dikatakan,
helai kelopak jatuh
belai angin membawa
rantai deretan suluh
urai gaduh bentaladirundung gamang
tafakur, timbul tanya
siapakah yang berani mengetuk hati?
dengan merdu harmoni
kelak hati yang sembuh melambai
memudar kuningnya rinduadakalanya rasa girang menipu
yang kehilangan arah atasnya
lantas hiruk-pikuk segala rasa
ditunjukkan pada siapa?
sanggupkah si pengetuk mengembannya?HALO pekalongan yang katanya kota batik
dibawah gerimis, awan tersenyum cantik
penuh rasa suka disuatu sore carikmatahari berlari bebas dikolong langit
bersama rona cahaya yang terbesit
nyaris seratus hari, kini kian melilit
degup yang disembunyikan pun lantang berdenyit
untuk didengar dunia geritletih memang bila terus menahan. sekali lagi, awan coba dengerkan rasa bukan suara.
“ayo awan ini menyenangkan!”
lalu hadirlah langkah-langkah ringan diatas genangan. hujan seharusnya telah usai sore ini, berkat senyum murni matahari dan awan keduanya mendapat tangis oleh alam yang iri.
basuhnya menggugurkan rindu. nyaris larut sepenuhnya. tubuh yang diselimuti hujan, turut jadikan semesta mengirim senja untuk membakar langit sebagai penghangat.
“sungguh bahagia adalah nikmat yang tak pernah dibeli oleh uang”
untuk beberapa rasa bahagia yang nyata, awan setuju.
“dan memandang kamu tersenyum adalah segala nikmat memandang”
ada beberapa kabar bahagia yang tertahan. matahari tahu, diapun mengerti bila ada yang belum selesai.
hanya saja, “saya sangat rela kalau dibelenggu syahdu seperti ini”
lantas raut awan telah menjawab semua seruan proklamasi si matahari.
terimakasih semesta.
BGM : BANDA NEIRA - HUJAN DI MIMPI
KAMU SEDANG MEMBACA
perangai selaksa si matahari
Short Storyʜ ᴀ ᴇ ᴄ ʜ ᴀ ɴ 「 bertudung mendung dilangit bogor, hakikatnya haechan hanya ingin membuktikan bahwa matahari yang merekah pun dapat membakar luka dan dia terus meyakini bila h...