chapter O4

261 68 9
                                    
















































°°°














Langit Busan kembali dirundung gelap, tapi kini tak meneteskan air seperti hari sebelumnya. Masih ada burung yang berterbangan dilangit, lengkap dengan kicauan merdunya. Begitu pula jalanan, masih banyak kendaraan dan pejalan kaki yang berlalu lalang dibahu jalan dengan beberapa orang yang sudah siap membawa payung, takut tiba-tiba hal yang tak diinginkan itu datang kembali.

Taman kota tak seramai kemarin, mungkin karena banyak orang yang memilih diam dirumah dibandingkan diluar. Padahal, cuaca tidak begitu buruk hari ini. Ahh, entahlah.

Seola terduduk disalah satu bangku taman yang berada disana, bangku kayu yang dilapisi cat putih lengkap dengan ukiran indah disenderan bangku itu.

Duduk dengan kaki menyilang dan tangan yang masih setia memegangi tali dari tas jingjing yang ia bawa. Matanya sesekali menelik ke segala arah untuk melihat keberadaan orang yang ditunggunya.

"Huft, sudah 20 menit Aku disini. Tapi sampai sekarang Ia tak kunjung datang, bahkan melihat batang hidungnya pun enyah." lirih Seola dengan mata yang melihat kearah jam tangannya—jarum panjang jam tersebut sudah bergeser cukup jauh, tapi orang yang ditunggu olehnya tak kunjung datang.

Orang yang melewati kembali Seola melihat aneh pada dirinya, mungkin karena dia dari tadi hanya diam dan celingak-celinguk tak jelas. Ditambah, Seola yang memakai outfit yang serba hitam dengan rambut yang diikat asal, tapi anak rambut yang tak ikut terikat pun jadi terlihat sedikit berantakan.

Tas jingjing  tersimpan dipangkuan Seolam Terkesan aneh, tapi tidak baginya.

Seola hanya memasang wajah datar dan memilih bodoamat pada pejalan kaki lain yang memperhatikan kearah dirinya.

Langit lambat laun semakin menggelap, awan pun berubah menjadi hitam pekat—yang awalnya abu dengan sedikit keputih-putihan. Perlahan setetes demi setetes air mulai turun dari langit, membuat semua orang mempercepat laju perjalanan mereka dan membuka payung yang mereka bawa.

Tangan Seola diulurkan ke depan, air menetes dari langit jatuh langsung mengenai tanganya. Matanya terpaku melihat itu sampai ia hampir melamun karenannya. Tangan satunya lagi masih setia memegangi tali dari tas jingjing tadi.

Lama kelamaan, air yang turun mulai deras. Seperti langsung diguyurkan bersamaan ke bumi.

Seola yang melamun karena tadi, belum menyadarinya. Sampai ada seseorang yang menarik tangannya hingga lamunannya itu buyar dan langsung mulai berlari mengikuti sang penarik.

"Apa Kau gila? Berdiam diri saat hujan turun," suara berat seorang namja keluar saat dia sudah berada dibawah ruko bersama Seola—untuk berteduh sejenak dari hujan yang mengguyur kota Busan dengan tiba-tiba. Padahal udah dikasih kode.

Seola masih terdiam, melamun kearah jalanan yang terguyur air cukup deras. Namja itu menghela nafas saat melihat Seola yang hanya melamun tanpa menjawab perkataannya itu, "Tak waras." umpatnya dengan nada kecil.

"Mwo?" Tanya Seola ketika sudah terfokus kembali. "ahh, Neo?" lanjutnya ketika mengetahui bahwa namja yang menarik dirinya itu adalah Yoongi, membuat Seola sedikit kaget dan bertanya-tanya.

My Cold CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang