7

5.4K 701 24
                                    

Author POV

Semenjak hamil, entah kenapa makin hari Viona jadi makin berubah. Dia jadi sensitif banget. Dia jadi gampang sedih, moodnya gampang ancur dan dia juga jadi lebih gampang marah.

Kadang dia manja banget, kadang mendadak dingin, kadang manis dan kadang gampang tersinggung.

Terkadang dia ngidam yang aneh-aneh. Terkadang dia makan terus, kadang gaada nafsu makan sama sekali. Kadang sering tidur, kadang gak bisa tidur semaleman. Bahkan terkadang dia jadi rese banget sampai bikin Renjun pusing.

Tapi Renjun memaklumi itu semua.
Mungkin itu efek kehamilan.
Dan itu semua adalah tantangan buat Renjun, dia harus sabar ngadepin Vio.

Di saat-saat kaya gini, mereka berdua menyadari bahwa apa yang dibilang papa Mino pas awal mereka nikah dulu, memang bener.

Pernikahan gak segampang seperti yang orang pikir buat dijalanin. Bakal banyak tantangan dan cobaan yang harus dihadapi. Entah itu cobaan dari orang lain, atau cobaan dari diri mereka sendiri.

Saat ini, semuanya jadi agak terasa berat buat mereka berdua. Iya, bahkan buat Viona pun semua ini berat buat dijalani.

Dia nyadar bahwa dirinya berubah jadi jauh lebih sensitif dan bikin Renjun harus lebih extra sabar buat ngadepin dia. Tapi dia sama sekali gatau kenapa dirinya jadi berubah banget, dia gatau kenapa hal hal sepele aja bisa bikin dia sedih berat atau bisa bikin mood nya ancur.

Semuanya berjalan gitu aja. Semuanya terlalu susah buat dijelasin. Dan mungkin itu ada hubungannya dengan kehamilan Vio.

Dan seperti yang Shuhua suruh, Viona mencurahkan segalanya di buku diary untuk ibu hamil pemberian Shuhua waktu itu.

Tentang dirinya sendiri yang sulit dimengerti. Tentang perasaannya yang kadang jadi gak karuan gak jelas. Juga tentang ketakutan yang tiba-tiba datang menyerang batinnya.

Pagi ini, Yiren dikagetkan oleh Renjun yang ternyata udah datang duluan. Seniornya itu tengah duduk melamun di kursinya.

"Pagi kak ..."

Sapa Yiren bikin Renjun terperanjat kaget.

"Eh Ren, pagi ..." Balas Renjun sambil senyum tipis,

"Pagi-pagi udah ngelamun aja, ngelamunin apa sih kak?" Tanya Yiren yang sebenernya udah lama penasaran sama hal itu,

Udah berbulan-bulan berlalu sejak pertama kali Yiren dipindahkan kesini.

Makin hari entah kenapa Renjun jadi sering keliatan murung, sering keliatan sedih, ngelamun dan bahkan sering keliatan pusing juga.

"Lagi bingung aja. Tadi istri gua mendadak bersikap dingin banget. Gua jadi kepikiran, gua bikin salah apa ya sama dia ..." Kata Renjun, tatapan nya kosong.

Yiren menatap iba ke arah Renjun.
Dimatanya, Renjun keliatan makin pucat setiap harinya. Pasti efek banyak pikiran.

"Coba diinget-inget lagi, hal apa yang kira-kira udah lo lakuin dan bikin dia bete? Inget bahkan hal kecil sekalipun." Kata Yiren,

Renjun mikir keras lagi.
Mengingat-ngingat setiap sikapnya sejak pulang kerja semalam. Mencari tahu dalam ingatannya, sikapnya yang mana yang sekiranya udah bikin Viona bete sampai jadi bersikap dingin ke dia pagi ini ...

"Ah iya ... Gua inget. Semalem dia buatin gua susu coklat, tapi gak sempet gua minum ... Karena gua ketiduran." Renjun langsung menghela nafas berat,

Dia tau itu hal sepele.
Tapi karena Viona memang lagi sensitif banget, jadi itu termasuk kesalahan yang bisa banget bikin mood perempuan itu ancur.

.

Disaat Renjun baru pulang kerja.
Viona udah duduk di sofa dengan raut wajahnya yang menyiratkan bahwa suasana hatinya lagi ancur.

"Hai sayang, udah makan?" Tanya Renjun sambil melepas kedua sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu dekat pintu,

Dia berusaha mencairkan suasana.

"Aku minta maaf ya pas semalem ketiduran, susu buatan kamu jadi gak aku minum. Sumpah aku gak sengaja, tau-tau aku ketiduran." Kata Renjun lagi sambil jalan ke arah Vio,

Tapi istrinya itu gak ngerespon ucapan dia sama sekali dan malah terus-terusan natap dia dengan tatapan dingin.

"Cape kan ngadepin aku?" Tanya Viona tiba-tiba, dalam seketika tatapan nya berubah marah.

Lagi-lagi Renjun harus ekstra sabar.
Karena Viona mulai bicara yang aneh-aneh.

"Cape kenapa? Engga tuh." Jawab Renjun sambil masih nunjukkin senyumnya,

Baru juga Renjun mau nyentuh helaian rambut Vio ... Perempuan itu malah beranjak dari duduknya dan berjalan masuk kamar.

Renjun masih sabar, lebih tepatnya masih harus sabar. Dia ikut masuk kamar, mengambil pakaian tidurnya dan bergegas masuk kamar mandi.

Sedangkan Viona lagi tidur selimutan.

Begitu Renjun selesai mandi, Vio udah berubah posisi jadi duduk di tepi kasur. Dan Renjun yang udah pake piyama biru dongker langsung mendudukkan dirinya di depan Vio.

"Mau makan sesuatu?" Tanya Renjun masih dengan senyum manisnya,

Vio menggeleng, dia malah menundukkan wajahnya, menggigit bibir bawahnya dan seketika matanya mulai berair.

Tangan Renjun bergerak untuk menyelipkan helaian rambut Vio ke belakang kuping perempuan itu.

Dan sesaat kemudian perempuan itu memeluk Renjun erat bersamaan dengan isak tangisnya yang mulai terdengar.

"Aku cape Renjun. Kenapa ya aku jadi kaya gini? Aku gak bisa ngendaliin diri aku sendiri." Ucap Vio di tengah isak tangisnya,

Renjun balik meluk Viona, "Aku gamau kamu stress karena berusaha ngendaliin semua itu tapi akhirnya gak berhasil. Aku mau ... Kamu jalanin aja semuanya, biarin semuanya berlalu ... Tinggal satu bulan lagi kan ... Aku yakin, setelah ini kamu bakal balik kaya dulu. Ini semua cuma efek kehamilan aja."

"Aku minta maaf." Malah kalimat itu yang keluar dari mulut Viona,

"Aku juga minta maaf ya." Balas Renjun,

"Mending sekarang tidur ya? Mau aku bacain buku cerita?" Tawar Renjun,

Viona ngangguk-ngangguk sambil menyeka air matanya sendiri. Beberapa saat kemudian, dia berbaring dan menutupi kaki sampai bahunya dengan selimut.

Sedangkan Renjun duduk di sampingnya sambil baca cerita dari sebuah buku yang dipegangnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya menggenggam tangan kanan Viona.

Kata demi kata dalam buku cerita yang Renjun ucapkan, cukup manjur buat bikin Vio mulai terlelap.

Dan disaat kaya gini, seperti biasanya ... Renjun bakal mulai nangis tanpa suara sambil natap wajah istrinya itu dengan tatapan sedih dan penuh rasa bersalah.

~

"Itu cuma efek kehamilan ka, dokter juga bilang gitu kan?" Tanya Yiren,

Renjun yang pagi ini udah duduk di sebelahnya ngangguk meng-iyakan, "Tapi perasaan perempuan-perempuan lain aja gak gitu-gitu banget Ren. Sedangkan perubahan yang dialami istri gua tuh ekstrim banget. Masalahnya bukan karena gua capek ngadepin dia, gua cuma gak tega liat dia kaya gitu." Kata Renjun panjang lebar,

Setelah jadi rekan satu kantor kepolisian, Renjun dan Yiren memang jadi akrab banget. Dan Yiren juga memang udah akrab banget sama yang lain.

" ... Kalo udah begini gua jadi mikir, Viona jadi kaya gitu memang bener karena efek kehamilan, atau karena gua gak becus bikin dia bahagia di saat-saat kaya gini." Sambung Renjun,

Yiren bisa liat Renjun buru-buru menyeka air matanya yang tiba-tiba jatuh tak terbendung.

















Haai I'm back🖐
Lanjut tidak?
Vote+komen yaaa😉

Moonlight || Huang Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang