23#Nope

11K 830 172
                                    

Sorry, sorry banget buat semuanya author nggak bisa update cepet. Semester ini bener-bener nyiksa author, berangkat pagi-pulang malem, tugas tiap minggu ada terus, waktu luang juga nggak ada, tidur juga tengah malem terus. Maaf.. maaf pokoknya 🙇🙇
.
.
.

Gue mau ajak lo keluar.” Interupsi Aksa di tengah-tengah kegiatan sarapan.

Sri yang mendengar pun menghentikan laju sendok yang akan dimasukkannya ke dalam mulut, lalu ia meletekkannya kembali di atas piring.
“Kemana mas?”

“Ketemuan sama pacar gue.”

DEG!

Jantung Sri tiba-tiba berhenti berdetak.

Apakah orang yang ada dihadapannya ini tidak punya hati sedikit pun? Bisa-bisanya ia mengajak dirinya untuk menemui kekasihnya.

Tahan Sri.. tahan.

Ia tidak boleh menangis, ia harus kuat. Ia tak ingin anaknya ikut bersedih sama sepertinya.

“Baik mas.”

“Cepet selesain sarapan lo! Gue mau berangkat ke kampus dulu, nanti gue pulang buat jemput lo.”

Sri menganggukkan kepalanya. Tenggorokannya terasa tercekat, ia tak mampu melanjutkan sarapannya.

.

“Srii…cepetan! Lelet banget sih.”

“Nggih mas. Ini udah selesai kok.”

Perasaan belum ada 10 menit dirinya ganti baju, tapi Aksa sudah teriak-teriak tak sabaran.

Tak ada percakapan sama sekali di dalam mobil, Sri hanya diam melihat-lihat keluar jendela, sedangkan Aksa fokus menyetir.

Sesampainya di tempat tujuan, Aksa dan Sri keluar dari mobil. Aksa berjalan terlebih dahulu, dan Sri mengekor dibelakangnya. Dari belakang Sri melihat Aksa sedang menghubungi seseorang, mungkin saja ia sedang menghubungi pacarnya.

Kakinya terasa berat untuk melangkah. Pikirannya terus menerawang, mengapa ia mengajaknya untuk menemui pacarnya, sebenarnya apa yang ingin Aksa bicarakan, apakah Aksa akan segara menceraikannya?. Ia harus menyiapkan hatinya untuk menerima kemungkinan yang terjadi nanti.

Aksa masuk ke dalam restoran Jepang. Di sana, kekasih suaminya berada, duduk di tempat paling pojok.

Sesampainya Aksa di sana, kekasihnya berdiri dan memberi kecupan di pipi. Sadar akan keberadaan Sri, Reta menampilkan wajah sinisnya.

“Ayo sayang duduk dulu. Mau pesen apa? Aku pesenin.”

“Terserahh kamu aja.”

Reta segera memanggil pelayan dan memesan pesanannya. Bahkan Sri sendiri tak ditawari apapun.

“Udah mbak itu aja.”

“Baik, silakan ditunggu pesanannya.” Ujar pelayan dengan ramah.

“Kok kamu cuman pesen itu doang?”

“Iya sayang. Sorry banget nih aku nggak tanya dulu. Emm…mungkin aja istri kamu ini nggak doyan makanan orang kaya, jadi yaudah nggak aku pesenin.” Ucap Reta sedikit memelaskan raut mukanya agar terlihat seperti orang yang bersalah.

“Ahh iya mbak… aku nggak doyan kok hehehe.” Sri tertawa garing. Ia paham pacar suaminya itu tak menyukainya.

“Jangan panggil gue mbak, gue bukan kakak lo. Panggil gue Reta. Paham?”

Cewek Ndeso Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang