6| Merekah

94 7 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Musim demi musim terlewati. Dorchadas, negri terbesar di dunia itu dengan sang Lucifer yang memimpinnya. Kini telah banyak berubah. Jumlah penduduk manusia semakin bertambah, Race Tigri dan Race Adler telah berhasil menumbuhkan benih benih unggul didalamnya.

Klan werewolf, mermaid, fairy, vampir, dan masih banyak jenis lainnya semakin bertambah. Sejauh ini laporan penyerangan dari luar maupun dalam negri semakin menipis. Bahkan klan wizard atau penyihir dikabarkan tidak membuat ulah seperti tahun tahun sebelumnya.

Sang Lucifer menjadi Demon terkuat, terganas, dan tersadis. Namun, dialah pemimpin teradil, terbijaksana, dan terpercaya oleh seluruh rakyatnya. Dirinya bisa memimpin kerajaan besar itu dengan amat sangat elok. Menjadi sosok kuat guna melindungi rakyatnya, dan bersedia mendengar segala keluh kesah rakyatnya.

Namun, demon tetaplah demon. Iblis tetaplah iblis.

Semakin hari, seiring bertambahnya usia, kekuatan serta kebegisannya bertambah. Jika dulu sang Lucifer digandrung gandrung sebagai raja berwibawa dan amat bijaksana. Kini sebuah sebutan "Raja Kematian" lebih pantas untuknya.

Karena kini, satu lagi sifat yang mendominasi dirinya. Semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu yang hampir membunuh matenya, dia menjadi lebih dingin, lebih kasar, dan lebih menakutkan.

Pemberontak, dan penjahat yang berulah dinegrinya, akan dibantai habis. Jika salah satu dari mereka bisa diijinkan bernafas, maka orang itu akan lebih memilih mati. Daripada berada di ruangan "hukuman" yang sengaja dipersiapkan oleh Luke untuk pemberontak.

Hutan yang terletak dibelakang kerajaan kini semakin indah. Jika dulu hanya sebuah tempat penuh pohon dan semak belukar, kini ditumbuhi banyak bunga dan kupu kupu. Semua ulah dari kaum Fairy yang cantik.

"Evelyn !!!!
Disanaa !!!"

Seorang gadis dengan mata hanzel tampak tersenyum merekah. Rambut coklat gelapnya yang sengaja ia urai tampak melambai diterpa angin. Perlahan, jemari lentiknya menyentuh batang kayu yang berada didepannya. Kukit putih mulusnya tampak berkilau diterpa sinar mentari. Kaki dengan alas coklat itu melangkah perlahan.

Berbekal sebuah toples dengan beberapa kupu kupu warna warni didalamnya, gadis remaja itu tampak mengendap endap. Netranya tak henti mengamati sebuah hewan kecil dengan sayap biru cerah didepannya.

"Hati hati Arsley" bisik seseorang disampingnya.

Gadis hanzel itu mengangguk patuh. Perlahan, tangan itu meraih hewan kecil itu. Kakinya melangkah menuju sebuah batu yang bahkan tak ia lihat sebelumnya.

Sedikit lagi dan...

Brakk..

"Akhhh.."

"Arsleyy !!"

Kedua gadis itu mengaduh kesakitan. Arsley memegangi kepalanya yang terbentur sebuah akar pohon disampingnya. Sedang pandangannya terarah pada toples yang terbuka didepannya

"Astaga... " ucap Arsley mengambil toples itu. Sedang gadis disampingnya tanpak membulatkan mata setelah berhasil bangkit dibawah badan Arsley.

"Dasar kau bodoh " umpat gadis bernama Evelyn itu. Ia segera beranjak. Menatap Arsley yang tampak berusaha berdiri dari sana.

"Aku sudah berusaha" ucap Arsley membela diri. Sedang Evelyn tampak memutar bola matanya. Matanya menatap ke arah barat. Dimana sebuah bola merah tampak hendak bersembunyi.

Evelyn menatap Arsley. Mengambil tas selempang yang sebelumnya ia titipkan di bahu Arsley dan meletakannya di bahunya.

"Lebih baik kita pulang. Hari sudah gelap dan aku tidak mau menjadi sasaran pertanyaan yang mulia" ucap Evelyn

MY SWEET MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang