Dua

45.6K 2.5K 121
                                    

makasih temen-temen yg udah vote dan komen gemes2🥰🤗❤

🥑🥑🥑

"Bangun, Sab! Ada cowok lo tuh!"

Bersama dengan suara cempreng yang sangat kukenali, aku merasakan tubuhku diguncang-guncangkan dengan kasar. Mau tidak mau, aku membuka mataku dengan emosi diubun-ubun, ingin mendamprat siapapun pelakunya.

"Buruan bangun lo! Kebo amat sih, anjir! Gue mau tidur lagi nih, gih buru samperin!" seruan itu kembali terdengar. Akhirnya aku membalik badan, dan menemukan Adara berdiri disebelah ranjangku dengan muka bantalnya, yang terlihat sama emosinya denganku.

"Apaan sih bangsat!? Ini hari minggu, Ra! Nggak ada yang bisa ganggu tidur pagi gue!" sungutku bersiap menutup wajahku dengan bantal, namun langsung dicegah oleh Adara.

"Buruan anjing! Sono samperin! Ntar kalo dia gue suruh masuk, lo ngamuk-ngamuk!"

"Siapa sih?"

"Cowok lo!"

Emosiku kembali tersulut mendengar jawaban Adara, yang diucapkan sambil berlalu. "Udah ya, gue mau lanjut tidur. Pokoknya kalo lo nggak bangun juga, jangan salahin gue kalo dia masuk kesini, bangunin elo!" Kalimat terakhir yang kudengar itu berhasil membuat kesadaranku seketika kembali utuh.

Aku meregangkan badan beberapa kali, sambil melirik jam beker yang berada di nakas tempat tidurku. Sial. Masih jam delapan kurang lima belas menit, dan cowok itu sudah datang kesini. Mau apa sih dia?!

Tanpa sempat melipat selimut, karena sudah terlanjur emosi, aku langsung keluar kamarku untuk menemui cowok brengsek itu. Persetan dengan penampilanku yang acak-acakan, karena aku hanya akan mengusirnya untuk pulang lagi, kemudian melanjutkan tidur lagi.

"Ngapain sih, kesini pagi-pagi?" omelku yang langsung mendapatinya tengah duduk di sofa ruang tamu, dengan kepala menunduk bermain ponsel.

Alih-alih langsung menjawab pertanyaanku yang kuucapkan dengan nada tinggi penuh emosi, dia malah mendongakkan kepalanya dengan gaya slow motion, kemudian terpaku beberapa saat memandangi penampilanku dari atas sampai bawah.

Saat keluar kamar tadi aku baru sadar kalau saat ini aku hanya memakai kamisol satin andalanku, dan hotpants setelannya yang berwarna senada. Tapi kan, dia juga sudah melihat aku lebih dari ini. Jadi aku pikir, responnya tidak akan selebay ini dengan memandangiku tanpa kedip begini.

"BARA!" Aku sudah berjalan beberapa langkah mendekat kearahnya, dengan berkacak pinggang, dan tatapan jengkel. "Mata lo mau gue colok?"

Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian malah berdiri, dan berjalan mendekat kearahku. Aku pikir, dia ingin mengatakan sesuatu mengenai maksud kedatangannya ke kontrakanku sepagi ini. Namun rupanya aku salah sangka karena dengan lancang, kini dia malah memelukku.

"Liat kamu bangun tidur bawaannya jadi pengen nostalgia deh, Bi!"

"Apaan sih?!" buru-buru aku mendorong tubuhnya agar menjauh. Kali ini dia tidak ngeyel, sehingga dia hanya sempat memelukku kurang dari lima belas detik, kemudian terlepas.

"Lima menit doang, Bi, janji!" tatapannya kini berubah memohon. Tanpa perlu diucapakan dengan gamblang, cewek manapun pasti tau arti dari tatapan brengsek itu.

Aku langsung menggeleng. "Lo ngapain sih, kesini? Ganggu gue tidur aja!"

"Lupa, hari ini kamu janji mau ngajarin Zio main sepatu roda?"

Kalimatnya barusan langsung membuatku tepuk jidat. Bukannya aku lupa soal janji itu. Tapi kan aku hanya mengatakan ingin mengajari Zio main sepatu roda hari minggu. Tanpa menyebutkan jamnya, yang mana aku pikir, aku akan mengajarinya sore-sore di taman komplek rumahnya. Bukannya sepagi ini!

Come Back to Bed 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang