chapter O1

844 100 7
                                    



















































°°°

















Air hujan mengguyur kota Busan dengan sangat deras dan cukup awet untuk hari itu. Musim dan keadaan sama sekali tak bisa ditebak, musim panas yang masih saja menyimpan hujan disela-sela musim membuat sebagian aktifitas manusia dibumi terhenti sejenak. Banyak orang yang berhenti sejenak dan memilih meneduh dibawah ruko-ruko, maupun tempat berteduh lainnya yang ditemukan oleh mereka.

Seorang pengusaha besar sedang terduduk dikursi penumpang di mobil mewahnya. Matanya melihat kearah luar jendela mobilnya, embun air mulai terlihat dikaca mobilnya itu. Mobilnya tak bergerak sama sekali. Macet, itulah yang sedang ia alami. Semua mobil terdiam ditempatnya masing-masing, sesekali mereka melajukan mobilnya perlahan karena keadaan jalan yang cukup padat dan ditambah hujan yang cukup lebat.

Pria itu melihat kearah jam tangan miliknya, sudah 15 menit ia terjebak macet yang sangat membosankan dan sangat menghabiskan waktu ini. Wajahnya datar melihat kearah depan, banyak sekali kendaraan roda empat disana. Jika semua orang memakai kendaraan roda empat miliknya, mungkin jalanan akan selalu macet seperti ini.

"Buka pintunya, Aku akan berjalan kaki saja." Ucap Yoongi dingin dengan payung hitam yang sudah ia pegang. Sang supir pun membukakan kunci pintu mobil tersebut. Kaki kiri Yoongi menginjak aspal yang basah itu, ia pun segera menutup pintu mobilnya dan melangkahkan kakinya menuju trotoar jalan.

Yoongi berjalan dihadapan orang-orang yang sedang meneduh, parasnya yang datar dan dingin menjadi perhatian para kaum hawa yang melihatnya. Ditambah memakai pakaian yang rapih dan tentunya berjas menjadi nilai plusnya. Ia berjalan menuju sebuah resto yang berada di ujung jalanan yang macet itu. Berjalan menerjang hujan yang cukup lebat, tak mematahkan semagatnya untuk sampai kesana tepat waktu.

Saat ia berjalan, ada kendaraan roda dua berkendara dengan sangat cepat yang membuat bajunya terciprat air kubangan yang ada disebelahnya itu. Bukan terciprat si, akan tetapi tersiram untuk lebih mendekatinya. Kini bajunya basah kuyup, Yoongi melihat datar kearah bajunya, kedua matanya menutup seketika. Manahan amarah disaat hujan mengguyur payungnya dengan sangat deras. Banyak pasang mata melihat padanya, terpaku dan menjadi titik pandang semua. Yoongi pun mempercepat perjalanannya itu.

Eomma dan Appa Yoongi sudah sampai diresto sebelum hujan tadi. Kini mereka sudah duduk si sudut resto yang terlihat sepi itu, karena mereka sudah melakukan reservasi untuk resto tersebut. Mereka berdua sudah berpakaian rapih dan memasang raut wajah yang senang disana. Tak lama, datanglah seorang pria berperawakan tinggi dan memiliki bahu yang lebar, ditambah senyum yang sedari tadi terukir diwajahnya karena sudah melihat mereka berdua.

"Annyeonghasseo," sapa Seokjin sebari membungkukkan badan ketika sudah sampai dihadapan mereka berudua. Pria tua bermarga Min itu tersenyum lebar melihat kehadiran sang kolega. Namun sang ibu Min menelik kearah belakang Seokjin, mencari sosok yang selama ini ia tunggu.

"Kemana gadis itu?" Tanyanya tak sabar melihat sang gadis yang ditunggu-tunggu.

"Ahh, Dia sedang pergi ke toilet." Jawaban Seokjin membuat mulut ibu Min itu membulat. Mereka bertiga pun duduk dan berbincang-bincang terlebih dahulu.

Sudah banyak makanan dan minuman dimeja, semua sudah dibuat khusus untuk anak-anak mereka. Seokjin menyedot lemon tea yang ada dihadapannya. Kemudian matanya melihat kearah jam tangan miliknya, sudah lewat 10 menit. Kemana orang itu?

My Cold CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang