25#Percaya (1)

14.1K 918 312
                                    

Adakah yang kangen sama cerita ini? Nggak ada pasti 😂
Author cuma mau bilang, jaga kesehatan, patuhi apa yg dibilang sama pemerintah. Kita doa'akan semoga saudara kita cepet sembuh, nggak ada korban lagi. Aminn 🙇
Oke langsung baca aja.
.
.
.

🌼🌼🌼

Semua persediaan bahan makanan yang ada di kulkas sudah habis, dan hari ini Sri berniat membelinya di pasar. Aksa sebenarnya sudah menawarkan diri untuk mengantarkan ke supermarket, tapi Sri menolak. Alasanya, kalau membeli di pasar bisa dapat harga yang lebih murah. Dasar jiwa mak-mak

Padahal Aksa lagi baik hati mau nemenin belanja di supermarket sore nanti. Yaa…kalau mintanya ke pasar dia mah nggak bisa, dia kan ada kelas pagi di kampus. Dan akhirnya dia cuma bisa nganter Sri ke pasar. Ada perasaan was-was sebenernya, yaa gimana lagi, Sri kan lagi bawa anaknya, sedangka dia nggak bisa ngawasin sama sekali.

“Pokoknya lo harus hati-hati!”

“Nggih (iya) Mas”

“Pokoknya jangan sampe kenapa-kenapa anak gue.”

“Nggih Mas!” kesel kan Sri jadinya. Sudah sampai pasar 10 menit yang lalu, malah ditahan di dalam mobil. Mana dari tadi dikasih ceramah nggak berhenti-berhenti lagi.

“Gue lagi ngomong serius ini! Dengerin!.” Dihh malah nge gas dia. Emang dari tadi Sri nggak dengerin apa? Sri sampe sudah hapal malahan.

“Aku juga serius mas. Mas dari tadi ngomong diulang-ulang terus. Aku juga tahu harus gimana, kan aku ibunya mas.”

“Kok lo malah nge gas sih.” Astagaa…Sri bingung harus gimana. Keburu siang ini, nanti kan nggak bisa dapet sayur yang seger-seger.

“Mas…yang hamil aku lho. Kok mas yang jadi sensi to?” ucap Sri dengan kesal.

“Gue nggak sensi ya. Gue cuman nggak mau anak gue kenapa-kenapa.”

“Ohh…jadi anaknya doang. Berarti kalo aku kenapa-kenapa Mas nggak perduli.” Pedih, batin Sri.

“Yaudah aku mau belanja dulu.” Sri pamit dan menyalami tangan Aksa.

“Pokoknya lo harus hati-hati.”

“Nggih mas. Sana cepet berangkat to, nanti telat lho.”

“Iya-iya. Nanti lo pulang naik taxi aja. Jangan naik angkot, kasihan anak gue kalo  harus desek-desekan sama orang banyak.” Dasar orang kaya! Sri pun hanya mengiyakan saja, kalo kebanyakan ngomong nggak bakal kelar nanti.

.

Setelah menghabiskan waktu satu setengah jam, akhirnya ia selesai dengan kegiatan belanjanya. Ia kemudian berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkot yang lewat, iya angkot. Mana mau dia menuruti apa yang Aksa katakan. Naik taxi? Bah! Sayanglah duitnya. Lebih murah naik angkot, yee kan?. Lagian jarak pasar ke rumah juga deket, ga papa lah kalo nanti sempit sempitan bentar sama orang-orang.

Setelah sampai dan turun dari angkot, Sri harus berjalan ke dalam kompleks perumahan, nggak mungkin kan ya angkotnya harus nganter sampe depan rumah. Ya kali, perumahan elit angkot berani masuk.

“Hallo Sri.”

DEG!

Suara yang tak asing di pendengaran Sri.
“Mas Dimas kenapa kesini lagi?” Ya, itu orangnya.

“Pasti kamu mikir nek (kalo) aku wes balik (sudah pulang). Iya to?” Ucap Dimas dengan seringainya.

Sri mulai ketakutan. Dirinya pikir, orang gila itu sudah pulang. Ternyata belum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cewek Ndeso Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang