Part 10

2K 106 15
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca....

Tak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi nyaring, aku segera mengemas buku pelajaranku, begitu juga dengan Seli.

Tampak para murid berhamburan keluar kelas, satu dua masih setia di kelas mereka.

Bruuugghh.....

Seseorang menabrakku dari belakang, membuatku terjatuh.

"Aduuuh..." Keluhku

"Maaf maaf, aku tidak sengaja, maafkan aku..." Sesalnya seraya mengulurkan tangan berusaha membantuku.

"Ahh iya tidak apa-apa.." Ujarku menahan sakit.

"Hei kalau jalan lihat-lihat dong, temanku jadi jatuh kan!!" Seli berusaha membelaku.

"Hei, aku sudah minta maaf, yang di tabrak saja tidak marah, kenapa kamu yang marah-marah." Gumamnya tidak terima.

"Sudah-sudah, kenapa kalian malah bertengkar, Seli sudah aku tidak apa-apa... Ayo kita pulang" Aku berusaha menarik tangan Seli...

"Ehm, kamu yakin tidak apa-apa? tanganmu berdarah, mungkin sebaiknya kita ke UKS dulu, aku akan mengobati lukamu..." Dia menawarkan bantuan.

"Tidak usah, aku tidak apa-apa kok, kami permisi dulu yaa.." Jawabku

"Kalau sampai temanku kenapa-kenapa, awas yaa!!" Teriak Seli sarkas..

"Heiiii, siapa nama kamu, namaku Dika kelas 12... cepat sembuh yaa..." Balasnya sambil berteriak.

Aku menoleh ke belakang sebentar lalu mengangguk.

"Ra, kamu kok memaafkan dia, jelas-jelas kamu terluka seperti itu.." Sepanjang jalan Seli terus saja menggerutu.

"Sudah, Sel, tidak apa-apa hanya luka sedikit.."  Hiburku.

***

Cuaca siang ini sangat terik, untung saja angkot yang kami tumpangi tidak begitu ramai, tapi tetap saja di dalam angkot terasa pengap.  Sial sekali kami dapat angkot yang sopirnya sangat cerewet.

Kami turun di depan rumah besar Ali.  Walaupun sudah sering kesini tapi tetap saja setiap berkunjung aku selalu merasa kagum.  Bagaimana tidak, rumah Ali sangat besar, berkali-kali lipat dari rumahku.

"Selamat siang Pak,, apakah Ali ada dirumah??"  Tanya Seli kepada penjaga rumah Ali.

"Selamat siang nona Seli, nona Raib.. Tuan muda Ali dari tadi tidak keluar dari basementnya, mungkin sedang mengerjakan sesuatu. Silakan masuk nona.." Jawab penjaga sambil membukakan gerbang.  

"Terima kasih Pak.." Balas kami kompak

Kami di antar sampai ke depan pintu basement, padahal tanpa di antar pun kami sudah hapal letak basement rumah Ali.

Kami mengetuk pintu basement, lama tidak ada sambutan, akhirnya kami memutuskan untuk masuk.  Dan pemandangan di dalam basement sangat luar biasa, Ali mengubah langit-langit basement seperti langit malam hari, penuh bintang dan bulan purnama yang bersinar terang.  Entah bagaimana si biang kerok ini membuatnya, tapi ini seperti langit sungguhan.  Benar-benar luar biasa.

"Jadi kamu tidak berangkat sekolah karena membuat ini??"  Tanyaku takjub melihat hasil karya Ali.

"Iya, Ra, bagaimana menurutmu?" Ali minta pendapat

"Keren.."  Jawabku sambil tersenyum.

"Terimakasih, Ra," Ali tersenyum.  Entah kenapa kalau melihat dia tersenyum hati ini terasa menghangat.

"Maaf mengganggu acara tatap-tatapan kalian, tapi tangan Raib butuh di obati" Seli segera menarik tanganku, dasar mengganggu moment saja, batinku sebal.

"Lho, Ra, tanganmu kenapa??" Ali terlihat cemas dan langsung melihat tanganku.

"Hanya luka sedikit, aku tidak apa-apa" Jawabku

"Bagaimana bisa kamu bilang tidak apa-apa, tanganmu berdarah, Ra!" Jawab Ali khawatir.

Segera Ali mengobati lukaku, dan Seli hanya melihat kami dengan tersenyum jahil.  Awas saja nanti.

"Kenapa bisa seperti ini, Ra?" Tanya Ali lembut.

"Tadi ada seseorang yang menabrak Raib di koridor sekolah" Seli memberikan informasi, padahal aku sudah siap untuk berbohong.

"Siapa, Sel? Awas saja besok!" Ujar Ali marah

"Raib yang terluka saja tidak marah, kenapa kamu marah Ali??" Goda Seli jahil.

"Hei, Raib kan sahabatku, Sel" Ali salah tingkah.

Aku tertawa melihat Ali yang salah tingkah, lucu juga, ternyata si biang kerok ini bisa malu.

"Jangan terlalu panik Tuan Muda Ali, Puteri Bulan kan punya teknik penyembuhan" Seli masih saja menggoda kami.

"Seli, kamu bisa diam apa tidak!" Teriakku marah.  Dasar menyebalkan.

***

Tidak terasa hari sudah sore, sudah saatnya kami pulang.  Seli pulang bersama mama nya.  Dan Ali bersikukuh mengantarku pulang, dia terlalu khawatir padahal aku hanya terluka sedikit.

Selama perjalanan kami tidak banyak bicara.  Aku lebih memilih diam, sesekali melirik Ali yang duduk di sebelahku.  Entah kenapa ada rasa canggung saat berdua bersamanya.  Atau mungkin ini hanya perasaanku saja.

Tanpa terasa mobil Ali sudah sampai di depan rumahku.

"Sudah sampai, Ra" Ali membuyarkan lamunanku

"Ah, sudah sampai ya" jawabku

"Daritadi kamu melamun, Ra, sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" Ali memandangku lembut.  Hei, sejak kapan si biang kerok ini bisa bersikap manis.

"Aku tidak memikirkan apa-apa Ali, hanya tanganku sedikit sakit" jawabku tersenyum.

"Sebaiknya kamu masuk dan istirahat" Ali mengelus lembut rambutku.  Aku merasakan wajahku memanas.

"Ehm, aku masuk dulu, terimakasih sudah mengantarku. Dah Ali" aku melambaikan tangan, buru-buru keluar dari mobil sebelum Ali menyadari wajahku seperti kepiting rebus.

***

Hai, akhirnya part 10 muncul ......

Maaf kalo ceritanya kurang bagus ato gaje,, ✌✌
Awas typo bertebaran....

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya,
Kritik dan saran sangat diharapkan, agar author bisa membuat cerita yg lebih baik lagi kedepannya.... 😉😉😉

Terimakasih semuanya 🥰🥰

Raib & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang