9

13.7K 1.1K 146
                                    

Malik menggenggam telapak tangan isterinya Sarah yang terasa basah saat ini, merapatkan tubuhnya serapat mungkin dengan tubuh Sarah agar Malik bisa melindungi isterinya dari tatapan tajam, dan semburan tajam papanya untuk Sarah.

Malik menatap kearah wajah sedikit pucat Sarah. Hati Malik terasa sakit, dan sesak melihat betapa down-nya sang isteri apabila bertatap muka dengan papanya.

"Paaa, Jangan menatap Sarah seperti itu!"Tegur Malik dengan nada sedang pada papanya, membuat Papanya mendecih pelan, dan membuang tatapnnya yang menatap tajam pada Sarah kearah lain dalam ruang keluarga rumah anaknya yang super besar, dan mewah.

Jelas, semua keindahan, kemegahan yang di miliki oleh anaknya, isterinya yang di nikmatinya selama ini adalah warisan dari dirinya. Hasil jerih payahnya selama puluhan tahun, hingga berada di puncak seperti saat ini. Ia serahkan pada anak satu-satunya Malik dengan syarat Malik harus memiliki anak untuk mewarisi semua kekeyaannya, kalau bisa cucu laki-laki yang di berikan anaknya untuknya, dan untuk isterinya.

Hartanya yang sangat-sangat banyak, akan kemana kalau tidak sosok cucu yang akan mewarisinya, dan melanjutkannya, itu alasan urut kedua. Alasan urut pertama tentang kesembuhan isterinya.

"Ada apa dengan tatapan, Papa? Seperti itu'lah tatapan papa? Ada yang salah?"Ucap Papa Malik yang bernama Harul itu dengan nada yang terdengar sangat datar di telinga Malik terlebih Sarah.

"Papa jangan pura-pura, Pa. Mau sampai kapan Papa memusuhi Sarah? Kasian isteri Malik, Pa. Wajahnya selalu pucat, dan tegang apabila berhadapan langsung dengan Papa."

"Tolong, sayangi Sarah sebagaimana Papa menyayangi, dan mencintai Malik. Sarah sudah menjadi anak Papa. Menantu, Papa."Ucap Malik dengan mengiba, dan raut wajah memelas pada papanya yang masih bertahan dengan tatapan datar untuk dirinya, dan Sarah.

"Kalau dia bisa mengembalikkan keadaan seperti semula, papa akan bersimpuh di depanya, akan menyerahkan seluruh hidup papa untuknya, untuk menghormati, dan menyayanginya, Malik."

"Suruh isterimu itu mengembalikan keadaan yang dia buat kacau, dan menyedihkan delapan tahun yang lalu."

"Terlebih, mampu'kah dia membuat isteri papa yang sangat papa cintai, kamu cintai kembali seperti semula? Apakah dia mampu, hah?"Teriak Harul geram dengan wajah merah padam menahan amarah yang sudah berada di puncak setiap ia berkunjung, dan bertamu ke rumah anaknya. Siapa lagi kalau bukan Sarah, wanita itu yang membuat ia tak terkontrol seperti saat ini.

"Paaa...Cukup, Pa. Jangan menekan isteriku. Jangan menyalahkannya. Ini sudah menjadi takdir hidup kita "Ucap Malik dengan nada yang sedikit naik, Malik geram melihat papanya yang bahkan menunjuk-nunjuk Sarah dengan tatapan penuh bencinya saat ini dengan jari telunjuknya yang sudah renta.

"Sudah'lah, berbicara sama kamu tentang wanita itu hanya membuat umur papa berkurang, Malik."

"Papa dari awal kurang setuju, ternyata benar, perasaan papa nggak pernah salah untuk kebaikan anak papa."Lirih Harul pelan dengan tatapan penuh sayangnya pada anak semata wayangnya, Malik.

"Papa salah! Salah besar! Selama Malik mengenal Sarah, dan menjadi suaminya, Malik selalu merasa bahagia, lengkap, dan sempurna."Ucap Malik dengan nada tegas, dan yakinnya. Kepala laki-laki itu terangkat penuh percaya diri. Kedua bibir tebal kecoklatannya, menyunggingkan semyum yang sangat lebar. Menunjukkan betapa bahagia dirinya bisa memiliki Sarah, dan menjadi suami Sarah selama ini pada papanya.

"Bahagia diatas dua hati yang terluka. Itu'kah yang di namakan bahagia? Kamu kejam, Nak. Kamu bahagia diatas derita papa, dan mamamu. Semuanya karena wanita yang sudah kamu nikahi itu."Tunjuk Harul geram pada Sarah yang terlihat diam membeku sedari tadi, menutup kedua bibirnya rapat dengan wajahnya sudah semakin pucat pasih.

Sarah tak berdaya, setiap Harul papa mertuanya membawa masalah delapan tahun yang lalu dalam obrolan mereka. Hati Sarah menangis di dalam sana, sangat menyesalinya di dalam sana. Sangat menyesali semua yang terjadi delapan tahun yang lalu, dan semuanya itu terjadi karena keegoisan dirinya. Bahkan dirinya ikut hancur, dirinya menjadi sulit memiliki anak setelah insiden mengerikkan yang menimpa mereka dulu.

"Diam? Nggak bisa jawab, ha?"Sinis Harul membuat tubuh Malik terlihat menegang kaku di tempatnya, dan pegangan, dan rangkulan erat nan lembutnya di tubuh hangat, dan lembut isterinya terlepas begitu saja.

Kepala Malik terkulai lemas. Mustahil, ia terlebih Sarah bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Seperti sebelum kejadian mengerikkan delapan tahun yang lalu yang menimpa mereka.

"Papa mau menagih janji kalian. Itu'lah alasan yang membawa papa datang kemari, meninggalkan isteri papa yang kesepian di rumah sendirian."

Kali ini, tubuh Sarah yang terlihat menegang kaku, bahkan keringat dingin mengucur hebat di kening, dan belah punggung wanita itu di belakang sana.

"Apakah Sarah sudah hamil?"Tanya Harul dengan nada harap-harap cemasnya. Menatap kearah Sarah, dan Malik dengan tatapan penuh harapan di kedua sinar mata tuanya.

Dan tatapan penuh harapan dari kedua mata tua Harul, harus sirna melihat gelengan lemah kedua anaknya.

"Papa tau, rahim Sarah terluka parah dulu, hampir di angkat membuat ia kesulitan memiliki anak."Ucap Malik dengan nada tegarnya.

"Nggak ada pilihan lain, Malik harus menikah besok lusa dengan Sani. Keputusan papa sudah bulat, nggak bisa di ganggu gugat."Ucap Harul dengan nada tegas, dan yakinnya membuat Sarah sontak bangun dari dudukannya, menatap papa Malik dengan tatapan menentangnya.

"Aku nggak setuju, Pa. Mas Malik nggak akan pernah menikah dengan siapa'pun apalagi dengan Sani."Ucap Sarah dengan nada tegasnya, Malik ikut bangkit dari dudukannya, mengambil telapak tangan dingin isterinya untuk ia genggam, memberi kehangatan, dan kekuatan untuk isterinya dalam menghadapi papanya yang egois saat ini.

"Siapa kamu? Menantu pembawa sial yang membuat hancur keluarga kecil bahagia kami."Ucap Harul kejam dengan tatapan yang menatap penuh benci kearah Sarah.

Membuat air mata Sarah menetes tanpa bisa wanita itu tahan lagi.

"Aku, dan Mas Malik akan memiliki anak dari ibu pengganti yang telah kami sewa, Pa. Mas Malik akan segera punya anak. Papa, dan Mama akan segera memiliki cucu. Mas Malik tidak akan pernah menikah, cukup aku isterinya. "Ucap Sarah dengan nada lantangnya.

Harul terlihat tertarik dengan ucapan yang di lontarkan oleh mulut Sarah barusan. Harul menatap Sarah penuh tanya di kedua manik hitam pekatnya yang tajam.

"Siapa? Dia siapa? Yang akan mengandung cucuku?"Tanya Harul cepat, tak sanggup menahan rasa pensaran yang sudah berada di puncak keingintahuannya, dan penasaran siapa sosok yanga akan mengandung, dan memberinya seorang cucu kalau bisa lebih dari satu.

"Gadis kecil tadi, Allisya. Dia yang akan mengandung anak Mas Malik. Cucu untuk Papa, dan Mama."Ucap Sarah tanpa ekspresi, dan membuang taapannya kearah lain.

Mendengar ucapan Sarah barusan. Pikiran Harul langsung tertuju pada gadis kecil yang menabraknya tadi. Entah kenapa, jantungnya di dalam sana, perlahan tapi pasti mulai berdebar tak normal di saat ingatannya kembali mengingat anak remaja itu tadi, wajah ketakutannya, wajah rapuhnya, membuat hati Harul tanpa alasan yang jelas, merasa iba,kasian, dan timbul rasa ingin melindungi gadis kecil itu?

Ada apa dengan dirinya, dan perasaannya saat ini?

Tbc

28-01-2020-19:58

Selasa

Ada yg baca? Wkwkw

Lanjut besok pagi, ya.

Misalnya,

Terima nggak, Allisya di perkos* papa Malik? Wkwks

Terima Allisya di perkosa Malik? Kwkwk

Atau di perkos* sama orang lain?wkwk

Sabar, ya. Akan aku kupas sedikit-dikut di setiap partnya. Apa yg terjadi delapan tahun yg lalu dengan keluarga Malik, dan Sarah😊

Surrogate Mother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang