LEVI'S POV
Night at the caveAku tak menduga Hanji akan menanyakan itu.Apa aku sering menciumnya?Kurasa ya.Karena kalau tidak,Hanji takkan berpikir seperti itu.Aku harus menahannya mulai sekarang.Malam menghampiri dan betapa anehnya melihat langitnya berbintang meski langit mendung mengelilingi.Gerimis masih turun,dan suhu turun drastis.Napas kami berubah menjadi uap dihadapan kami.Kupeluk Hanji lebih erat,agar dia merasa hangat."Seandainya kita bisa membuat api"rutukku pelan.
"Itu tindakan bunuh diri.Mereka akan menemukan kita jika melihat asapnya"Kata Hanji menggaungkan isi pikiranku.Kubelai rambut berminyaknya dan menggosok tangannya yang mendingin."jangan khawatir. Begini saja sudah hangat."
"Kau pembohong yang buruk.Jemarimu sudah sedingin es."cecarku.Dia terkekeh pelan.
"Memang tak ada gunanya berbohong"komentarnya.Dia menelusupkan tangannya dileherku dan aku bisa merasakan jemarinya yang membeku."kenapa kulitmu bisa sehangat ini?"
"Demam?"terka-ku.Punggung tangannya menyentuh dahi dan pipiku.Mata Hazelnya membulat.
"Wah,iya"Hanji menegakkan badannya."Aku harus merawatmu"
"Sadarlah,idiot!Kau yang terluka sekarang.Aku hanya demam biasa"Kusentak tangannya dan menggenggam-nya erat.Kutarik dia kembali kepelukanku dan membetulkan jubah yang menyelimuti kami."sekarang istirahatlah"
"Tak bisa.Sekeras apapun aku mencoba,aku tak bisa tidur."
"Pejamkan saja matamu"
saranku.Dia menurutinya.Selama 10 menit,telingaku hanya mendengar suara keliaran hutan dan serangga malam.Tapi, keheningan itu dipecahkan oleh suara Hanji yang terdengar frustasi.Tepat ditelingaku."Tak bisa.Aku tak bisa tidur"rutuknya gelisah.Telingaku berdenging sesaat sebelum aku sempat menjawabnya.
"Tch"aku menariknya kepangkuanku dan merangkul bahunya.Semula aku menolak melakukan ini,tapi jika ini bisa membuat Hanji terlelap,akan kulakukan.Kutarik napasku,lalu menggumamkan deretan nada yang lembut.Kupertegas ini pada kalian,aku belum pernah bersenandung didepan orang lain.Kugerakkan badanku seirama dengan melodi yang keluar dari bibirku dan mengelus punggung Hanji.
"Eh?"
"Jangan katakan apapun" potongku.Kudorong kepalanya kebawah daguku agar dia tak melihat betapa merahnya wajahku.Aku khawatir senandungku terdengar jelek.
"Ternyata suaramu merdu juga"komentarnya."aku suka"
"Tidurlah"kulanjutkan gumaman laguku.Pikiranku kembali melayang jauh. Sebenarnya tak terlalu jauh sih.Hanya sekitar 3 jam yang lalu.Saat kami berciuman lama sekali,karena Hanji bertanya kenapa aku suka menciumnya. Sebenarnya,aku bisa memberi-nya sejuta alasan mengapa aku suka melakukan hal yang tergolong memalukan itu.Aku menyukainya karena rasanya menyenangkan.Selalu ada desir aneh didadaku yang membuatku ingin terus-menerus melakukannya.Terdengar menjijikkan hingga aku takkan membiarkan Hanji tahu itu.
Bukannya itu wajar bagi pria berumur 30 tahun?Aku selalu ingin berada disamping Hanji dan mendapat perhatian penuh darinya.Selama ini,Hanji memang selalu memperhatikan-ku.Tapi apa yang kulakukan ini cukup untuk membayar semua hal yang dia lakukan?Aku tak tahu.Memikirkan semua ini, membuatku menunduk menatap Hanji yang tanpa kusadari sudah terlelap.Kurendahkan kepalaku, lalu mengecup pelan dahinya.
Kami sudah tak merasa kedinginan lagi.Malahan pipiku rasanya panas saat mengingat lagi ciuman kami yang....yeah, kasar.Sejujurnya aku-lah yang melakukan itu dengan kasar karena jengkel.Hanji hobi menjahili dan meledekku. Lagipula,aku sudah sering membungkamnya dengan ciuman karena jika kubekap mulutnya,dia akan menggigit jariku.Dasar sialan!!!"Mmurgh...."Hanji meracau pelan.Dia bergelung dibawah daguku dan kembali tidur. Terkadang dia bisa seperti seekor kucing.Kurasa,aku takkan tidur malam ini.Terlalu berbahaya jika aku melonggar-kan penjagaanku saat kami jadi buronan seperti ini.Aku jadi teringat sesuatu yang membuat Hanji menangis seperti seorang gadis kecil.Kusentuh mata kananku yang tertutup.Aku bisa merasakan luka sayatan panjang yang kasar disepanjang pipiku. Rasanya sakit saat aku mencoba membuka mataku.Si janggut keparat itu membuatku hanya bisa melihat dengan satu mata saja seumur hidup.
Mengingat Si Janggut bedebah itu,aku jadi teringat janjiku pada Erwin.Janji bahwa aku akan membunuh bajingan itu.Tapi, aku kembali gagal dan aku menyeret Hanji kedalam masalah ini.Kapan aku akan menunaikan janjiku pada Erwin jika bergerak saja sudah sulit?Sudah berapa lama semenjak janji itu kubuat?
Kurasa,Erwin harus menunggu sedikit lebih lama dari yang kubayangkan.
÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷×
HANJI'S POV
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate (LeviHan Fanfic)
FanficLevi Ackerman,sang prajurit terkuat yang dikenal dingin dan berwajah batu itu berusaha mati-matian melindungi rekan terdekatnya,Hanji Zöe.Baik dari ancaman militer hingga ancaman politik serta ancaman yang sesungguhnya yaitu TITAN. Pada satu ekspedi...