Part 9

2.1K 100 31
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca....


     Cahaya matahari pagi mulai masuk melalui jendela kamarku.  Aku meregangkan otot sebentar, kemudian tersadar semalam aku tertidur dirumah Ali, mengapa pagi ini sudah ada di kamarku? Mungkin Papa yang membawaku pulang.  Sebaiknya aku segera mandi.

     Aku turun dan bergabung dengan Papa untuk sarapan.  Sarapan pagi ini sedikit berbeda, karena hanya ada aku dan Papa, Mama masih di tempat tante.

"Pagi, Pa" Sapaku

"Pagi juga, Ra, maaf Ra sarapan kali ini hanya ada roti selai dan susu, kamu tahu kan Mama mu belum pulang" Papa merasa bersalah.

"Iya, tidak apa-apa Pa, nanti Ra bisa sarapan dikantin sekolah" Jawabku sambil menyantap roti selai buatan Papa.

Papa berdehem, kemudian menarik napas pelan "Emm Ra, Papa minta maaf soal semalam, harusnya Papa bilang kalau Papa ada pekerjaan sampai malam di kantor, maafkan Papa ya, Ra" 

"Lalu kenapa pagi ini Ra bisa dikamar Ra Pa??" aku mengerutkan kening heran.

"Jadi begini ceritanya Ra, waktu Papa menjemputmu kerumah Ali, Ali bilang kalau kamu sudah tertidur, lalu dia menyarankan agar kamu di gendong saja, karena katanya kamu kelelahan sampai tertidur.  Ya sudah Papa ikut saja saran Ali, Papa juga tidak tega bangunin kamu Ra." jelas Papa.

"Owh, jadi Papa gendong Ra, terimakasih ya Pa, maaf Ra jadi merepotkan Papa" aku tersenyum nyengir sambil membereskan meja makan.

"Bukan Papa yang gendong kamu Ra, tapi Ali.  Bahkan dia ikut kesini, dia juga yang gendong kamu sampai ke kamar"  bagiku suara Papa seperti petir di siang bolong.

"Kok bisa dia yang gendong Ra????" aku yakin wajahku saat ini seperti kepiting rebus.

"Raib, kenapa wajahmu merah seperti itu? kamu demam??" Papa memegang dahiku.

"Raib tidak apa-apa, Pa, ayo berangkat Pa nanti kesiangan" aku menggeleng, segera kutinggalkan Papa sebelum Papa menyadari kalau aku sedang malu saat ini.

"Kamu yakin tidak apa-apa, Ra?" tanya Papa.  Sejenak Papa menoleh ke arahku, kemudian lanjut menatap ke depan serius menyetir mobil.

Aku menggeleng pelan.  Pandanganku tertuju ke luar jendela mobil.  Jalanan pagi ini sangat padat, terlihat sopir angkot berteriak-teriak kencang mencari penumpang.

"Ra, pacarmu itu sangat perhatian ya" Papa tersenyum ke arahku.

     Aku diam mematung, jantungku berdetak sangat cepat, wajahku memanas.

"Ra tidak punya pacar, Pa!"

"Lhoh Papa kira Ali itu pacarnya Raib, dia sangat perhatian sama kamu, Ra."  sejenak Papa menoleh ke arahku.

"Raib dan Ali itu hanya sahabat Pa.." Entah kenapa sedikit sesak mengatakan ini.

Papa tertawa sambil sambil terus konsentrasi menyetir mobil.

"Ternyata anak perempuan Papa sudah dewasa" Papa bergumam pelan sambil mengelus rambutku.

"kalau Papa mau menggoda Ra, itu tidak lucu Pa..." aku mendesis pelan.

***

Sekolah sudah ramai saat aku tiba.

"Hei, Ra"  Seli tersenyum ke arahku

Aku balas tersenyum, "Kamu sedang apa Sel?"

"Aku sedang memastikan buku PR ku tidak tertinggal, aku tidak mau kena hukuman karena tidak membawa buku PR ku.  Kamu sudah mengerjakan PR mu kan Ra??" Seli menatapku curiga.

"Tentu saja sudah Sel, kamu tidak perlu menatapku seperti itu.." aku tertawa melihat tingkah sahabatku itu.

"Oiya, Ra, semalam kamu pulang jam berapa? maaf aku harus pulang dulu.." Seli memasang wajah memelas.

"Papa menjemputku jam 12 malam Sel.." Aku menoleh ke belakang, sepertinya Ali terlambat lagi.

"Semalam itu, Ra???" Seli menatapku tidak percaya.

"Iya, Sel, Papa ada pekerjaan sampai malam."  aku mendengus pelan.

"Kamu tahu, Ra, kenapa Ali tidak masuk hari ini?" Seli menoleh ke meja Ali

Aku mengangkat bahu.

"Bukankah tadi malam kalian bersama-sama" Seli tersenyum menggodaku.

"Tidak lucu, Selii!!!" Mataku langsung melotot.

Seli tertawa keras sampai akhirnya bel menghentikan kegaduhan kami.  Aku teringat ucapan Seli, mengapa Ali tidak berangkat.

***

"Ali kenapa tidak berangkat ya, Ra.." Seli asal mencomot percakapan sambil sesekali menyeruput es teh nya.

"Aku tidak tau Seli, mungkin dia sedang sibuk di basementnya."

"Bagaimana kalau nanti pulang sekolah kita kesana, Ra, hanya memastikan apa dia baik-baik saja."

"Ya, terserah kamu saja, Sel, aku ikut kamu" Aku juga ingin tahu kenapa dia tidak berangkat, batinku.

"Emm, maaf mengganggu kalian, apa kalian tahu dimana Ali??" Salah satu teman basket Ali menghampiri kami.

"Maaf kak, hari ini Ali tidak berangkat, kami tidak tahu kenapa, tapi nanti pulang sekolah kami mau kerumahnya, mungkin mau titip pesan?" Jawab Seli.

"Ah, tidak usah, nanti aku hubungi sendiri saja, tadi malam aku mengajaknya keluar, tapi Ali tidak bisa, katanya sedang menemani pacarnya.  Ya sudah terima kasih ya.." Ujarnya seraya beranjak meninggalkan kami.

Dan kami pun terpaku.

"Jadi kalian sudah pacaran ya, dan aku sebagai sahabat mu tidak tahu apa-apa soal ini??" Ucap Seli sarkastik.

"Mana mungkin aku pacaran sama Ali, Sel!!" Ucapku menyeringai, hampir saja aku melempar Seli dengan gulungan tisu.

Sepertinya Seli menemukan bahan untuk menggodaku, aku berusaha menyuruhnya diam.  Tapi mana mau Seli diam, dia terus saja menggodaku.

Aku mengumpat sebal dalam hati, bagaimana mungkin Ali mengatakan seperti kepada temannya.  Awas saja kalau aku bertemu dengannya.

***

Hai, akhirnya part 9 muncul juga......

Maafkan karena terlalu lama hiatus  ✌✌
Maaf juga kalo ceritanya kurang greget,,

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya,
Kritik dan saran sangat diharapkan, agar author bisa membuat cerita yg lebih baik lagi kedepannya.... 😉😉😉

Terimakasih semuanya 🥰🥰

Raib & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang