22#Mulai Terungkap

13.1K 845 173
                                        

Sebenernya udah dari kemaren selesai nulisnya, tapi gara-gara pusing mikir buku kuliah, jadi belum sempet update.

Maap 🙇
.
.
.
.


Saat ini Sri tengah bersantai di depan televisi seorang diri. Aksa sedang pergi, mungkin saja ada kelas di kampus. Dan sampai sekarang pun Aksa masih saja mendiamkannya, tak mau bicara sama sekali, tak mau makan masakan yang dibuatnya, dan sekarang sering pula pulang malam.

Mertuanya pun sampai sekarang belum juga pulang, katanya sih masih sebulan lagi mereka berada di sana karena ada anak perusahaan yang bermasalah.

Ia kesepian di rumah sendiri. Apa ibu mertuanya juga merasakan hal yang sama ketika berada dirumah sendirian?

Awal ia tinggal di rumah ini, ia berpikir apa tak ada pembantu sama sekali yang bekerja di rumah sebesar ini? Ternyata bukan seperti itu.

Ibu mertuanya ternyata hanya mempekerjakan mereka tiap akhir pekan saja, kecuali satpam. Beliau tak terlalu butuh seorang pembantu, bukannya beliau pelit, hanya saja selagi ada pekerjan yang bisa beliau kerjakan sendiri mengapa harus minta orang lain yang mengerjakannya?. Selain badan bisa sehat karena sering gerak, beliau juga bisa mengalihkan rasa sepinya karna banyak kegiata yang bisa ia lakukan. Itulah alasan mengapa ibu mertuanya tidak terlalu butuh jasa seorang pembantu.

“Dek…gimana yo carane bikin bapakmu mau ngomong lagi sama ibuk?” Inilah kegiatan yang dilakukannya setiap hari, mengajak janin yang ada di perutnya bicara.

“Kalo bapakmu gitu terus, ibu mau ngasih tahu kalo kamu ada kapan dek?”

“Ibuk ndak tahu apa bapakmu mau nerima kamu apa ndak. Ibuk takut dek.” Itu yang dipikirkannya setiap hari, takut akan reaksi dari Aksa, juga takut kalau anaknya tak mau diakui.

“Kalo bapakmu nanti ndak mau nerima kamu, ibuk nanti minta pisah aja, ibu siap. Ibuk bisa rawat kamu sendirian.”

Di tengah-tengah kegiatan yang ia lakukan, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tak dikenal.

“Haii Sri” begitulah isi dari pesan itu.

“Iki sopo yo?” Sri tak tahu itu dari siapa karna memang tak ada nama pengirimnya. Ia biarkan saja pesan itu.

Tiba-tiba si pengirim pesan tanpa nama tadi mengiriminya pesan lagi.

“Kok nggak dibales sih? Masa lo udah lupa sama gue sih?” Sri makin dibuat bingung. Ia abaikan lagi pesan itu.

“Ahh…mungkin wae iku wong iseng. Jaman saiki banyak banget penipuan. Ihh…wedi aku.” Sri bergidik ngeri.

Tiba-tiba nomor yang mengiriminya pesan tadi melakukan panggilan telepon, tapi Sri takut untuk mengangkatnya.

“Opo tak angkat aja yoo. Lagian nek mau nipu, aku kan ndak punya opo-opo.”

“Hallo.” Terdengar suara berat seorang laki-laki diseberang sana.

“Ha…hallo. Maaf yo mas, kalo mau nipu salah orang. Aku orang ndak punya. Aku bukan orang kaya. Rugi kalo mas mau nipu aku.”

Orang diseberang sana malah tertawa kencang.

“Lohh  mas, kok malah ketawa to? Aku serius lho iki.” Sri bingung dengan orang itu. Dirinya kan jujur apa adanya.

Cewek Ndeso Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang