3. University Love On (Part 3)

11 0 0
                                    

WARNING!!!!!!!! 21++++++++++, pokoknya silahkan baca jika kalian bisa bertanggung jawab pada diri kalian sendiri..... Okehhh... Byeeeee........ Selamat membaca dan salam hangat.....

Changsub mengangkat tubuh chorong dengan hati-hati. Gairahnya semakin meledak ketika tubuh mereka saling menempel. Namun tidak bisa. Tidak disini! Mana mungkin pengalaman pertama mereka di kamar mandi. Sedangkan ranjang king size itu begitu menggoda. Di bantingnya tubuh chorong ke atas ranjang. Ranjang itu memantul seiring tubuh chorong yang menggeliat kesana kemari. Changsub tidak dahan dan menindih tubuh itu.

Menjelajahi tiap jengkal tubuh chorong dengan lidahnya. Nafas hangat changsub menerpa kulit mulus chorong. Rancauan dan desahan nakal keluar dari mulut chorong tanpa jeda. Changsub tersenyum dalam aksinya. Chorong sudah keenakan dengan lidahnya. Bagaimana jika nanti chorong merasakan miliknya yang kini juga ingin dipuaskan?

Lidah changsub selalu suka bermain di gundukan indah chorong. Memainkan ujungnya dengan nakal dan sensual. Dan berhasil membuat empunya menggelinjang dan menggila. Jari nakal changsub mulai bergerak liar. Menyentuh dengan lembut wajah chorong yang kini bergairah. Jemari itu perlahan turun mengusap bibir, leher, meremas dada itu sesaat. Semakin turun hingga menemukan kain tipis transparan yang menutupi area berbahaya di antara kaki chorong..

Gadis nakal! Itulah pikiran changsub saat ini. Jarinya mulai masuk diantara kain segitiga tipis itu. Menggoda kewanitaan chorong yang minta di puaskan. Membelainya pelan dan lembut. Terlihat chorong keenakan bahkan ia mulai meremas payudaranya sendiri. Jari tangan changsub mulai nakal memasuki liang kenikmatan chorong. Memasukinya dengan satu jari, 2 jari memajumundurkan jemarinya dengan lihai. Perlakuan changsub yang membuat chorong menggila.

"Ahhhh, aku... aku... ahhh... rasanya seperti ingin meledak..." teriak chorong.

"Jangan ditahan keluarkan saja!" ucap changsub tak kalah nakal.

"Ahhh... ahhh... changsub...." lengguhan chorong terdengar seiring dengan pelepasan chorong untuk pertama kali.

Changsub mengeluarkan jarinya. Rasa penasaran changsub terjawab ketika ia mulai menjilati jemarinya tadi. Sisa pelepasan chorong yang menempel di jemarinya. Rasanya lumayan! Bagi changsub saat itu. Changsub bukan lelaki polos. Meski ini pertama kali baginya. Tidak rugi juga ia selalu menemani sungjae menonton film ++. Nyatanya kini hanya dengan jemarinya ia bisa memuaskan chorong.

Oh dia melupakan segitiga nakal yang masih menutup rapat aset chorong. Ia menariknya perlahan melewati kedua kaki jenjang chorong. Shit! Baru ia sadari minuman itu hanya sebagai pemicu. Nyatanya kini ia mulai bisa mengendalikan dirinya. Tapi hasrat yang ingin segera dituntaskan tidak bisa ia cegah. Kain segitiga itu ia buang jauh. Membuka kedua kaki chorong dengan perlahan. Tiba-tiba chorong menurupi dengan kedua tangannya.

"Aku malu...." ucap chorong lirih.

"Jangan! Kamu indah!" Changsub mengerti ketakutan chorong. Ia kembali memberinya kecu[an dan beberapa tanda kepemilikan di tubuh chorong. Tidak untuk leher karna itu akan nampak nantinya. Setelah chorong mulai lebih tenang, changsub kembali ke liang kenikakwatan wanita itu. Membuka kedua kakinya dengan lebar. Mendekatkan wajahnya, sedikit mencium area kewanitaan chorong yang yang nyatanya semakin membangkitkan gairahnya. Ia mulai menjilan perlahan. Tubuh chorong menggelinjang kembali. Ia mencoba menahan kaki itu agar tidak bergerak sama sekali.

Lidahnya semakin lihai bermain di area itu. Bintilan kecil di atasnya tidak lupat dari jamahaan lidah nakalnya. Chorong kembali menggila dan changsub semakin dan semakin tersulut.

"Akhh... changsub... tidakk... akhhhh... aku... aku... aku..." Dan blurb cairan itu kembali mengalir indah.

"Sekarang menu utamanya! Aku akan melakukannya dengan pelan.... tahan sedikit!" Changsub berbisik di telinga chorong. Chorong hanya mengangguk pasrah.

Changsub mengarahkan kejantanannya tepat di liang chorong. Ia memasuki dengan sangat pelan. Ia menemukan pengahalang itu. Dilihatnya chorong yang mulai tidak nyaman. Ia harus segera memasuki agar chorong tidak tersiksa terlalu lama. Ia memposisikan diri agar lebih mudah memasuki chorong. Melumat bibir dan memainkan puting chorong adalah cara changsub agar chrorong teralihkan dengan rasa sakitnya.

Dan jleb, dia berhasil. "Akhhhh.... sa.. kitt..." Ucap chorong dengan air mata mengalir. Rasa sakit itu terlalu menyakitkan bagi chorong.

"Apa kita hentikan saja?" Changsub bertanya dengan nada khawatir. Diusapnya air mata chorong dan mengecupnya lembut.

"Jangan! Aku mohon! Kita sudah sejauh ini!"

"Chorong! Aku tidak ingin kamu menyesalinya!"

"Tidak akan! Bergeraklah!"

"Kamu yakin?" Changsub memastikan sekali lagi dan chorong mengangguk yakin. Changsub mulai bergerak perlahan. Chorong meingkarkan kedua tangannya ke leher changsub. Rancauan dan desahan menggema di seluruh ruangan. Hingga akhirnya mereka mendapat pelepasan.

Changsub menjatuhkan dirinya tepat di samping chorong. Mengatur nafasnya sesaat. Changsub masih ngeri jika mengingat air mata chorong ketika ia memasukinya.

"Chorong...."

"Ya...."

"Apa kamu lelah?"

"Kenapa?" Changusub menggeleng. Ia menyibak selimut chorong dan menggendongnya ke kamar mandi. Ia mendudukan chorong dipinggiran bathup. Mengambil air hangat dan kain halus. Ia berjongkok di depan kaki chorong dan membuka membukanya. Chorong yang malu malah menutupinya.

"Tak perlu malu! Aku sudah melihatnya!" changsub tersenyum mengejek. Ia kembali membuka kaki chorong. Mengusap kewanitaan chorong dengan hati-hati. Chorong hanya memperhatikan changsub. "Ini akan mengurangi rasa tidak nyamanmu!" ucapnya. "Pasti sangat menyakitkan ya?"

"Itu... tidak!" Ucap chorong asal. Changsub tertawa.

"Jangan berbohong! Lihatlah! Darah perawanmu! Lumayan banyak, belum di ranjang dan kejantannanku!"

"Maaf..." Ucap chorong.

"Kenapa minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf! Aku sudah mengambil mahkotamu! Maafkan aku chorong!

"Kamu menyesal?"

"Aku menyesal jika itu menyakitimu!"

"Aku baik-baik saja changsub, sungguh!" Chorong tersenyum meyakinkan.

"Terima kasih!" changsub mengecup puncak kepala chorong. "Ayo kita mandi!" Changsub membawa chorong memasuki bathup. Dan mereka mandi bersama, hanya mandi.

Pagi harinya, chorong terbangun dengan keadaan kasur sampingnya kosong. Ia mendesah kecewa. Bagaimana mungkin changsub tega meninggalkannya? Ia ingin menangis saat itu juga. Ia melihat sisa darah keperawanannya yang masih mengotori ranjang itu. Tiba-tiba pintu dibuka dari luar. Menampilkan changsung dengan beberapa paperbag di tangannya.

"Kamu sudah bangun?"

Chorong mengangguk.

"Hey, kenapa kamu menangis?" changsub mendekati chorong dan mengusap air matanya. "Apa masih sakit?"

Chorong menganggk kemudian menggeleng cepat. "Hanya sedikit.."

"Maaf...." Changsub menarik chorong dalam pelukannya. "Mulai sekarang aku berjanji akan terus menjagamu! Sekalipun nanti aku menikah dengan wanita lain!" Chorong merapatkan pelukannya pada changsub. "Kamu ingin makan atau mau mandi terlebih dahulu?"

"Aku sudah mandi semalam!"

"Baiklah! Kalau begitu ayo kita makan!" Changsub kembali mengangkat tubuh chorong dan mendudukannya di sofa. "Makanlah yang banyak! Dan minum ini!"

"Apa ini?"

"Pil kontrasepsi! Aku tidak ingin kamu hamil, masa depan kita masih panjang!"

"Baiklah!" mereka makan dalam diam. Dan chorong meminum obat yang di berikan oleh changsub. Padahal baginya, ia tidak keberatan jika harus mengandung anak changub. Tapi mungkin ini belum saatnya karna mereka masih harus melanjutkan kuliah.


Jumat, 07 Februari 2020

^M2R^

The Day You Went AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang