08. it's not your fault.

1.3K 61 3
                                    

Hangyul tertunduk menatap layar ponselnya yang ia letakan pada pahanya, sambil tersenyum ia mengunci ponselnya lalu memasukannya dalam saku celananya.

"Eh, toilet rumah lo dimana, Vin?" Tanya Hangyul yang sudah setengah berdiri beranjak dari kursi.

"Itu, Gyul lurus, belok kanan toiletnya disitu. Sorry agak berantakan."

Hangyul mengacungkan jempolnya sambil meninggalkan ruang makan yang riuh karena mereka sedang mengadakan pertemuan bersama dengan Seungwoo.

Beberapa langkah sebelum menuju toilet, langkahnya terhenti pada ruang dapur — ia mendapati Yohan yang tengah menatap kearahnya, lalu dua sisi ujung bibir gemuknya itu tertarik membentuk sebuah senyuman indah, belum lagi matanya ikut tersenyum padanya — membentuk seperti bulan sabit.

Hangyul menatap suasana sekitar yang sepi, dan mulai mengendap - endap masuk kedalam dapur. Yohan menghambur kearahnya lalu mendekap tubuhnya erat - erat.

Aliran darah Hangyul terasa mengalir lebih cepat memompa jantungnya untuk berdegup lebih kencang, nafasnya tercekat, namun ketika ia melihat wajah Yohan — maka rasa nerveous itu hilang seketika.

"Kamu yang masak semua itu?"

Yohan tersenyum sambil mengangguk, lalu ia menghirup aroma tubuh Hangyul dengan menempelkan hidungnya pada ceruk leher Hangyul.

Setelah itu ditatapnya wajah Hangyul lekat - lekat, dan iapun kembali tersenyum. Setelah mengumpulkan seluruh adrenalinnya, Hangyul menghapus jarak untuk memeluk, lalu menggendong tubuh Yohan untuk mendudukannya pada meja dapur.

Sebuah ciuman singkat mendarat dibibir Yohan, sang pria berwajah imut itu tiba - tiba terkejut namun ia kembali tersenyum, mengalungkan tangannya pada leher Hangyul — ia semakin mendekatkan jaraknya pada Hangyul.

Hangyul semakin tidak bisa menahan gejolak birahinya, ia memberanikan diri untuk menghisap bibir bawah Yohan.

Tidak mau kalah, Yohan ikut melumat bibir Hangyul, hingga keduanya melakukan sebuah ciuman yang menggairahkan yaitu french kiss.

Bohong jika keduanya tidak merasakan friksi pada pusat kenikmatannya. Ketika tangan Hangyul bergerak meraba kejantanan Yohan, ia merasakan bagaimana kejantanan Yohan telah mengeras, maka Hangyul menghentikan ciuman mereka.

Yohan tampak kecewa, meski tubuhnya naik turun terengah - engah akibat sebuah cumbu memabukan keduanya. Namun Hangyul tak berhenti sampai disitu, ia menarik melepaskan celana Yohan hingga si pria manis itu tidak mengenakan selembar celana.

Si pria manis dapat merasakan dinginnya marmer yang langsung bersentuhan dengan kulitnya, ia sedikit panik, namun Hangyul meletakan jari telunjuknya pada bibir gemuk Yohan.

"Stay quiet," bisik Hangyul pelan pada telinga Yohan.

Yohan mengangguk mengerti, ia memposisikan dagunya pada ceruk leher Hangyul sambil menikmati aroma Hangyul pada leher, dan juga rambutnya.

Sedangkan Hangyul meraih entah apa yang bisa ia raih, ia mengambil sebotol virgin oil lalu menuangkannya pada telapak tangannya, dan memasukan telapak tangannya yang sudah ia lumuri dengan minyak pada lubang anal Yohan.

Yohan yang merasakan jari besar Hangyul menerobos lubang analnya hendak mendesah, namun ia sadar akan keadaan — ia hanya bisa mengenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Hangyul.

Jari Hangyul bergerak maju dan mundur merangsang sang pria manis hingga ia rasa lubang itu sudah cukup licin.

Kini ia membuka retsleting celananya guna membebaskan kejantanannya yang mulai terasa sesak. Tanpa berlama - lama, ia langsung melesakan kejantanannya pada lubang anal Yohan.

"Eungh—" sebuah lenguhan pelan berhasil lolos dari bibir Yohan, namun ia langsung mentup mulutnya dengan tangannya.

Pinggul Hangyul mulai bergerak perlahan merajam prostat demi memberikan kenikmatan bagi dirinya, dan juga Yohan.

---

Sudah satu jam berlalu tetapi Hangyul belum juga terlihat kembali dari toilet. Yuvin bergerak resah, ia menatap Seungwoo yang baru saja kembali dari mencuci tangannya.

"Lo liat Hangyul ga tadi?"

"Hangyul? Engga, gue pikir dia udah pulang duluan."

Yuvin langsung beranjak pergi, tidak mungkin Hangyul tersesat dirumahnya yang sempit ini.

Namun langkah Yuvin terhenti ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Yohan.

"I am sorry," bibir Yohan bergerak seolah mengucapkan kalimat itu.

Yuvin menatap bagaimana tubuh kekasihnya dalam dekapan temannya sendiri, terlebih ia pun menyetubuhi kekasihnya.

Badan Yuvin langsung terasa lemas, belum lagi kepalanya ikut terasa pening.

Tak seharusnya ia merebut yang bukan miliknya, karena apapun atau siapapun yang bukan miliknya pasti akan kembali kepada yang lebih berhak untuk memilikinya.











Fin.

Touché [ yohangyul / gyulyoh ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang