[xiii] just tell me what the fuck is going on?!

814 104 3
                                    

Jiang cheng terbangun tidak dengan kasur dan bantal empuk asrama, melainkan dikasur tipis dan bantal yang rada keras—jiang cheng tidak tahu harus menyebut ini bantal atau bukan—dan ketika ia duduk, pakaiannya bukanlah piyama ungu pastel dengan motif kepala hello kitty. Melainkan pakaian dengan model kerah samping berwarna abu. Ia melirik ke samping, tepat di sebelahnya, ada semacam rompi? Berwarna ungu dan bel. Ia melirik kearah cermin. Seorang pemuda yang sangat mirip dengannya—hanya saja rambutnya dicepol—tercermin disana.

Tunggu, itu dia kan? Sejak kapan rambutnya dicepol? Sejak kapan rambutnya Panjang? Ketika jiang cheng sedang larut dalam pemikirannya, pintunya digedor dengan suara cempreng yang khas mengikuti.

"JIANG CHEEENG AKU MASUK YAAH,"

Lalu pintu dibuka tanpa izin. Pelaku dari kasus penggedoran pintu ini tersenyum lebar disamping Kasur. Tunggu, wajah jenaka ini familiar.

"WEI WUXIAN?!"

Jiang cheng tercengang. Wei wuxian juga ada disini? Tapi, pemuda dihadapannya ini berambut Panjang dan diikat ekor kuda berantakan. Err, wei wuxian juga berantakan—tapikan? Belum selesai jiang cheng menyelesaikan pemikirannya, seorang pemuda berwajah giok yang sangat mirip—XICHEN? Bukan—bukan, itu duplikatnya, lan wangji. Terlihat dari datarnya yang khas.

"dilarang berteriak di yun zhen buzhi chu." Wajah datar itu berujar. Wei wuxian—sepertinya—di sampingnya terkekeh lalu berjalan menuju lan wangji—mungkin—itu, merangkulnya,

"oh ayolah lan zhan! Aku kan hanya ingin bertemu jiang cheng,"

Wajah datar itu tak terlihat keberatan dirangkul wei wuxian, "sebentar lagi masuk, wei ying,"

Hah? HAH? Wei ying? Lan zhan? Apa jiang cheng tak salah dengar??? Lagipula, jika ini benar wei wuxian, maka seharusnya ia baru bangun pukul sepuluh siang! Wei wuxian mengangguk lalu terkekeh. Ia menoleh pada jiang cheng,

"jiang cheng, aku duluan yah! Kutunggu di ruang anggrek!", ujar wei wuxian sambil berlalu dengan lan wangji.

Ah sial, seharusnya jiang cheng bertanya bagaimana cara memakai baju ini.

Di ruang anggrek, ada guru dengan aura gelap nyaris sama dengan guru biologinya—lan qiren. Guru paling killer—lebih galak dari guru bk, wen qing—pria tua berjenggot itu masuk dengan tatapan judes menusuk relung hati. Dan akhirnya pada hari itu mereka belajar tentang roh roh segala macam dan kultivasi yang tidak jiang cheng pahami. Dan pembelajaran hari itu ditutup dengan wei wuxian yang mencari gara gara dan berakhir ditendang keluar oleh qiren dengan emosi.

—ah, bahkan wei wuxian yang disini juga masih suka mencari gara gara.

Saat pulang, ia dan huaisang pergi mencari wei wuxian di kolam lotus belakang tebing. Diikuti wangji, tentu saja.

"hoi idiot, mau sampai kapan kau disana?!" jiang cheng dengan nada malas memanggil wuxian. Yang dipanggil—tengah rebahan diatas ranting yang cukup besar menoleh, tersenyum lebar. Ia melompat turun, kemudian berlari menghampiri jiang cheng dan huaisang,

"jiang cheng! Huaisang!"

Ia melirik lan wangji dibelakangnya, menarik senyum lebar serta mengangkat tangannya. Menyapa pemuda giok itu, "lan zhaan!"

Lan zhan—lan wangji, mendengus, lalu berbalik.

Ketika jiang cheng membuka mata—lagi—yang pertama dilihatnya adalah mayat dan darah. Ia menatap tangannya. Ada pedang berlumur darah di genggamannya. Ia melirik ke samping. Sosok familiar yang biasanya tersenyum teduh ada di sampingnya. Sorot matanya tajam dan dingin menatap mayat hidup yang mengepung mereka berdua.

Jiang cheng menahan napas ketika dari samping ada mayat yang nyaris membunuhnya. Ia melompat kebelakang. Menghindar. Baru saja ia menghela nafas lega, ada pedang terbang menusuk jantungnya. Iris abunya membulat lebar. Samar samar dapat di dengarnya suara xichen memanggilnya panik.

"woy!"

"cheng cheng! Woy bangun!"

"CHENG WOY BANGUN ELAH!"

Jiang cheng tersentak. Ia duduk. Menatap ke samping. Disana nampaklah seorang tuan muda xichen sedang menggembungkan pipinya sebal sambil bersedekap. Xichen menunjuk kamar mandi,

"MANDI SONO! UDAH MAU TELAT!"

Jiang cheng, ling lung, mengambil handuk, masuk kamar mandi. Ia menghela nafas lega,

"untung Cuma mimpi,"[]


maaf gaed kemarin aku nggak up soalna banya tugas uhuh. hari ini dobel up tapi satunya ntar malem yah gaed

penyusupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang