[xi] jiang cheng, kemoceng, dan deterjen

880 110 6
                                    

Seminggu setelah kematian ibu jiang cheng. Jiang cheng terlihat lebih bersemangat—tidak se depresi kemarin—bacotannya sudah mulai kembali terlihat dan ia sering terlihat sedang memukuli wei wuxian. Hari ini adalah hari minggu. Dan seperti biasanya, jiang cheng bersih bersih kamar!

Jiang cheng membawa seperangkat alat pel—plus sabunnya, sapu, kanebo, semprotan berisi cairan pembersih jendela, dan kemoceng. Dengan semangat delapan enam, jiang cheng menyeret xichen dari kasurnya yang nyaman. Menyeret xichen kembali ke alam sadar. Xichen misuh misuh. Ia berbalik memunggungi jiang cheng. Memeluk gulingnya.

'ah sial, gue merasa diselingkuhi guling'

Jiang cheng menarik guling di pelukan xichen ganas. Xichen mengerang,

"aaargggghhh guliiing q~ the love of my lifeeauu~~" xichen meraih raih guling ditangan jiang cheng malas. Jiang cheng berdecak,

"woy bangun, dasar pemalas" jiang cheng menggoyang goyangkan bahu xichen, menggelitiki kaki, pinggang dan kupingnya, menaruh jam weker diatas Teflon. Tapi tak ada satupun usaha yang berhasil. Dengan sebal, jiang cheng mengambil segayung air dari kamar mandi, menyiramkannya pada xichen,

"HEH BANGUN SIALAN!"

"ARRGHH CHENG CHEEENG~~"

Jiang cheng mendorong xichen yang basah kuyup—pada wajah dan bahunya saja ke kamar mandi. Menyuruhnya ganti baju dan cuci muka. Beberapa menit setelahnya, ketika jiang cheng sedang menyapu, xichen keluar. Masih dengan muka bantalnya. Tapi saat ini ia tengah mengenakan kolor bermotif awan berwarna pink pastel, dan kaos rumah bermerk.

Cok, kaos rumah aja supremi!

Jiang cheng menyerahkan kemoceng, pembersih jendela, dan kanebo.

Jiang cheng menunjuk jendela, "bersihin sampe kinclong. Gue mo nyapu,"

Xichen menguap mengiyakan. Setelah itu, mereka berdua sibuk dengan pekerjaan masing masing. Selesai menyapu, jiang cheng menyiapkan alat mengepel dan mulai mengepel. Xichen yang sudah selesai—yang berniat tidur kembali—diseret oleh jiang cheng untuk mengganti seprai, sarung bantal, dan guling, serta bed cover. Dengan malas, xichen melaksanakannya.

Selesai jiang cheng mengepel, xichen juga selesai mengganti seprai. Jiang cheng mengangkat tas laundry berisi bajunya, satu tas kresek besar berisi seprai dan kawan kawannya. Jiang cheng menatap xichen,

"bawa tas londri lo. Gue mau nyuci," jiang cheng menaikkan alis menatap xichen yang diam tak bergeming,

"gamau ikut lo?" xichenpun mengangguk dan membawa tas laundrynya. Menyusul jiang cheng. Seusai menutup pintu, mereka turun kebawah ke ruangan mencuci. Jiang cheng memasukkan bajunya di satu mesin cuci. Memasukkan pelembut pakaian dan deterjen, kemudian menekan tombol start.

Setelah itu ia beralih ke mesin cuci satunya lagi, ia memisah misahkan bed cover, seprai, sarung bantal dan guling. Memasukkannya kedalam mesin cuci, memasukkan pengharum pakaian—downy, kemudian memencet tombol start. Ketika berbalik, dia berkecak pinggang,

"lo gamau nyuci?"

Xichen malah ketiduran sambil bersandar ke atap mesin cuci. Oh astaga, xichen harus membayar jiang cheng setelah ini! Jiang cheng menyambar tas laundry milik Xicheng, dan melakukan prosedur yang sama dengan baju miliknya tadi. Sembari menunggu, jiang cheng bermain nyan cat untuk menghilangkan bosan.

Sekitar sejam setelahnya, cucian mereka telah tuntas. Jiang cheng mengeluarkan cuciannya, dan milik xichen serta.

Tunggu, ini membuatnya terlihat seperti istri xichen.

Wajah jiang cheng memerah. Ketika ia mengeluarkan cucian milik xichen, iris abunya menangkap sesuatu. Ia mengangkat kolor berwarna ungu pastel dengan motif bunga teratai itu,

"lah, ini kan kolor gue?"

Kok kolornya bisa di xichen? Kolor kesayangannya pula! Jangan jangan dipake xichen buat bacol??? Tetapi semenit setelahnya jiang cheng merutuki kebodohannya yang salah memasukkan celana ke keranjang baju kotor xichen. Jiang cheng menenepuk pipi xichen. Berusaha terlihat lembut meskipun saat ini ia ingin mencakar xichen gemas.

"hoi ini cuciannya uda selesai. Ndang dijemur," jiang cheng menunggu xichen di daun pintu. Xichen yang masih buffering, mengambil tas laundrynya, dan mengikuti jiang cheng sambi plonga plongo sendiri.

Mereka naik ke atap, menjemur baju mereka masing masing—karena jiang cheng telah memukul pinggang xichen agar pria itu tetap terjaga. Setelah selesai, mereka berdua kembali ke kamarnya. Begitu jiang cheng membuka kamarnya, xichen langsung nyosor, kembali rebahan dengan nyaman diatas kasurnya yang telah diberi seprei baru.

Jiang cheng geleng geleng melihatnya. Ia mengambil handuk dan baju rumah, lalu masuk ke kamar mandi. Dan masih sempat sempatnya ia mengosek lantai kamar mandi mereka. Setelah memastikan semuanya bersih, jiang cheng baru mulai mandi. Jiang cheng keluar kamar mandi dengan handuk melingkari lehernya. Rambutnya basah berbau bunga mawar. Hm ok.

Jiang cheng meraih handuk xichen, lalu melemparnya tepat diwajah senior tampan penuh pencitraannya itu dengan sayang.

"mandi sono. Lo bau,"

Dengan malas, Xicheng bangkit. Mendengkur pelan sembari jalan ke kamar mandi. Menggaruk rambutnya khas orang bangun tidur,

"cheng cheng jahaat~"[]

penyusupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang