chapter O6

177 39 7
                                    




























































°°°















Seola kembali lagi ke mobil setelah tadi berada didalam rumah abu selama ±15 menitan.

"Sudah?" tanya Seokjin ketika Seola sudah terduduk dibangku. Kepala Seola mengangguk, Seokjin tak melihat ekspresi aneh diwajah Seola. Tanda air mata pun tak ada, mungkin dia baik-baik saja—pikir Seokjin.

"Baiklah, Kita pulang ke rumah terlebih dahulu. Kau belum makan dari pagi, kan?" tanya Seokjin yang masih menatap Seola.

Kepala Seola mengangguk lagi, tapi kini pandangnnya tertuju pada sang kakak. "Tapi Aku tak merasa lapar, pulang saja ke Busan sekarang." kata Seola seenaknya.

"Hooh, bagaimana Kau ini?! Pesawat menuju Busan saja berangkat sore nanti dan sekarang masih ada tiga jam lagi ini." jawabnya sebari melihat kearah jam tangannya. "sudahlah, kita ke rumah sekarang." lanjutnya yang berkata pada sang supir, dijawab anggukan kepala oleh supir itu—mobil pun melaju.

"Baiklah kalau begitu," jawab Seola yang pasrah—mereka pun akhirnya pulang terlebih dahulu ke rumah Seokjin yang berada di Seoul.

Sudah melaju dijalan empat menit, mobil mereka pun melewati sebuah rumah besar dari jalanan itu—sontak kepala Seola langsung menoleh kearah sana. Rumah yang masih sama seperti beberapa tahun lalu, ternyata masih tersegel garis kuning dengan sangat erat dan terlihat tak terurus.

Menghela nafas panjang dengan mata yang ikut menutup, saat Seola membuka kembali matanya—rumah itu sudah terlewati—karena supir tadi menancap gas lebih cepat, setelah menerima perintah dari Seokjin.

Ia mengetahui itu.

"Semuanya sudah sempurna, kini tinggal kita tunggu hari esok tiba." ucap eomma Min yang terlihat begitu antusias menunggu hari itu tiba, ia sampai menepuk tangannya berulang kali layaknya anak kecil yang bahagia setelah diberi jelly.

Yoongi hanya menghela nafas pendek melihat sang eomma, netranya kini tertuju pada altar yang terlihat panjang itu.

Bayangan kecil pun datang kedalam memorinya, ketika nanti Yoongi dan perempuan yang ia sukai berdiri berdua diatas altar—mengucapkan janji suci untuk hidup berdua, sehidup semati.

Pasti dia sangat cantik.

Senyum samar pun tercipta diwajah Yoongi kala itu, sebelum hilang karena bunyi notifikasi yang berasal dari ponselnya.

*notif masuk

Pandangannya kini teralihkan, bahkan hayalannya pula. Matanya kini menatap layar ponsel yang tadi sempat ia keluarkan dari saku jasnya.

Jinsil
: 2 missed calls
today, 08.47 am (KST)

Jinsil
: Jagi-ya, apa Kau sedang sibuk?
: Mengapa telponku diabaikan sih, huh?!
: Kau mau menghindariku? Kau kan janji akan mengabari Aku saat Kau masih di Busan?!
: Ini sudah dua hari lebih Kau tak memberi kabar :(
: Apakah sepenting itu acara di Busan?
: Jagiiiiii!
: Mengapa hanya dibaca!
read

Pesan beruntun terus datang dari kekasihnya itu, Yoongi pun menutup matanya—sedikit kesal. Mengapa ia harus membuka pesan Jinsil tadi? Kenapa tak dibalas lewat panel ponsel atas saja, huft.

My Cold CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang