13

5.3K 739 99
                                    

Author POV

Setelah Chenle pulang, Renjun berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke tembok samping pagar rumah. Dia belum mau masuk, karena tau bahwa situasi bakal jadi canggung antara dia dan Viona.

Tapi tiba-tiba, hujan turun, bikin Renjun mau gamau langsung bergegas lari memasuki halaman rumah. Baru juga setengah jalan, dia berhenti lari dan mematung di tengah halaman sambil natap kaget ke arah teras, karena ada Viona lagi duduk di sana.

Viona natap Renjun dengan tatapan bingung, sampai akhirnya dia bergegas ngambil payung dan jalan mendekat ke arah Renjun. Dia memayungi Renjun supaya gak keguyur hujan lagi.

"Udah tau hujan, kenapa malah matung di sini?" Tanya Viona,

Mata sembabnya natap mata Renjun dengan lekat, kesedihan masih terpancar dari kedua matanya, begitu juga rasa cinta yang mendalam.

Bikin kedua mata Renjun tak kuasa buat gak berkaca-kaca.

Dia mau ngejelasin banyak hal, tapi rasanya mulutnya sulit buat ngucapin itu. Jadi dia cuma menjelaskan semuanya lewat tatapan mata.

Karena bahkan hanya dengan saling natap mata satu sama lain, mereka ngerti. Bahwa rasa cinta mereka untuk satu sama lain gak pernah berkurang sama sekali, bahwa mereka sama-sama menyalahkan diri sendiri atas semua ini, juga bahwa mereka sama sekali gak mau pisah.

Ucapan Chenle memang bener, mereka cuma lagi sama-sama capek sama keadaan. Sampai nyaris bikin keputusan yang salah.

.

Seharian ini, mereka menghabiskan waktu dengan bicara empat mata sambil berbaring berhadapan di kamar.

"Bayangin kalo tadi Chenle gak datang, mungkin kita beneran bakal pisah." Kata Renjun sambil narik Viona ke pelukannya,

"Aku bersyukur banget dia datang. Dan besok-besok dia pasti ngeledekin kita deh Jun ..." Kata Viona,

"Pasti dia bakal bilang ... Udah tau bucin akut, sok-sokan mau cerai." Kata Renjun,

Setelahnya mereka berdua tertawa, merasa bodoh dan konyol karena keputusan yang nyaris mereka buat tadi.


Ding dong~

Suara bel rumah berbunyi, bikin Viona dan Renjun mau gamau langsung beranjak dari kasur dan bergegas menuju pintu depan.

Beberapa langkah sebelum mereka sampai di pintu ... Pintunya keburu kebuka. Memperlihatkan seorang anak laki-laki yang selama ini mereka nyari, siapa lagi kalau bukan Huang Minjun.

Viona dan Renjun mematung.
Menatap kaget ke arah Minjun dengan mata mereka yang mulai berair lagi.

Mereka lebih kaget begitu liat beberapa langkah di belakang Minjun ada seorang wanita paruh baya. Wanita yang terekam di cctv, wanita yang membawa Minjun pergi dari tk waktu itu. Dan dia adalah pembunuh berantai, yang udah membunuh beberapa anak laki-laki selama beberapa bulan terakhir dan masih dalam pencarian polisi.

Viona dan Renjun udah panik setengah mati liat Minjun ada di dekat wanita itu, tapi anehnya Minjun gak keliatan takut sama sekali.

Anak itu malah senyum lebar dan melambaikan kedua tangan ke arah Renjun dan Viona sambil lompat-lompat.

"Mamaaaa, ayahhhh, aku pulang!!" Teriaknya dengan riang,

Viona jalan mendekat ke arah Minjun perlahan dan Minjunnya langsung lari dan meluk Viona.

Tangis Vio udah gak kebendung lagi, dia nangis sejadi-jadinya sambil meluk Minjun erat. "Kamu kemana aja sih? Selama ini mama sama ayah nyariin kamu setiap hari." Kata Viona,

Moonlight || Huang Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang