Ingatkan aku untuk menagih janji Katlin dan Jenna yang taruhan akan membeli dua puluh pasang sepatuku untuk disumbangkan, kalau Bara tidak menemaniku ke Bandung. Nyatanya, setelah melalui perdebatan panjang dan melelahkan, sampai dia harus cuti di hari kerja untuk mengunjungi rumah Eyang lebih dulu, agar saat weekend bisa tetap menemaniku ke Bandung, sia-sia. Dengan muka lempengnya, dia mengatakan kalau tidak bisa menemaniku ke Bandung, tanpa ucapan maaf sama sekali.
Aku benar-benar tidak habis pikir dengan pekerjaan penting apa yang sedang Bara tangani saat ini. Bagaimana bisa demi pekerjaan sialan itu, dia rela membiarkan aku ke Bandung sendirian. Padahal sebelum ini dia selalu meluangkan waktunya untuk menemaniku ke Bandung apapun kegiatannya di kantor. Bahkan di awal-awal kami balikan, Bara rela tidak ikut outing kantor ke Bali, hanya demi menemaniku ke Bandung. Tapi kenapa sekarang dia malah memilih ke luar kota juga, mengurus pekerjaan sialan itu, dan mengabaikanku begitu saja?
Baiklah, aku tahu tidak seharusnya aku marah. Karena sebelumnya aku juga dengan santainya mengatakan padanya kalau aku tidak butuh ditemani dan bisa pergi kemanapun yang aku mau sendiri. Tapi tetap saja, meski di bibir berucap begitu, di lubuk hatiku terdalam tentu aku mengharapkan dia menemaniku sepanjang perjalanan untuk meminjamkan pundaknya di kereta, agar bisa kugunakan alas tidur.
Aku juga tidak akan merasa sekesal ini, kalau dia memakai kalimat lain yang lebih halus dari pada yang dia ucapkan padaku kemarin. Juga dari raut wajahnya yang sama sekali tidak menyiratkan kesedihan atau penyesalan karena harus membiarkan aku pergi sendiri, semakin membuatku kesal.
Kira-kira, begini ucapannya waktu itu. "Bi, ternyata aku nggak bisa nemenin kamu ke Bandung. Tiba-tiba aku juga ada job di luar kota yang nggak bisa ditinggal." Sesingkat itu dan sesantai itu. Bagaimana aku tidak curiga dan semakin emosi coba?! Bahkan hanya untuk say sorry saja dia ogah!
Ditambah setelah kami pulang dari rumah Eyang kemarin, dia jadi lebih sering sibuk dengan ponselnya. Yang lebih menyebalkan, dia tidak mengajakku makan dulu ketika kami perjalanan pulang dari Semarang. Begitu sampai rumah sore-sore, dia langsung bergegas menuju kamarnya, membiarkan aku memindahkan Zio yang tertidur di mobil, juga membawa barang-barang dan oleh-oleh dari Eyang yang memenuhi mobilnya. Untuk urusan banyaknya barang dan oleh-oleh, aku memang dibantu oleh Ben dan Mbok Ratna sih. Tapi kan, tetap saja aku kesal.
Dia benar-benar turun dari mobil langsung masuk ke dalam kamarnya, lalu keluar dari kamar 15 menit kemudian dengan membawa ransel. Dan yang lebih menyebalkan, dia hanya berteriak padaku sambil memakai sepatu di ruang tamu, tanpa menyempatkan duduk di sebelahku sebentar yang saat itu sedang duduk di ruang tengah dengan Ben. Seolah urusan yang dia lakukan itu maha penting, dan tidak boleh terlambat barang satu detik.
"Bi, aku pergi dulu ya. Ada urusan penting banget! Nanti kamu baliknya naik ojek aja ya! Atau minta dianterin Ben!" begitu bunyi teriakannya, yang keras dan tergesa, lalu diikuti dengan derap langkah terburu dan suara mobilnya yang kembali dinyalakan.
Kecurigaanku semakin menjadi-jadi ketika sepanjang perjalanan aku ke Bandung, dia tidak mengirim pesan sama sekali, apalagi menelepon. Padahal aku sudah mengirimkan screenshoot tiketku padanya agar dia tahu kapan aku berangkat dan kapan aku sampai. Yang lebih parah lagi, ponselnya tidak aktif ketika aku mencoba meneleponnya.
Ini pertama kalinya Bara begini setelah kami balikan. Biasanya mau sesingkat apapun pesan yang dia kirimkan, ponselnya tidak pernah mati, dan selalu bisa dihubungi. Bara cukup perfeksionis, yang tidak pernah membiarkan batarai di ponselnya di bawah sepuluh persen. Dia juga selalu membawa power bank kemanapun dia pergi, meski itu ditinggalkan di dalam mobil.
Sepanjang pertemuanku dengan klien di Bandung, aku tidak tenang. Bagaimana bisa tenang kalau pikiranku malah memikirkan orang yang belum tentu mengingatku juga. Sialan. Apa aku sedang kemakan omonganku sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back to Bed 2
RomanceSANGAT DIANJURKAN UNTUK MEMBACA COME BACK TO BED YANG VERSI PERTAMA DULU, BIAR TAMBAH GREGET. KARNA INI BERKESINAMBUNGAN. Bagaimana jadinya jika dua orang yang memiliki ego sama besarnya menjalin hubungan? Rasanya setiap detiknya hanya berisi perten...