi tuts. Aku mulai memainkan lagu It Will Rain yang di nyanyikan oleh bruno mars.

"Nana emang gitu sya, kalau udah liat piano gak pernah ngehirauin omongan orang" Ucap mamahku.

Memainkan lagu dengan penuh penghayatan membuat diriku meneteskan air mata.

Perlahan, Sasya mendekatiku. Menyentuh pundakku yang membuat diriku tersadar dan berhenti memainkan piano. Sasya memelukku dan berkata.

"Udah udah, masa laki laki nangis sih" Ucap Sasya.

"A-aku..."

Sasya memelukku semakin erat.

"Udah ah... Sssttt"

Aku tak bisa berbuat apa apa. Seakan akan, energi didalam diriku terserap habis oleh lagu yang telah aku mainkan.

"Maaf nih tante ganggu, tapi makanannya udah siap nih" Ucap mamahku.

Muka kami memerah dan mulai berjauhan satu sama lain.

"M-makan tuh, kamu yang pengen kan? Udah dimasakin Daging cita rasa tuh" Ucapku.

Sasya mengangguk. Kami pun duduk di meja makan dan mulai melahap makanan yang ada di meja.

"Gimana? Enak gak sya?"Ucap mamahku.

"Enak kok tante" Balasnya.

Aku dapat melihat sasya menikmati makanan yang dimasak sama mamahku. Entah mengapa, aku merasa sangat senang melihatnya.

"Ehm! Dipandang teros!!!" Ucap mamahku.

Mendengar hal itu, aku pun tertawa.

"Mah, mending mamah ikut makan bareng sasya" Ucapku.

Percakapan terus berlangsung hingga makanan yang dimasak mamah habis tak tersisa. Aku pun mulai membereskan meja makan, mamah dan sasya sedang asik mengobrol sembari mencuci piring bekas makan tadi.

Setelah semuanya selesai, aku mengantarkan sasya ke depan pintu rumah.

"Makasih ya na untuk hari ini. Aku baru tau kalau kamu orangnya asik" Ucap sasya.

"Jangan kegeeran, bukan berarti aku gak akan bersikap dingin lagi" Jawabku.

"Iya deh iya, gimana Prof. Nana aja" Ucapnya.

Aku merasa kesal dan mengepalkan tangan. Ingin rasanya memukul wajah perempuan tersebut.

"Udah, pulang sana" Ucapku.

"Yaudah, aku pulang dulu ya, jangan kangen" Ucapnya sembari tertawa kecil.

"Hmmm"

Sasya pun berjalan menuju arah pulang.

Disaat aku hendak menuju kamarku, mamahku teriak dari ruang tamu.

"Lho, kok gak dianter pulang? Ada motor tuh, Takut rumahnya jauh" Ucap mamahku.

"Eh? Iya ya? Sasya rumahnya dimana?"

Aku pun bergegas mengenakan jaket dan helm serta mengambil kunci. Aku pun menyalakan motor dan menyusul sasya.

Di tengah jalan, mulai terlihat badan mungil sasya. Aku turun dari motor lalu mendekatinya dan berkata.

"Kalau kedinginan jangan dipaksain, nih jaket, kamu pulang dianter aku. Jangan ngeyel, jangan nolak" Ucapku seraya memberikan jaket dan helm.

Sasya terkejut. Terlihat dimukanya bahwa dia merasa senang aku datang untuk mengantarnya.

"Makasih na, tau aja kalau lagi kedinginan" Ucapnya sambil naik keatas motor.

Tak banyak percakapan terjadi saat diperjalanan dan hari pun berakhir dengan begitu cepat.

Keesokan harinya, aku bersekolah seperti biasa. Tak ada perubahan yang benar benar berarti, tetap dengan kesendirian, hanya saja si mungil nan ngeselin itu tetap saja mengganggu waktu istirahatku.

"Na, kantin yuk? Laper nih" Ucapnya.

"Mau sampe kapan kamu gangguin aku?" Tanyaku.

Belum sempat dia menjawab pertanyaanku, salah seorang temanku berkata.

"Ciah, masih jam 10 nih, udah romantis aja" Ucapnya.

Aku reflek melihatnya dan memberikan tatapan dingin dan mengerikan.

"Kita ke kantin sya, aku males berhadapan sama orang orang gak punya otak" Ucapku seraya menarik tangan sasya.

Sasya hanya pasrah dan mengikuti jalan yang aku buat.

Dilorong sekolah, aku melihat seorang laki laki dengan seragam sekolah yang berbeda menuju ke ruang guru.

"Sya, pindah sekolah di tengah semester begini emang boleh?" Ucapku.

"Enggak tau sih, emang kenapa?" Ucapnya.

"Gpp" Jawabku singkat.

Saat hendak membuka pintu kantin, ada seseorang yang memanggil sasya dari kejauhan.

"Heh kembu!" Ucap orang tersebut.

Sasya berbalik dan terkejut.

"Kok kamu bisa ada disini sih?!"

I Am HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang