4

16.6K 1.1K 51
                                    

Tak ingin terlibat terlalu jauh, dan memikirkan tentang ucapan wanita itu tadi, Malik membuang tatapannya kearah sarapan paginya yang isinya tinggal sedikit di atas piringnya. Menyendok makanannya tak gairah, ingin sekali laki-laki itu tak melanjutkan sarapannya lagi, tapi ia takut isterinya Sarah kecewa karena tak menghabiskan sarapannya pagi ini. Kata Sarah itu masakan spesial untuk dirinya.

Malik mengunyah makanannya tak nafsu, nafasnya masih tersengal memburu, Malik meyakini bahwa wajahnya yang putih sedang memerah menahan geram, dan amarah saat ini. Entah marah karena apa, Malik merasa seperti bukan dirinya, setelah wanita asing untuk menjadi ibu pengganti anaknya yang di bawa masuk oleh isterinya masuk ke dalam rumah, dan kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lumayan lama, sekitar satu tahun, mungkin. Tergantung wanita itu cepat hamil, dan mengandung anaknya. Perasaan Malik mudah berubah, marah, merasa benci, dan muak setiap saat, setiap saat Malik berhadapan dengan wanita itu, Allisya. Setiap saat di kala ingatan Malik mengingat kalau ia akan menyakiti hati rapuh isterinya di dalam sana. Tidur dengan wanita lain, dan akan memiliki anak dengan wanita lain, walau ia sudah mengantongi persetujuan dari isterinya. Malik tau, Sarah menyetujui semua ini dengan berat hati, dan Malik dengan bodoh, dan brengseknya tak bisa berkutik melawan titah ayahnya.

Malik menoleh kearah isterinya di saat ia merasa punggung tangannya yang lain yang ia simpan di atas pahanya di bawah sana, di elus dengan lembut, dan penuh kasih oleh tangan lentik nan lembut yang sangat Malik kenal siapa pemiliknya, Sarah.

Malik menngukir senyum lembut untuk Sarah, nafasnya yang memburu, dan tersengal perlahan tapi pasti mulai berhembus normal. Seperkian detik perasaan marah, dan kacau Malik meluap entah kemana setelah Sarah menenangkannya walau hanya berupa usapan lembut tanpa kata.

"Terimah kasih."Bisik Malik pelan.

Sarah mengangguk lembut, dengan tatapan yang menatap dalam, dan penuh dengan kata-kata di kedua pancaran sinar matanya kali ini.

"Tolong, jaga sikap, Mas. Bersikap'lah sedikit baik, dan lembut."Bisik Sarah lembut dengan nada memelasnya, tapi Malik tak langsung menjawab, laki-laki itu hanya diam dengan tatapan yang tenggelam oleh kedua sinar indah sepasang mata isteri yang sangat di cinntainya.

Sedangkan Allisya yang berada di seberang Malik, dan Sarah pura-pura tak mendengar, dan makan dengan kepala menunduk tanpa berani melihat kearah Sarah, dan Malik sedikit'pun. Bukan! Bukan karena takut, Allisya hanya merasa canggung, dan tak enak karena berada di antara pasangan suami isteri itu. Sudah Allisya katakan bukan tadi, sebelumnya kalau ia tidak pernah hidup satu rumah dengan pasangan suami isteri yang ia bantu, dan ia mendapat bantuan finansial dari mereka. Allisya akan hidup di sebuah appartemen selama masa kehamilannya hingga Allisya melahirkan, dan akan pergi setelah bayi yang ia lahirkan di ambil oleh ibu, dan ayah bayi yang menumpang hidup dalam rahimnya, mengucap janji, dan menandatangani perjanjian bahawa setelah ini ia tidak berhak mengusik, dan mengklaim bayi-bayi yang telah ia lahirkan. Allisya menyetujui dengan ringan hati. Karena beberapa alasan tentunya.

"Sekali lagi, tolong jaga sikap, Mas. Jangan menatapnya dengan tatapan benci, dia...dia adalah wanita yang akan menjadi ibu dari anak Mas."Ucap Sarah pelan dengan senyum hangat yang ikut serta terbit di kedua bibirnya.

Malik yang sudah mengenal luar dalam isterinya, merasa terenyuh mendengar ucapan, dan cara tatap isterinya terhadap dirinya saat ini.

Malik tau, wanita yang sudah menjadi isterinya sudah hampir delapan tahun lamanya sedang menahan rasa perih, dan sakit di dalam hatinya di dalam sana. Wanita mana? Isteri mana yang rela suaminya akan menyentuh wanita lain, bahkan akan memiliki anak dengan wanita lain. Tidak ada, kalaupu ada itu bullshit menurut Malik. Bohong, wanita itu munafik, hati, dan perasaannya tetap pilu, dan terasa sangat sakit di dalam sana. Akan tetap ada rasa kecewa, dan marah yang ia pendam.

"Itu mustahil untuk aku lakukan, aku tidak bisa bersikap baik, dan lembut pada wanita lain."Desis Malik dengan nada tegasnya.

Membuat kepala Allisya terangkat, dan reflek menatap kearah Malik. Tidak, Allisya tidak merasakan rasa sakit hati atau sesak, Allisya malah merasa kagum pada Malik. Laki-laki itu sangat mencintai isterinya.

"Sikap baik, dan lembut dari diriku, hanya isteriku yang berhak mendapatkannya."Lanjut Malik lagi dengan nada tegasnya.

"Apabila aku bersikap sedikit lembut saja pada wanita lain, nanti mereka berharap."Ucap Malik dengan sinis, dan tatapan sinis yang mengarah pada Allisya saat ini, membuat senyum lembut yang terbit tipis di kedua bibir Allisya, rasa kagum dari hati Allisya karena senang sekali lagi, ia bertemu dengan laki-laki yang sangat mencintai, dan menghormati isterinya dalam sekejap lenyap, digantikan dengan raut wajah marah, ia tak terima karena Malik menuduhnya seperti itu.

Allisya mengepalkan kedua tangannya erat tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Malik, dan Allisya saling memandang dengan tatapan yang memendam amarah antara keduanya.

Sarah yang tak tahan melihat acara tatap-tatapan suaminya dengan Allisya dalam durasi waktu yang sedikit lama, tak tahan, dan kuasa menahan rasa sesak yang tak dapat di tahan, dan di bendung oleh hati, dan perasaannya saat ini.

Sarah merangkum lembut dagu Malik, membawa tatapan Malik agar menatap kearah dirinya.

"Kalau Mas tidak ingin membuat aku merasakan sakit lebih lama lagi. Ku mohon, segera'lah membuat Allisya hamil. Teror dari papa mas juga tidak akan aku rasakan lagi, kalau Mas berhasil menghamili Allisya secepat mungkin."Bisik Allisya dengan tatapan memelas, dan penuh mohon pada Malik suaminya.

Kepala Malik reflek mengangguk, dan dalam seperkian detik, tatapannya beralih kearah Allisya yang terlihat menegang kaku saat ini di tempatnya.

"Persiapkan dirimu nanti malam.Bersihkan milikmu sebersih mungkin, aku tidak sudi terjangkit penyakit menjijikkan dari dirimu."Desis Malik dingin, dan Malik segera beranjak dari dudukannya, ikut membawa tubuh isterinya lembut agar mengikuti langkahnya saat ini.

Meninggalkan Allisya yang masih terlihat membeku hingga detik ini, menatap Malik, dan Sarah yang pergi dari hadapannya dengan langkah tergesa, dan saling merangkul mesra satu sama lain, dengan tatapan kosongnya.

Bisa'kah ia memilih mundur saat ini?

Tbc

26-01-2020-21:33

Minggu

Up besok pagi lagi, ya:)

Surrogate Mother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang