Hujan di awal tahun menjadi awal kisah pertemuan kami yang sesungguhnya. Namun sayang, hanya aku yang mengingatnya. Sementara dia tidak. Karna yang aku tahu, ada nama seseorang yang bersemayam dalam hatinya. Entah sejak kapan, tapi aku rasa semenjak kami belum saling mengenal. Kami bertemu lalu berpisah dan mungkin kisah kami hanya seputar pertemuan dan perpisahan.
Hubungan kami yang menyesakkan di mulai malam itu. Di hari kami bertemu sebagai anak yang menjadi bahan perjodohan orang tua masing-m asing. Menerima? Tidak ada pilihan yang bisa kami pilih. Dan tentu untuk dia. Pria dengan pandangan mata sayu yang seolah mengatakan dia tidak menginginkan perjodohan ini. Bagaimana denganku? Aku menerima tanpa protes apapun karna menurutku semua itu akan sia-sia.
Pria itu membawaku berbicara berdua dengannya. Mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Dan pengakuannya di malam itu, membuatku menyadari bahwa kisah kami tertulis tidak atas kehendak kami. Ucapannya memang tidak pernah berpengaruh dalam diriku dan aku juga tidak memikirkannya. Tidak penting dan merepotkan. Ucapan yang lebih tepatnya pengakuan, mungkin aku akan merasa sakit jika aku menginginkan lebih pada hubungan kami nanti. Tapi saat itu aku berpikir untuk apa berharap pada hubungan yang sedari awal hanya akan berjalan pada garis lurus yang sudah disiapkan untuk kami.
Dan pada akhirnya.....
Aku salah dan bodoh dengan mempercayainya. Salahkah jika aku mengatakan kalau hanya aku saja pihak yang tersakiti? Apakah adil jika aku saja yang merasa sesak dengan keadaan kami? Ahh, kisah kami yang berawal dengan hal tidak baik dan akan tetap seperti itu. Seharusnya sedari awal kisah kami tidak perlu terjadi. Tapi sudahlah, penyesalan tidak akan berguna karna kenyataannya kisah kami berakhir.
Dia mengajariku arti dari sebuah perasaan. Ya perasaan hangat penuh persakitan. Kebahagian semu yang membuat diriku jatuh dalam lubang penyesalan tak berujung. Aku membencinya, aku selalu mengatakan aku akan membencinya. Dia memelukku dengan erat sekaligus menghujamku dengan luka yang terus menerus basah. Aku membencinya dan akan terus membencinya.
Kim Yewon
Pandangan matanya malam itu sangat dalam. Ada sesuatu yang menarik dari dirinya yang membuatkumengurungkan niat untuk menolak perjodohan kami. Wajah dinginnya memaksaku untuk mendekat dan mencairkan kebekuan itu. Itu sekilas perasaan yang hadir dalam pikiranku ketika bertatap dengannya. Lalu aku mulai menyadari, lebih baik hubungan ini tidak terjadi jika memang kamipun tidak menginginkannya.
Aku membawanya bersamaku untuk mengakhiri semua ini. Sudah seharusnya kisah ini tidak di mulai. Jika dia keberatan dengan pengakuanku maka akan aku pastikan perjodohan ini batal. Namun jika tidak, akupun tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku mengatakan apa yang ada dalam otakku yang saat ini singkron dengan hatiku. Ada perasaan takut untuk menyakiti hatinya, tapi begitu melihat wajah dinginnya. Aku tercekat sesaat lalu ungkapan itu mengalir dengan indah. Akhirnya setelah mengetahui apa responnya, satu yang aku tau dari gadis ini. Perasaan gadis ini bagai mati. Tidak ada kehangatan dari sorot matanya.
Akankah suatu hari aku bisa menghangatkan tatapan itu? Apa mungkin aku bisa berbagi perasaan dengannya? Apa justru aku akan menyakiti hatinya? Pertanyaan yang kini berputar dalam otak kecilku.
Aku menyakiti hatinya. Untuk kesekian kali atau mungkin memang aku selalu menyakitinya. Senyum manis dan tatapan hangat yang aku impikan, akupun yang menghancurkannya. Dia menginginkan pergi. Meninggalkanku dengan rasa bersalah. Dengan rasa sakit yang sama seperti apa yang dia rasakan. Atau sebenarnya hanya rasa sakit yang seharusnya tidak perlu aku ratapi. Karna itu hukuman yang adil dari Tuhan. Jika dia membenciku, maka itu pantas. Aku menyakitinya berulang kali. Dan kini aku lebih membenci diriku karna selalu menyakitinya.
Lee Changsub
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day You Went Away
Romance"Yewon tunggu! yewon dengarkan aku!" changsub berupaya mengejar yewon yang tengah menaiki tangga lantai 2 dengan tergesa. Yewon membuka pintu kamar dengar kasar dan segera menuju walk in closet. Tanpa memperdulikan changsub, yewon mengambil kopernya...