sebelum perjalan itu

2.7K 361 36
                                    

MENJELANG fajar terdengar suara gerimis hujan mengalun, embun bening kian menumpuk dan bau tanah semakin terhirup.

“saya punya sebuah teknik ajakan, ingin berbincang dan melupakan semesta? saya tunggu di kedai kopi ujung jalan malam ini”

awan selama ini bersama prinsip aku berkawan dengan diri sendiri membuat sukses teknik sembrono itu seminggu kemudian. matahari pun ternyata tak pernah absen berada di warung tua tersebut.

“aku pikir perkataanmu keliru," awan mulai menyahut.

“katamu kita abadi? kita hanya manusia”

matahari menghadirkan dua bukit kecil pada pipinya sembari menjawab, “tidak, kamu awan dan saya matahari”

“mengapa pikiranmu bisa sefantasi ini?”

kemudian muncul momen dimana matahari berpikir untuk jujur, timbul slogan utarankan saja dulu jangan di pendam.

“awan, di hadapanmu saya sungguh malu, namun saya serius saat menyatakan bahwa saya jatuh sejak detik pertama saat itu”

di titik ini awan harus tetap waras menjaga etika dengan celotehan sang matahari.

“sesekali berjalanlah berdua dengan saya awan, jangan berlalu menjauhi matahari ataupun bersembunyi di balik matahari”




“bila bisa jangan sesekali tapi sesering mungkin, hehe”







“bila bisa jangan sesekali tapi sesering mungkin, hehe”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
perangai selaksa si matahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang