Dua Belas

23.7K 2.2K 190
                                    

Begitu keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih fresh, Bara langsung masuk ke dalam selimutku, dan memelukku erat. Dia seolah tidak memberiku kesempatan untuk bergerak, dan terus mengunci tubuhku. Sejak tadi aku masih merasa pusing, dan beberapa bagian tubuhku masih terasa gatal. Terutama di bagian kulit kepala yang tidak diberi bedak gatal. Makanya selama Bara mandi tadi, aku terus menggaruk kepalaku, sampai rambutku berantakan. Dan sekarang, Bara memenjarakan kedua tanganku sehingga aku tidak bisa menggaruk lagi.

Aku tersenyum senang ketika untuk pertama kalinya aku menghirup aroma Bara, dan mendapati aroma sabunku di tubuhnya. Padahal sebelum dia mandi saat aku memeluknya tadi, aku masih mencium aroma parfumnya yang biasanya. Yang sudah dia pakai bertahun-tahun dan nggak pernah ganti. Rupanya aku baru tahu belakangan kalau aroma itu dia dapatkan dari memakai dua parfum yang berbeda dalam sekali semprot. Hasilnya aroma itu akan bercampur dan menjadi aroma yang unik dan khas. Makanya para penjual parfum mana pun pasti kesulitan menebak merek parfum yang dipakai Bara, karena dia memakai dua merek yang berbeda.

"Loh, Bara udah mandi?" Bunda memasuki kamarku tiba-tiba, membuat pelukan kami otomatis terlepas. Bara duduk agak jauh dariku, sedangkan aku duduk bersandar pada tumpukan bantal dan guling.

"Iya, Bun. Ini pake hoodie yang dulu sempet ketinggalan di sini." Bara menyengir salah tingkah.

Bunda mengangguk pelan, kemudian menaruh segelas besar air minum di nakas. "Minum nih, Sab. Kelapa muda. Katanya bagus buat detoksifikasi tubuh."

Lalu tatapan Bunda beralih pada Bara. "Kalo Bara mau juga, ambil di meja makan ya? Bunda mau tidur dulu nih."

"Dari tadi Bunda nggak tidur-tidur?" tanyaku.

"Tadi Bunda udah mau tidur, tapi pas iseng browsing-browsing katanya air kelapa bagus buat orang alergi. Yaudah Bunda minta dianterin Adara cari kelapa muda."

Aku meraih gelas besar yang ada di nakas. Bunda juga memberi sendok pada gelas itu untuk aku menyendokkan kelapa mudanya. Sementara Bunda duduk di kursi putar dekat nakas.

"Coba diinget-inget lagi, kamu makan apa kemarin? Biar nggak kejadian kayak begini lagi besok-besok." Tanya Bunda dengan tatapan tajam penuh selidik.

"Beneran Bun, aku cuman makan chicken strips yang dibawain Katlin sama Jenna. Siangnya aja aku nggak makan." Jawabku disela-sela kunyahan kelapa mudaku.

"Kenapa siang nggak makan?" pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Bara, juga menatapku tajam.

"Kenapa kamu jadi ikut-ikutan introgasi begini sih?" protesku pada Bara.

"Lha kamu kenapa siang nggak makan? Terus paginya makan apa?" Bunda mengulangi pertanyaanku dengan muka yang semakin galak.

"Pagi makan bubur ayam."

"Siang?"

"Nggak makan tapi aku nyemil, Bun. Aku kukus bakpao yang dikulkas itu, terus makan perkedel juga." Jawabku. "Habis itu baru malemnya Jenna sama Katlin dateng bawain chicken strips, kentang, onion ring, terus apa lagi ya? Nugget, sosis, banyak deh, fast food gitu!"

Bola mata Bunda semakin melotot. "Itu banyak! Kenapa tadi bilangnya cuman makan chicken strips? Udah ya, itu terakhir kali kamu makan junk food. Kamu alergi kayak begini gara-gara kebanyakan junk food tuh!"

"Fast food, Bun, bukan junk food! Lagian selama ini aku makan begituan nggak pernah alergi kayak begini tuh! Berarti aku bukan alergi fast food!" sanggahku.

"Ya makanya kamu diinget-inget yang bener dong, kira-kira pemicunya tuh apa?!"

"Coba telpon Jenna atau Katlin. Siapa tahu mereka tahu komposisi makanan yang mereka bawa itu." Saran Bara yang membuatku mengernyit.

Come Back to Bed 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang