12

15 2 0
                                    

Aku pun memutar badanku lalu berjalan menjauh dari Sasya.

Saat aku sampai di lorong sekolah, aku bertemu dengan Aldo.

"Eh ben, lu abis darimana?" Tanya Aldo.

"Ketemu sasya untuk nentuin jadwal latihan, kenapa?" Ucapku.

"Kagak, nanya doang" Ucap Aldo.

"Yaudah, gw duluan ya" Ucapku seraya meninggalkan Aldo.

Aku tak paham dengan perasaanku saat ini. Pikiranku benar benar kacau saat itu.

Saat berada di depan gerbang sekolah, aku melihat seorang perempuan kecil yang wajahnya mirip seperti Sasya. Aku pun mendekati perempuan tersebut.

"Maaf dek, lagi nungguin siapa?" Tanyaku.

"Ah kak, lagi nungguin teteh pulang, namanya Sasya, Sasya Dewi Pratama, kakak tau?" Ucapnya.

"Oh, lagi nunggu sasya, katanya dia mau pergi main sama temen temennya" Ucapku.

"Oh gitu ya kak? Yaudah, aku nunggu teteh biar aku bisa ikut sama teteh" Ucapnya sambil tersenyum.

"Oh iya, nama adek siapa? Kalau nama kakak, Bernard Kusuma Dinata" Ucapku.

"Namaku Raisa, Raisa Enggar Dirgantara. Salam kenal ya kak" Ucapnya.

"Iya, salam kenal juga" Ucapku.

"Raisa udah makan belum? Kakak beliin makanan ya?" Ucapku.

Dia hanya mengangguk. Aku pun pergi ke warung untuk membeli makanan.

"Bu, saya minta roti satu ya, berapa bu?" Ucapku.

"2000 den" Ucapnya.

Aku pun memberikan uangnya dan kembali ke Raisa.

"Nih" Ucapku seraya memberikan roti yang tadi ku beli.

"Makasih kak" Ucapnya seraya menundukkan kepalanya.

"Yaudah, kakak pulang dulu ya?" Ucapku seraya meninggalkan Raisa.

Setelah mengambil beberapa langkah, Raisa menggenggam tanganku.

"Hmm? Raisa kenapa?" Tanyaku.

Dia tak menjawab pertanyaanku.

"Yaudah deh, kakak tungguin dulu disini" Ucapku.

Dia pun tersenyum kepadaku.

"Oh iya, Raisa tuh kelas berapa?" Tanyaku.

"Aku? Kelas 9 dong kak, bentar lagi aku bakal masuk ke sekolah ini" Ucapnya dengan penuh semangat.

"Sama kayak kakakmu berarti?" Tanyaku.

"Pastinya dong" Ucapnya.

Aku pun tersenyum.

Setelah beberapa lama, aku dapat melihat Sasya dari kejauhan.

"Kakakmu tuh, datengin gih" Ucapku.

Raisa mengangguk dan berlari ke arah Sasya. Setelah itu, aku pun pergi dari tempat tersebut.

"Kalau punya adik cewek kayaknya rame deh"

Setelah mengalami perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya aku sampai di rumah.

"Nana pulang" Ucapku.

"Nana dah pulang? Mau makan dulu gak?" Tanya Mamahku.

"Enggak, nana mau langsung latihan" Ucapku seraya berjalan menuju di kamarku.

Setelah selesai ganti baju, aku pun langsung menuju ruang makan untuk berlatih.

"Katanya mau latihan" Ucap Mamahku.

"Pianonya kan di ruang makan" Ucapku datar seraya melanjutkan langkahku menuju ruang makan.

Aku pun duduk di kursi dan mulai mengeluarkan Ponsel untuk melihat tangga nada lagu yang sudah di sepakati.

"Jam 17.36" Ucapku.

Aku pun mulai menekan satu per satu tuts piano. Perlahan tapi pasti, aku mulai hafal dan mulai bisa memainkan lagu Someone You Loved. Tanpa sadar, mulutku mulai mengucapkan lirik lagu tersebut.

Setelah beberapa lama, aku pun mulai mahir dengan lagu tersebut. Tiba tiba, mamahku memanggil.

"Na, gak bakal makan? Udah jam setengah 8 eh"

"Hah? Perasaan baru bentar nana latihan ni piano" Ucapku.

"Hadeuh, udah makan dulu" Ucap Mamahku.

"Nanti mah, lagu satunya juga belum, kata orang, latihan itu jangan setengah setengah" Ucapku.

"Sejak kapan kamu dengerin kata orang na?" Tanya mamahku seraya tertawa.

Aku pun melanjutkan latihan. Saat hendak mencari lirik lagu Location Unknown, tiba tiba aku mendapat pesan dari Aldo.

Aldo : Ben, sibuk kagak?

Bernard : Latihan untuk festival, napa?

Aldo : Kagak, kirain kagak sibuk, soalnya tadi gw chat Sasya kayak yang nyantai.

Bernard : Kecapean mungkin, udah gw mau latihan lagi, doain aja kagak ketiduran.

Aldo : Hah? Emang lu biasanya kalau ada festival, latihan sampe berapa jam?

Bernard : Tergantung tingkat kesulitan. Makin sulit dipelajari, makin lama gw latihan

Aku pun kembali mencari lirik lagu Location Unknown dan mengabaikan pesan dari Aldo. Setelah membaca lirik lagu dan memahami liriknya, aku pun mencari tangga nada dan mulai menekan tuts piano.

Entah mengapa, saat aku mulai lancar memainkan lagu Location Unknown, aku teringat sosok Caca yang membuat konsentrasiku buyar.

"Astaga, apa yang aku pikirin??"

Aku pun mencoba kembali lagu tersebut dan hasilnya tetap sama.

"Mungkin lu kecapean na" Ucapku.

Aku pun mengakhiri latihanku dan kembali ke kamarku.

Keesokan harinya, aku pergi bersekolah seperti biasa. Melihat manusia manusia yang sama lagi. Dan seperti biasa, aku dapat mendengar langkah kaki Sasya menghampiri kelasku.

"Pagi na" Sapa Sasya.

"Pagi ca" Ucapku datar.

"Kamu kenapa na? Kayak yang gak ada semangat hidup gini" Ucapnya seraya memiringkan kepalanya.

"Udah latihan belum?" Tanyaku.

"E-eh? U-udah kok, kemaren aku latihan" Ucap Sasya.

Aku pun bertanya kepada Aldo.

"Ran, waktu lu chat Sasya, keliatannya dia lagi latihan atau enggak?"

"Lah? Kok lu nanya gw?" Ucapnya seraya melihat Sasya.

"Dia keliatan santai sih, menurut gw itu juga" Lanjutnya.

"Jadi, gimana? Kamu latihan atau enggak ca?" Tanyaku.

Sasya pun menundukkan kepalanya.

"Maaf na"

I Am HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang