Tak tahan mendapat tatapan tajam seakan menembus tulang-tulangnya di dalam sana, Allisya membuang tatapannya kearah lain. Membuat seorang laki-laki tinggi tegap, berpenampilan rapi, elegant, dan terlihat sangat jantan di depa sana, mengepalkan kedua tangannya erat. Menatap semakin marah, dan penuh benci kearah Allisya.
Kaki-kakinya yang panjang, melangkah tenang tanpa menimbulkan suara sedikit'pun dari langkahnya, seakan laki-laki itu melangkah tanpa menyentuh lantai sedikit'pun.
Aliisya? Perempuan berusia 25 tahun itu, entah kenapa sangat merasa takut, gugup, dan mampu membuat ia mengeluarkan keringat dinginnya di belakang belah punggungnya yang sudah sangat basah di belakang sana dalam waktu sekejap.
Aroma...Aroma memabukan, dari laki-laki itu juga, mampu menggelitik perut, dan indera penciuman Allisya membuat Allisya tanpa sadar menelan ludahnya susah payah saat ini. Bukan, bukan karena tergoda oleh aroma yang sangat memabukan dari laki-laki itu, tidak sama sekali, sedikit'pun. Laki-laki yang berdiri tanpa berani la ia tatap lagi detik ini adalah seorang laki-laki yang sudah beristeri, laki-laki yang sudah ada yang memilikinya. Demi Tuhan, Allisya tidak akan pernah, tidak akan pernah bisa menyukai apalagi mencintai suami orang, itu sangat memalukan, murahan, dan tak berperasaan.
"Kau terlihat sangat nyaman, dan bahagia berada di rumah ini."Ucap suara itu dingin, tapi terdengar sangat mengejek di telinga Allisya.
Allisya yang menunudukkan kepalannya tadi, perlahan tapi pasti, mengangkat kepala, dan tatapannya pelan, menatap dengan enggan kearah laki-laki itu, yang sudah berada dalam jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Entah kenapa, respon tubuhnya, membuat Allisya reflek memundurkan langkahnya hingga beberapa langkah kebelakang hingga ia menabrak sebuah sofa singel, dan jatuh terududuk di sana dengan tubuh, dan wajah kaku, dan yang utama kedua kakinya yang tidak terlalu panjang, melayang menjuntai tanpa menyentuh lantai, dan shit memperlihatkan paha putihnya yang mulus, dan mungil. Membuat Allisya reflek membawa kedua tangannya di atas kedua pahanya, memperbaiki dress selutut hingga menutup dengan rapi kedua pahanya yang terekspos.
Allisya diam, sedikit'pun tak mengeluarkan suaranya, hanya suara deru nafasnya yang terdengar memburu saat ini, dalam ruang keluarga super mewah yang baru pertama kali Allisya pijak selama hidupnya.
"Bukan'kah kamu sudah terbisa dengan hal yang seperti ini? Kenapa kau terlihat takut, dan tak nyaman?"Suara berat, dan masih bernada ejek barusan, menyapa telak tepat di depan telinga sebelah kanan Allisya.
Hembusan panas nafas laki-laki itu membuat tubuh Allisya yang kaku semakin kaku, dan telihat bergetar kecil, karena sudut bibir yang barusan menyapa telinganya dengan suara berat, dan ejeknya sedikit menyentuh ujung daun telinganya.
Allisya reflek memejamkan kedua matanya erat. Sekali lagi, hati Allisya bertanya-tanya di dalam sana, kenapa ia seperti tak berdaya, bukan sepertinya lagi, tapi memang ia selalu tak berdaya apabila berada dalam jarak yang dekat, maupun jauh dengan laki-laki yang bernama Malik Prasetyo.
Laki-laki itu, seperti...seperti mampu membuat ia akan mati di tempat hanya dengan tatapannya yang super tajam, dan dingin. Tubuhnya seperti mengenal, gerakan tubuh Malik, sentuhan Malik, tubuh Malik yang berada sangat dekat dengan tubuhnya, tapi dimana? Kenapa ia harus tak berdaya, dan merasa takut, dan terancam pada kliennya Malik, padahal sebelumnya, ia tak pernah seperti ini.
"Buka matamu, jangan pernah berharap kedua bibirku yang bersih mengecup seujung'pun bibirmu yang sudah banyak di jamah oleh laki-laki lain."Desis suara itu tegas, penuh hina. Membuat Allisya reflek membuka kedua matanya menatap kearah Malik yang sedang menatapnya dengan tatapan ejek, dan penuh rasa hina saat ini.
Allisya mengepalkan kedua tangannya erat, menatap Malik dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. Tapi, maaf saja, sesedih, sesakit apapun hati, Allisya. Allisya jamin, tidak akan pernah ada air mata yang akan mengalir di kedua matanya setelah insiden delapan tahun yang lalu.
Pertama, air matanya cukup mengalir karena dirinya di nodai oleh laki-laki tua yang tak ia kenal, bahkan yang tak pernah ia lihat wajahnya sedikit'pun setelah kesuciannya di renggut oleh laki-laki tua biadab itu, ia langsung beranjak dari atas ranjang, memakai cepat pakaiannya, dan meninggalkan kamar hotel dengan penampilan bagai orang gila, dan air mata yang merembes deras bahkan mampu membuat baju bagian depan dadanya basah, kedua...ia menangis karena ia...Allisya menggelengkan kepalanya kuat, tak kuasa mengingat momen yang sangat pahit dalam hidupnya tujuh tahun yang lalu.
"Jangan pernah menghina apa yang ada di tubuh saya!"Desis Allisya pelan, membuat Malik terkekh sinis di tempatnya, dengan wajah yang hampir bersentuhan dengan wajah samping kanan Allisya.
"Kamu sudah ku bayar, ah salah. Kamu sudah di kontrak oleh isteriku. Seluruh tubuh, hidupmu, jiwamu, apapun itu menjadi milikku, dan milik isteriku sampai batas waktu perjanjian sialan itu berakhir, Allisya."Ucap Malik dengan desisan sinisnya, dan di saat laki-laki itu menyebut nama 'Allisya. Suaranya terdengar seperti orang yang sedang mendesah. Membuat Allisya reflek menjauhkan wajahnya dari wajah Malik, tapi sayang, Malik dengan cepat menahan dengan kuat kepalanya agar tidak menghindar dari wajahnya yang ingin mendekat, dan menempel disana.
"Jangan mengulur waktu lagi, aku akan menyentuhmu detik ini juga. Agar anak yang diinginkan oleh isteriku terlebih papaku segera berada dalam kantung rahimmu yang murahan itu."Ucap Malik kejam, dan mampu membuat hati Allisya yang biasanya kebal dengan segala macam jenis hinaan selama ini, terketuk, bagai terketuk oleh palu yang sudah di panasi dengan bara api.
Kenapa hatinya terasa sesak, dan sakit sekali mendengar perkataan yang meluncur dengan nada ejek barusan dari mulut Malik.
Plak
Allisya memukul punggung tangan keras Malik yang ingin merengkuh dagunya.
"Cari wanita lain yang akan menjadi ibu pengganti anakmu!"Desis Allisya tegas, dan berusaha beranjak dengan cepat dari atas sofa, tapi sayang, kali ini Malik sekali lagi dengan cepat menahan tubuhnya. Kali ini, tangan besar, dan kekar laki-laki itu menahan tepat di perutnya. Mengunci perutnnya dengan tangan besar, dan lebarnya seakan memeluknya erat dari sampingnya.
Wajahnya yang keras, dingin, dan datar berada tepat di samping pipi sebelah kanan Allisya, bahkan bibir dingin, dan basah Malik sudah mengecup pipinya detik ini membuat pipi lembut, dan putih mulusnya terasa sedikit basah di sana.
DEG
Jantung Allisya entah kenapa dalam sekejap berdebar dengan laju yang menggila di dalam sana, keringat dingin dengan cepat mengumpul, dan keluar dari pori-pori kulitnya. Tubuh mungil Allisya dalam sekejap terlihat bergetar kecil seperti orang yang ketakutan. Sama...kenapa posisi yang sedang ia lakonkan saat ini bersama dengan Malik terasa familiar di benaknya? Allisya memejamkan kedua matanya erat, kepalanya tiba-tiba terasa pusing.
Sekelabat ingatan samar, menyapa ingatan, dan pikirannya saat ini, kalau dulu, seperti ada seorang laki-laki yang pernah melakukan hal ini dengannya.
Tapi siapa?
Tbc!
Tessss
Ada yg baca?😅
25-01-2020-18:20
Insya Allah up nanti malam juga, ya.
Tanya dulu, dong.
Happy end?
Sad end?
Di lihat dari part awalnya.
Cerita ini akan selesai dalam waktu cepat, semoga 20 hari kelar, ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Mother
General FictionTerbangun di pagi hari diatas sebuah ranjang besar yang mewah, dan megah plus dalam keadaan telanjang bulat, membuat kehidupan Allisya berubah 180%. Entah bagaimana bisa, ia berada dalam ranjang besar itu, yang pasti keperawanannya telah di ambil...