3

18.2K 1.2K 106
                                    

Allisya merasa bagai mahluk tak kasat mata saat ini. Allisya merasa sendiri. Seminggu sudah berlalu setelah insiden kecil di mana Malik, sang Tuan yang akan ia tanam benihnya di dalam rahimnya, hampir melakukan hubungan intim dengannya di sofa, seakan melupakan hal itu begitu saja antara dirinya dengan dirinya minggu lalu.

Saat ini, mereka bertiga sedang duduk dengan tenang  di depan meja makan besar yang terhidang banyak makanan mewah diatasnya. Tapi, walau ada Malik, dan Sarah, Demi Tuhan, Allisya merasa sendiri. Ia seakan di lupakan kehadirannya, tidak di anggap keberadaannya bahkan tidak terlihat oleh kedua orang yang menyewa jasanya tersebut. Membuat Allisya merasa tak nyaman, dan sangat malu.

Malu? Ya, Allisya merasa sangat malu saat ini. Kedua orang di depannya yang sedari tadi yang seperti menggangap tak ada dirinya bersama mereka saat ini, tak segan-segan untuk melakukan hal romantis yang bersifat sangat intim tepat di depan Allisya.

Yang perempuan terlihat sangat manja pada laki-lakinya, Sarah pada Malik, dan Malik terlihat sangat-sangat menyambut, dan  suka menerima kemanjaan isterinya saat ini.

Allisya gugup detik ini, dan membuang pandangannya secepat kilat yang ia bisa di saat dengan terang-terangan Malik mendekatkan wajahnya dengan wajah Sarah, dan ya...lidah basah Malik yang bercampur makanan yang telah hancur di kunyahnya  terlihat menjilat membersihkan selai coklat yang menempel di sudut bibir bawah Sarah.

"Maaf, kami membuat kamu merasa tak nyaman."Ucap Sarah dengan nada yang terdengar ejek di telinga Allisya kali ini. Setelah adegan sedikit tak senonoh  di pertontonkan pada orang lain, dan orang yang masih asing seperti Allisya tanpa rasa malu sedikit'pun.

Aliisya menatap dengan tatapan canggung kearah Sarah yang menatap dengan tatapan dalam yang tidak bisa di artikan oleh Allisya sedikit'pun saat ini.

Tapi, detik ini, Allisya merasa Sarah berubah,  cara tatapanya, cara bicara, dan intonasi bicara wanita itu. Membuat Allisya semakin merasa tak nyaman, dan canggung luar biasa saat ini.

Allisya menggeleng tegas, kedua bibirnya yang mungil, dan basah menerbitkan senyum hangat untuk Sarah  tapi sayang,  Sarah tak membalas senyumamnya kali ini. Membuat Allisya lagi-lagi semakin merasa tak nyaman, dan merasa tak enak.

"Tidak apa-apa, Mbak."

"Seharusnya saya tinggal terpisah dengan Mbak, dan Tuan Malik."

"Jujur saja, saya merasa tak enak, dan canggung apabila harus bergabung dengan Mbak, dan Tuan Malik dalam waktu cukup lama."

"Seharusnya saya tinggal terpisah dengan Mbak, dan Tuan Malik. Seperti sebelum-sebelumnya."Ucap Allisya beruntun dengan nada lembutnya, kedua bibirnya tak berhenti mengukir senyum hangat untuk Sarah.

Malik yang asik makan setelah acara romantisnya, dan Sarah usai karena perutnya sudah keroncong tadi, menghentikan aktifitasnya sesaat. Kedua manik hitam pekatnya yang menatap dengan tatapan lembut penuh cinta pada Sarah tadi,  kini telah berubah menjadi tatapan dingin, dan tajam kearah Allisya yang sedikit'pun tak berani memandangnya, dan meliriknya sedikit'pun.

Malik tak mau munafik, sesekali ia mencuri pandang pada Allisya, melihat bagaimana reaksi wanita itu apabila ia melakukan hal romantis dengan isterinya, mengetes apakah wanita itu terlihat marah, dan cemburu, Malik tak melihat apa yang ia pikirkan sedikit'pun hal itu pada Allisya tadi, dan Malik merasa lega, rumah tangganya akan tetap aman.  Perempuan mata duitan, dan gampangan  itu tidak berpotensi akan menjadi perusak rumah tangga, dan keharmonisan rumah tangganya, tapi tetepa saja ia harus hati-hati.

Tapi, apa maksud ucapan wanita itu barusan?

"Apa maksud ucapanmu barusan?"Tanya Malik dengan suara datarnya.

Allisya yang memang peka, dan cepat tanggap, sontak menoleh kearah Malik, menatap Malik dengan tatapan yang terlihat enggan. Kentara sekali, betapa Allisya tak ingin menatap Malik saat ini,  membuat Malik mengepalkan kedua tangannya yang berada di bawah meja dengan erat saat ini.

Ada rasa marah, dan tak terima di dalam sudut hatinya yang teradalam di dalam sana, mendapat tatapan seperti itu dari Allisya.  Perempuan itu, merendahkan harga dirinya. Tidak! Malik merasa tidak di abaikan, itu salah. Malik tidak membutuhkan perhatian wanita itu, Malik marah, dan geram karena wanita yang sudah ia, dan isterinya bayar mahal sangat tidak patuh, dan hormat padanya.

Allisya menatap Malik dalam, sebelum wanita itu  menjawab ucapan Malik.

"Selama saya menjadi seorang ibu pengganti, tidak pernah saya hidup satu rumah dengan orang yang memakai jasa saya, saya hidup terpisah dengan mereka, walau dalam keadaan hamil sekali'pun."Jawab Allisya dengan nada yang terdengar datar di telinga Malik. 

Entah kenapa, kali ini ucapan bernada datar Allisya  lagi-lagi membuat Malik merasa tak terima, dan mengepalkan kedua tangannya erat saat ini. Perempuan mungil itu tadi, bertutur dengan sangat lembut pada isterinya, tapi? Pada dirinya? Malik menggelengkan kepalanya kuat.

perasaan bodoh apa yang melanda perasaannya barusan?!

Tidak boleh!

Tbc !

Nanti malem up lagi, ya....

Happy end ?

Sad end?

26-01-2020-16:25:

Minggu

Surrogate Mother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang