Author POV
Semuanya berubah sejak hari itu.
Gak ada kebahagiaan lagi dalam hidup Renjun dan Viona.Udah hampir genap satu bulan.
Dan Minjun masih belum ditemukan.
Polisi juga masih belum menemukan jejak si pembunuh berantai.Renjun udah rapi dengan seragamnya.
Jam dinding udah menunjukkan pukul 7 malam. Dia mau berangkat kerja, kali ini dia kebagian shift malam.Dia menatap ke arah kamar sekali lagi, terpikir Viona yang masih belum pulang juga.
Rutinitas Vio setelah ngajar di tk, yaitu keliling nyari Minjun sambil nyebarin selembaran. Biasanya dia bakal pulang tengah malah. Atau malah gak pulang sampai pagi.
Renjun gatau, karena mereka bahkan udah gak pernah ketemu di rumah. Tiap Renjun di rumah, Viona ga ada. Giliran pas Viona di rumah, Renjun nya yang ga ada.
Bahkan Renjun gak inget kapan terakhir kali dia makan dan tidur bareng Viona di rumah.
Pas di perjalanan menuju kantor polisi, Renjun ngeliat Viona lagi berdiri di dekat sebuah persimpangan. Dia sibuk membagikan selembaran ke banyak orang sambil membungkuk berkali-kali, tanpa peduli bahwa gak sedikit orang yang ngebuang selembaran itu gitu aja.
Gak jarang Viona harus membungkukkan badannya untuk memungut selembaran yang dijatuhkan beberapa orang.
Di saat kaya gini rasa bersalah Renjun jadi ribuan kali lebih besar. Dia buru-buru turun dari mobil dan lari ke arah Viona.
Bikin Viona kaget karena tiba-tiba dipeluk dia, "Pulang dulu ya. Udah malem. Kamu harus makan, kamu harus istirahat." Bisik Renjun yang udah mati-matian nahan tangis,
Vio melepas pelukan Renjun dan malah menggeleng sambil senyum, "Kamu mau berangkat kerja? Tadi makan dulu kan?" Tanyanya,
Renjun ngangguk.
"Makan sama apa?" Viona masih sempet-sempetnya merhatiin Renjun,
Di saat Renjun aja gak yakin apa Viona seenggaknya selalu makan minimal sekali sehari.
"Nasi instan sama telor." Jawab Renjun,
"Maaf ya, harusnya tadi aku pulang dulu buat masakin makan malem."
"Gapapa kok. Aku cuma mau sekarang kamu pulang, istirahat. Kamu pasti belum makan kan?" Tanya Renjun,
Jelas belum.
Wajah Viona aja udah pucat pasi bagaikan mayat hidup. Dia juga jadi jauh lebih kurus dari bulan lalu.Bukan sekali dua kali Renjun maksa ngajak Viona pulang di saat kaya gini, tapi Viona selalu nolak. Dia selalu keras kepala.
Renjun melanjutkan perjalanannya menuju kantor polisi setelah gagal maksa Viona pulang.
Dia berusaha buat tetep fokus nyetir dengan hati-hati, walaupun pikirannya bener-bener kacau.
Sejujurnya, satu bulan ini berat banget buat Renjun. Berat karena Minjun masih belum ketemu juga, berat karena liat keadaan Viona jadi makin memprihatinkan, juga berat karena ucapan-ucapan gak mengenakkan yang dia denger dari orang-orang di sekitarnya.
Terkadang, tiap Renjun jalan di sekitaran komplek atau di tk tempat Viona ngajar, ada aja ucapan orang yang bikin dia down.
"Anaknya masih belum ketemu sampai sekarang."
"Salah istrinya sih, ceroboh banget, gak becus jagain anak sampai bisa diculik pembunuh."
"Tau gak sih saya sering liat istrinya nyebarin selembaran sampai tengah malem, bahkan kadang sampai subuh. Sendirian lagi."
"Suami macam apa sih dia? Kok gak pernah ada buat istrinya. Jangan-jangan cuma istrinya yang berusaha nyari anak mereka."
"Istrinya sekarang udah kaya mayat hidup. Mukanya pucet banget, mana kurus banget, saya sampai prihatin liatnya."
"Dia keliatan gak keurus. Istrinya gimana sih ... Harusnya walaupun sibuk nyari anak yang ilang, dia tetep harus ngerawat suaminya juga dong. Itu kan udah kewajiban istri."
"Pasti karena mereka sama-sama sibuk kerja, makanya anak mereka bisa sampai diculik."
Dan ucapan orang yang paling bikin down adalah ...
"Kasian banget anaknya, punya orang tua gak becus kaya mereka."
Dan Renjun yakin, bukan cuma dia yang sering denger ucapan-ucapan itu. Viona juga pasti pernah denger. Viona juga pasti down, berat rasanya diomongin banyak orang, dicap gak becus jagain anak, bahkan disangka yang engga-engga juga.
Karena orang lain memang suka asal menilai tanpa tau yang sebenernya.
Malam ini Renjun satu shift sama Yiren dan Hendery. Ada banyak laporan yang harus mereka ketik, juga gak sedikit kasus kejahatan yang harus mereka tangani.
Sekitar pukul 3 dinihari, setelah selesai ngetik laporan, Renjun izin keluar sebentar. Dia mau meriksa apa Viona udah pulang atau belum.
Renjun ngedatangin beberapa tempat yang biasa Viona tempatin buat nyari Minjun.
Dan seperti yang Renjun duga, Viona lagi duduk di halte deket tk. Tapi kali ini dia gak sendiri, ada Xiaojun di sampingnya.
Renjun bisa liat Viona memakai jaket milik Xiaojun. Dan Xiaojun terlihat lagi berusaha keras ngebujuk Viona supaya mau makan roti yang dipegangnya.
Tapi Viona menggeleng lagi dan lagi, dia cuma nunduk dan masih keliatan murung. Sampai akhirnya Xiaojun berdiri, dia narik tangan Viona dan berusaha narik istri Renjun itu buat pergi dari halte.
Renjun bisa baca situasi, keliatannya Xiaojun ngancam dengan narik Viona buat pulang ke rumah kalo gak mau makan.
Sampai akhirnya Viona nurut, dia mau makan roti yang dipegang Xiaojun, karena dia masih mau duduk di halte, gamau pulang.
Akhirnya mereka berdua balik duduk.
Xiaojun terus-terusan merhatiin Viona buat mastiin bahwa sahabatnya itu bener-bener memakan habis rotinya.Mata indah Renjun dipenuhi buliran bening seketika. Lagi-lagi rasa bersalah menyelimuti dirinya. Bahkan kali ini dadanya agak kerasa sesak.
Kenapa malah laki-laki lain yang ada di sisi Viona? Kenapa bukan gua? Kenapa gua gak becus sama sekali buat ngejagain Viona?
Itu yang ada di pikiran Renjun.
Pada akhirnya dia menghakimi dirinya sendiri.Yuhuuu dikit lagi end😄
Jangan jadi sider dong huhu:(
Voment juseyo😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight || Huang Renjun✔
Fanfic[NCT Dream series Book 2] Tentang Moonlight yang kembali hadir di hidup Renjun. Dan juga kelanjutan kisah mereka. Starring: -Huang Renjun -Viona (OC) -Zhong Chenle -Shuhua -Xiaojun -Etc.