Part 7

2.2K 95 20
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca...

Kriiiiiinngggg....

Alarm di kamarku berbunyi, aku segera bangun.
Aku menatap cermin dikamarku, lalu tersenyum mengingat kejadian kemarin bersama Ali.

Flashback on

Aku ikut merebahkan badanku di sebelah Ali, menatap langit yang mulai menghitam. Terlihat satu dua bintang mulai bermunculan, menghiasi langit malam.

"Ali, kenapa kamu mengajakku kesini?" Aku menatap Ali di sampingku.
"Entah, Ra, aku merasa kamu harus melihat semua keindahan ini." Dia balas menatapku.

Aku tak tahan bertatapan lama dengannya, jantungku berdetak sangat cepat. Ada perasaan aneh menjalar di hatiku.

"Ini senja terindah yang pernah kulihat, Ra.." Ali bergumam pelan
"Bukankah kamu pernah lihat yang lebih indah dari ini? Senja klan matahari??" Aku mengingat petualangan di klan leluhur Seli.
"Iya, tapi menurutku inilah senja terbaik sepanjang hidupku."

Aku menatap wajah Ali dari samping, dia terlihat tampan.

Apa yang kamu pikirkan Ra. Segera ku buang jauh-jauh pikiran itu.

"Berjanjilah tetap bersamaku, Ra!" Dia menggenggam tanganku. Aku sedikit tersentak mendengar kalimatnya.
"Kita akan selalu bersama Ali, aku kamu dan Seli, kita sahabat, selamanya tidak akan pernah berpisah." Aku membalas genggaman tangannya.
Dia menatapku tajam, mencari kejujuran dalam kalimatku. Aku tersenyum, berusaha menetralkan detak jantungku yang semakin tidak karuan.

Apakah kamu tau Ali, aku selalu merasa nyaman saat bersamamu. Batinku.

"Aku percaya kamu tidak akan pernah meninggalkanku, Ra.." Dia tersenyum manis sekali, aku menatapnya tak berkedip.

Seli benar, Ali gwi yeo wun.

"Ra, apakah aku terlalu tampan, sampai-sampai kamu menatapku tak berkedip??" Kali ini aku sungguh gelagapan, aku merasakan wajahku memanas, malu karena ketahuan memperhatikan Ali.

Ali tertawa melihatku, "ayo kita pulang, Ra, sudah malam"

Flashback off

Heiii, apa yang aku pikirkan, kenapa aku memikirkan Ali. Aku menggeleng-gelengkan kepala bergegas masuk kamar mandi.

"Pagi, Ra..." papa sudah menungguku di ruang makan
"Pagi, Pa.." aku duduk di depan Papa, menunggu Mama yang sedang menyiapkan sarapan.
"Raib sudah turun.." Mama selalu cekatan menyiapkan sarapan untukku dan Papa, Mama terlihat seperti chef profesional dengan menggunakan apron kesayangannya.

"Ra berangkat dulu Ma..." aku berpamitan.

Mobil yang kami tumpangi melintasi jalanan yang mulai padat, menyambut kesibukan pagi. Aku sesekali melihat keluar jendela, terlihat angkot yang sering aku tumpangi bersama Ali dan Seli, aku tersenyum simpul ketika pikiranku tertuju ke biang kerok itu.

Tanpa aku sadari ternyata Papa dari tadi mengamatiku.
"Raib sepertinya sedang bahagia.. dari tadi senyum sendiri.." Papa menatapku penasaran.
"Itu hanya perasaan Papa saja, bukannya setiap hari Ra selalu tersenyum" aku tertawa.
"Ah ternyata anak Papa sudah besar, apa Ali yang selalu membuat Raib tersenyum manis seperti ini??" Papa berusaha menggodaku.
"Lama-lama Papa seperti Mama saja, setiap hari menggoda Ra" aku cemberut seraya melipat kedua tanganku.
Papa tertawa melihat tingkahku, kemudian mengelus rambutku pelan.

Gerbang sekolah sudah terlihat, kesibukan mulai terlihat di dalamnya.
"Semangat Ra, Papa selalu mendukungmu" papa mengepalkan tangannya dari balik kemudi mobil, terlihat lucu.
Aku tertawa balas mengepalkan tangan.

"Selamat pagi Putri bulan,,,," Seli menyapaku, tangannya mencubit pipiku gemas.
"Pagi Seli, ada apa pagi-pagi kamu sudah jahil" aku menyelidik.
"Kamu tau Ra, si biang kerok ternyata sedang jatuh cinta.." Seli antusias
"Kamu tau dari mana Seli?" Aku malas menanggapi.
"Tadi malam Ali memposting sesuatu, anak-anak di kelas juga sudah tau kok,,mereka mengomentari postingannya, captionnya romantis sekali Ra" Seli memajukan bibir, menahan tawa.
Aku mulai penasaran, apa yang di lakukan si biang kerok.

Bel berdering persis saat aku hendak menanggapi informasi dari Seli. Guru-guru sudah keluar dari ruang guru, menuju kelas masing-masing.

"Pagi, anak-anak," Pak Gun guru biologi kami memecah keheningan.

Kami menjawab salam.

"Keluarkan buku biologi kalian." Suara Pak Gun tegas.

Kelas bising sejenak, teman-teman sibuk mengeluarkan buku mereka.

"Kita akan memulai pelajaran hari ini, tema pelajaran hari ini adalah tentang sistem pencernaan.

Anak-anak antusias mendengarkan materi yang di berikan Pak Gun, hanya Ali yang terlihat sesekali menguap.
Tanpa terasa bel istirahat berbunyi.

Anak-anak di kelas mulai berceloteh, ada yang mulai meninggalkan kelas.

"Ra, temani aku ke kantin yuk!" Seli memegang lenganku.
"Aku tidak lapar, Seli." Aku menggeleng malas.
"Ayolah, Ra,," Seli mengedipkan mata

Aku lagi malas kemana-mana, tapi Seli berhasil membujukku.

"Ra, kamu betul-betul tidak tau apakah Ali sedang jatuh cinta??" Seli memulai percakapan.
Aku mengangkat bahu. "Sebenarnya Ali memposting apa?"
"Lihat saja di instagramnya, Ra.." wajah Seli terlihat serius.

Karena penasaran aku membuka handphone untuk melihat postingan Ali.

Karena penasaran aku membuka handphone untuk melihat postingan Ali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Senja terbaik sepanjang hidupku....
Saat senja tenggelam, semua kehangatan matahari akan tergantikan sunyinya malam...
Tapi apa kamu tahu, ada yang tak tenggelam ketika senja datang....
RASA....."

Aku tertegun melihat postingan Ali, kata-kata itu, persis seperti yang Dia bisikkan saat melihat senja di puncak gunung kemarin sore.

"Ra, kenapa kamu mendadak diam.." Seli menyadarkanku dari lamunan.
"Ah tidak apa-apa Seli, aku hanya tidak menyangka Ali bisa membuat kata-kata romantis seperti itu" aku berusaha menetralkan suaraku, aku tidak mau Seli curiga.
"Ada yang tidak beres dengan Tuan Muda Ali, aku harus menyelidikinya" Seli bergaya bak detektif terkenal.

Aku terkekeh melihat tingkah sahabatku.


***




Haaii, maafkan baru bisa update.
Semoga kalian menikmati ceritanya,,
Jangan lupa vote yaa
Kritik dan saran juga di tunggu, agar author bisa membuat cerita yg lebih baik lagi ke depannya....
👌👌👌

Maafkan typo...

Raib & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang