Part 8

2.4K 111 13
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca....


Bel pulang sekolah berbunyi. Aku segera memasukkan buku ke tas ranselku, lalu beranjak berdiri. Juga Seli, sahabatku itu menyusul di belakangku.

Seli menghampiri Ali, "Ali, apa hari ini kamu ada acara??" Seli basa-basi bertanya
"Aku selalu dirumah, Seli, kamu tau persis itu, apa yang kamu harapkan? Aku jalan-jalan bersama kedua orang tuaku? Begitukah??" Ali mengeluh, berjalan di lorong sekolah.
"Apa kamu keberatan kalau aku dan Raib berkunjung kerumahmu?" Seli memastikan.
"Yeah, tentu saja boleh, kalian bisa kapanpun datang kerumahku, ayo cepat" Ali berseru pelan.

Kami terus berjalan keluar sekolah, tiba d depan gerbang kami menunggu angkot yang biasa kami tumpangi.

Kami duduk berjejer, aku duduk di pinggir, Seli duduk di tengah. Kami memperhatikan jalan yang padat.

Angkot yang kami tumpangi berhenti di dekat rumah Ali, setelah membayar ke sopir angkot, kami segera kerumah Ali.

"Selamat siang Tuan Muda, Nona Raib, Nona Seli.." sambutan hangat satpam rumah Ali.
"Selamat siang, pak.." aku dan Seli berbarengan menyambut sapaan. Sedangkan Ali, dia hanya diam saja, sangat tidak sopan. Dasar sombong.

"Ra, Seli, kalian ke basement dulu, nanti aku menyusul." Ali menuju ke arah belakang, sedangkan aku dan Seli masuk ke basement rumah Ali.

Kami sudah terbiasa disini, selalu banyak benda-benda setengah jadi yang entah apa kegunaannya, hanya Ali yang tau.

"Seli, kenapa kamu mendadak mengajak kerumah Ali? Bahkan kamu tidak memberitahuku sebelumnya" tanyaku setelah tiba di basement Ali.
"Sudah lama kita tidak kesini, Ra, aku juga ingin pinjam tabung yang diberikan Av, aku ingin membaca-baca tentang Klan Matahari, tanah kelahiran leluhurku" Seli menjelaskan.
"Kenapa kamu tidak pinjam Ali saja, kamu bisa membawanya pulang" Aku memberi saran
"Tidak apa-apa, Ra, kita sudah lama tidak berkunjung kesini kan?" Seli nyengir.

Aku menahan napas, mendongak menatap sekitar, seandainya basement ini lebih rapi, pasti menyenangkan bisa mempunyai ruangan pribadi seluas ini.
Aku tersenyum.

"Apakah kamu disini hanya akan memperhatikan basementku sambil tersenyum sendiri, Ra??" Tiba-tiba Ali sudah berada di sampingku, tertawa berisik.
"Tentu saja tidak!" Jawabku,
Ali nyengir lebar. "Dari tadi aku memperhatikanmu, kamu hanya melihat ruangan ini sambil tersenyum".

Aduh, aku jadi salah tingkah. Aku yakin wajahku semakin merah padam.
Seli di sebelahku tertawa keras sekali.
Aku mengembuskan napas pelan. Dasar menyebalkan!

"Ali, apakah aku boleh pinjam tabung dari Av, aku ingin membaca tentang Klan Matahari" Seli berkata, semangat.
"Tentu saja boleh, Seli." Ali tertawa pelan, kemudian menyiapkan tabung dari Av.

Seli menghabiskan sisa hari dengan duduk membaca di proyeksi transparan.
Aku menemaninya, lebih banyak diam.

Aku lupa belum memberitahu Mama kalau aku pulang terlambat, pasti Mama akan mengomel. Segera ku ambil ponsel, mengirim pesan ke Mama

Raib
Ma, Ra pulang terlambat, pergi kerumah Ali bersama Seli

Mama
Iya, Ra,
Mama minta maaf tidak memberitahumu,
Tantemu sakit, Mama harus membawanya kerumah sakit,
Mama akan beri tahu Papa nanti kalau pulang sekalian menjemputmu dirumah Ali.
Mama minta maaf

Raib
Iya, Ma tidak apa-apa
Ra, akan menunggu Papa

Mama
Kamu jangan pulang sebelum Papa menjemputmu ya nak, Mama tidak mau kamu dirumah sendirian.

Aku mengeluh pelan, beranjak berdiri, mengambil air minum yang sudah di sediakan Ali.

"Ada apa, Ra?" Seli menoleh menatapku
"Mamaku tidak dirumah, aku pulang harus menunggu Papa menjemputku". Aku mengeluarkan puh pelan.
"Apa kamu mau pulang bersamaku, Ra, sebentar lagi Mama akan menjemputku" Seli menawarkan tumpangan.
"Terima kasih Seli, tapi aku harus menunggu Papa, aku tidak boleh dirumah sendiri, itu pesan Mama" aku tersenyum menatapnya.

Tepat pukul 5 sore, Mama Seli menjemput Seli. Aku mengantar Seli sampai gerbang depan.
"Hati-hati Seli." Aku melambaikan tangan.
"Dah, Ra, Ali jaga Raib baik-baik yaa" Seli tersenyum jahil.
Aku melotot memperhatikan dari kejauhan. Jika saja tidak ada Mamanya sudah pasti ku jitak kepalanya.

"Ra, apa kamu tetap mau disini? Aku mau masuk ke dalam" Ali berseru sambil meninggalkanku.
Aku mengikutinya dari belakang, segera menjajari Ali. Ali melirikku tajam.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, belum ada tanda-tanda kehadiran Papa menjemputku.
"Ra, kamu yakin tidak ingin mandi? Kalau kami mau, kamu bisa meminjam bajuku." Ali sepertinya tahu kalau aku merasakan gerah.
"Mungkin sebentar lagi Papa datang Ali, sebaiknya aku menunggu saja. Terima kasih sebelumnya" aku tersenyum tulus.
"Baiklah kalau itu maumu, Ra, mungkin sebaiknya kita makan malam dulu, Ra." Ali menawarkan.
"Iya, Ali, aku juga sudah lapar" aku tertawa pelan.

Kami makan malam bersama, sepertinya aku bisa merasakan kesendirian Ali, hampir setiap hari dia makan sendirian. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya. Aku setiap hari makan bersama Mama dan Papa, Mama yang multitasking, bisa mengerjakan dua sampai tiga pekerjaan sekaligus di dapur, Papa yang tidak pernah kehabisan topik mengobrol saat makan malam. Itu hiburan tersendiri bagiku, sedangkan Ali, dia hanya sendirian dirumah sebesar ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, belum ada tanda-tanda Papa datang menjemputku, aku tidak kuat lagi menahan kantuk, sebelum mataku benar-benar terpejam, samar-samar aku mendengar suara Ali mengucapkan 'selamat tidur putri bulanku' sambil mengelus rambutku pelan.

***

Haiii, maafkan karena baru bisa update sekarang, banyak pekerjaan yg harus segera di selesaikan ✌✌

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya,
Kritik dan saran sangat diharapkan, agar author bisa membuat cerita yg lebih baik lagi kedepannya.... 😉😉😉

#maafkan typo dimana2 ✌

Raib & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang