CHAPTER 10

1K 130 7
                                    

Pastikan internet kalian terhubung agar bisa melihat ilustrasi cerita
|Please click ⭐ first|

***

"Summoning A Nightmare"

***

Suara tawa anak perempuan itu terus terurai seiring dengan gerakan ayunan yang ia naiki nampak tetap stabil karena dorongan seorang anak laki-laki yang juga tersenyum lebar bersamanya. Keduanya tengah menghabiskan waktu bersama berhiaskan senyuman dan tawa.

Hanya saja, lagi-lagi wajah anak laki-laki itu tetap tidak terlihat. Seolah ia merupakan bagian ingatan yang tiba-tiba hilang begitu saja dari dalam kepala gadis itu. Suzy.

Ia tengah kembali memikirkan mimpinya semalam sembari memandang ke arah luar jendela taksi yang ia naiki, tengah dalam perjalanan menuju tempat tinggal Seung Gi. Tatapannya menerawang, merasa ada sesuatu yang harus ia temukan tentang anak laki-laki yang belakangan terus muncul di dalam mimpi atau ingatannya.

Tapi bagaimana? Wajahnya saja masih tidak terlihat.

Suzy menghela napas lelah. Ia lantas memutuskan untuk menyimpan hal itu seorang diri, tak berniat untuk menceritakannya pada siapapun termasuk Su Ho. Karena mungkin saja anak laki-laki itu juga berhubungan dengan potongan masa lalu yang disembunyikan oleh saudara kembarnya itu.

Taksi nampak berhenti di depan pintu utama sebuah gedung apartemen mewah tepat ketika Suzy baru saja mengakhiri semua lamunannya. Ia lantas bergegas turun dari taksi kemudian terus berjalan ke arah dimana tempat tinggal Seung Gi berada.

Suzy mendekap erat naskah drama yang ada dalam pelukannya, kemudian menarik napas panjang ketika baru saja keluar dari lift. Entah mengapa ia merasa gugup.

Tapi, langkahnya otomatis terhenti ketika ia melihat Seung Gi tampak tengah berbicara dengan begitu serius dengan seorang gadis yang tentu saja tidak ia tahu. Yang jelas, gadis itu bukan dari kalangan selebriti.

Apa Seung Gi punya pacar?

Itu adalah prasangka pertama yang dimiliki Suzy. Karena terbujuk oleh rasa penasaran, kakinya seolah terpaku pada tempat itu. Tempat dimana ia bisa mendengarkan semua percakapan Seung Gi dan gadis itu dengan aman. Di balik sebuah dinding, ia memasang telinganya seperti seorang profesional.

"Lalu, apa kau yakin tidak akan menyesal jika kau tidak melakukannya?" itu adalah kalimat yang membuatnya lantas keluar dari balik dinding. Membuatnya tertikam oleh dua tatapan orang yang semula tengah serius berbincang. Juga terhantam oleh makian dirinya sendiri di dalam hati.

Kenapa aku harus ikut campur? Dasar mulut bodoh!

Suzy terus mengutuk dirinya sendiri dalam hati sedangkan Seung Gi nampak terkejut mendapati Suzy berdiri disana, juga ia tentu saja tak ragu untuk menebak bahwa sepertinya gadis itu sudah mendengar semua pembicaraannya dengan Jae Hee.

Seung Gi mengarahkan tatapannya kembali pada Jae Hee, tidak menghiraukan pertanyaan yang tadi diajukan Suzy padanya, "Lebih baik sekarang kau pulang. Mungkin saja Jae Joon sudah pulang sekarang." ujarnya sembari menyentuh bahu Jae Hee dengan lembut, "Dan maaf, aku tetap tidak bisa melakukan apa yang kau minta. Itu bukan hal sepele untukku. Setidaknya, berikan aku waktu lebih lama lagi. Ya?"

Jae Hee nampak ragu sebentar sampai akhirnya ia mengangguk kemudian melangkah pergi setelah sempat membungkuk sopan pada Suzy yang masih mematung di tempatnya berdiri dengan canggung.

Suzy sempat menatap Jae Hee dengan tatapan seolah ia meminta gadis itu untuk tidak pergi. Jangan tinggalkan dirinya sendirian bersama Seung Gi!

Tapi, tentu saja Jae Hee sama sekali tidak mendapatkan sinyal darurat itu dan menghilang dibalik pintu lift. Meninggalkan Suzy yang terkurung dalam rasa canggung luar biasa, juga tatapan Seung Gi yang terus saja seperti terasa seperti tikaman untuknya.

EPOCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang