Part 12

1.5K 90 31
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca....

"Ayo, Ra, ILY sudah menunggu kita"  Ali bersungguh-sungguh.

"Apa?? ILY di sekolah??" Aku berseru.

"Tenang saja, Ra, aku telah mengaktifkan mode tidak terlihat.  Kamu tidak usah cemas, wajahmu terlihat lucu saat kamu panik" Dia menjawab santai, tersenyum padaku.

"Kita mau kemana? Bagaimana dengan Seli?" Aku teringat Seli.

"Seli sedang menikmati pelajaran Miss Selena, Ra, dia tidak akan marah kita tinggal sebentar" Ali menarik lenganku

"Eh, bagaimana kalau dia marah?" Aku bertanya lagi

Ali menggaruk rambut berantakannya, tidak menjawab. Di lihat dari wajahnya, sepertinya Ali juga takut kalau Seli marah.

"Hai, Raib, senang bertemu denganmu" ILY, benda terbang yang sudah menjadi teman seperjuangan kami.

"Hai, ILY, senang juga bertemu denganmu, bagaimana kabarmu?" Aku menyapa ILY

"Kamu bisa lihat sendiri, Ra, aku masih sama seperti ini, padahal aku sudah meminta Ali merenovasi sedikit interiornya, tapi Ali tidak menghiraukanku"

Aku tertawa. "Biasanya Ali paling suka mengotak atik sesuatu, mungkin dia sedang sibuk ILY, jadi bersabar ya"

"Sepertinya Ali sedang jatuh cinta, Ra, dia...."

Ali dengan cepat menekan tombol mematikan mode suara.

"Sepertinya aku harus memperbaiki ILY, akhir-akhir ini ILY sering melantur" Ali nyengir lebar.

Aku menatap tajam Ali. "Tidak sopan memotong pembicaraan"

"Dia cerewet sekali, Ra" Ali berseru.

"Apa jangan-jangan benar yang dikatakan ILY, Tuan Muda Ali sedang jatuh cinta" Aku menggoda Ali.

"Apa-apaan, Ra, jangan mudah percaya" Ali salah tingkah.

Aku tertawa lebar.  Ternyata si biang kerok bisa jatuh cinta.
Eh, Ali jatuh cinta?? Dengan siapa??
Kenapa saat memikirkan itu dadaku rasanya sesak.
Aku melemparkan pandangan ke depan.

"Tujuan kita sudah sampai, Ra" Ali memberitahu.

"Eh, sudah sampai?" Aku menoleh.

"Kamu melamun, Ra?" Ali menatapku

Aku menggeleng. "Siapa yang melamun, ayo kita turun"

Angin yang berhembus kencang menyambut kami, membawa deburan ombak menghantam karang.
Disini, di atas batu karang yang kokoh kakiku menapak, menatap takjub laut yang membentang.
Langit biru dengan keluasannya, pasir putih menghampar luas mengilatkan cahaya putih.
Karya Tuhan yang abadi.

"Suka, Ra?"
Aku menoleh, tersenyum. "Terimakasih sudah membawaku ke tempat ini".
"Kado ulang tahun untukmu, Ra" Ali menatapku lembut.

Ali Pov

Aku melihat wajah Raib berbinar, menyenangkan sekali melihat dia seperti itu.
Aku tidak suka melihatnya bersedih.  Entah kenapa, rasanya ingin sekali bisa selalu menjaga Raib.

"Cantik" gumamku pelan.

"Ada apa Ali?" Raib berbalik memandangku.

"Ah, ti-tidak ada apa-apa, a-aku hanya merasa pemandangan disini sangat cantik.  Ya pemandangannya cantik" Jawabku sambil mencoba mengalihkan pandanganku kearah lain.

"Ali, kenapa wajahmu merah? Kamu sakit?" Seru Raib sambil melangkah mendekat ke arahku.

"Siapa yang sakit? Tidak, aku tidak sakit, aku hanya merasa kepanasan saja, pasti karna matahari sangat terik. Lebih baik kita cari tempat berteduh saja."  Jawabku agak tergagap.

"Tapi disini pemandangannya keren Ali, sebentar lagi." Rengek raib.

"Ayolah, Ra, ini panas sekali." Aku menarik tangannya.

 Raib berusaha menghindariku, dan......

"Aaaaa Aliiiiii....." 

Raib Pov

"Aaaaaa Aliiiii....."

Aku reflek mencengkeram tangan Ali.  Sebelum kami berdua benar-benar jatuh ke laut, Ali mengaktifkan teknik teleportasi.

Splash!!

Kami mendarat di hamparan pasir putih.  Aku berseru kaget, berusaha menjaga keseimbangan, namun gagal, pendaratan kami tidak sempurna.  Kami berguling di atas pasir, baju seragam kami penuh pasir.

"Kamu tidak apa-apa, Ra??" Ali mengulurkan tangannya.

"Aku tidak apa-apa Ali, maaf karna aku kita jadi terjatuh dari tebing.  Tapi tidak seharusnya kamu menggunakan teknik teleportasi, bagaimana kalau ada yang melihat?"  Aku sedikit protes.

"Maaf, Ra, aku terpaksa melakukannya, karna kalau kita tidak teleportasi, kita bisa menghantam karang di bawah tebing.  Yaa, smoga tidak ada yang melihatnya."  Ali menggaruk kepalanya.

"Oke, untuk kali ini, aku memaafkanmu." Aku tersenyum, merapikan rambutku yang berantakan.

"Senyummu manis, Ra,"  ucapnya sambil membantuku merapikan rambut.

Aku hanya menunduk, menyembunyikan wajahku yang sudah seperti kepiting rebus, sementara Ali hanya tersenyum ke arahku.

"Ra, wajahmu merah, lucu sekali..." Ali tertawa.

Dasar biang keroook!!!

***

Hai, part 12 muncul...........

Maaf kalo ceritanya kurang bagus ato gaje,, 😁😁

Awas typo bertebaran......... ✌✌

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, kritik dan saran sangat diharapkan agar author bisa membuat cerita yg lebih baik lagi ke depannya.....

Terimakasih semuanya 🥰🥰

Nb: halu nya author, pas Raib sama Ali mendarat d pasir trus guling² gitu kok ala² film india gitu yaa 😂

Kasih masukan donk enaknya Raib sama Ali jadian gag yaa 🤔🤔
Trus kalo iya, jadian nya dmna... 🤣

Raib & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang