TUJUH BELAS

12.4K 1.1K 142
                                    


Udah 17 part padahal baru satu minggu ini cerita aku update di wattpad:)

Allisya mematut dirinya di cermin. Penampilannya yang kusut, dan terlihat sangat lelah tadi sekarang sudah terlihat segar.

Rambutnya bahkan masih sedikit basah, tapi Allisya tak peduli. Ia takut terlambat, jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat 40 menit. Untuk menuju Epicentrum Mall membutuhkan waktu lebih kurang 30 menit.

Senyum senang yang sempat terpatri di kedua bibir tipis Allisya yang sedikit lecet, lenyap setelah ia tak sengaja menangkap jejak kemerahan yang terpatri dengan sangat jelas di sekitar tulang selangkanya.

Tangannya reflek menyentuh  bercak merah itu dengan raut wajah yang berubah-rubah. Allisya melupakan sejenak kalau ada tanda memalukan itu tadi di tubuhnya, apabila di lihat orang di tubuhnya, dan terlihat oleh setiap pasang mata yang menatapnya apabila ia tetap memakai dress selutut yang ia kenakan saat ini.

Allisya minim dalam hal percintaan bahkan belum pernah sama sekali Allisya menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.

Allisya bertanya-tanya dalam hati, dan pikirannya. Kenapa...kenapa Tuan Malik  harus meninggalkan bercak sialan ini di tubuhnya? Bukan'kah hal ini dapat membuat semua orang tau tentang hubungan mereka, Mbak Sarah juga pasti akan merasa cemburu apabila melihat bercak merah ini.

Walau Allisya minim pengalaman, dan pengetahuannya tentang percintaan, tapi yang ia dengar, dan seperti novel-novel  romantis yang pernah ia baca, tanda merah atau kiss mark adalah tanda yang di berikan laki-laki untuk menandai miliknya. Tapi, menurut Allisya bercak merah adalah tanda betapa bergairahnya laki-laki terhadap pasangannya.

Allisya tersenyum ejek.  Mengejek Malik dalam hatinya, betapa memalukan sekali laki-laki itu.

"Aku bahkan jijik untuk sekedar mencium bibirmu."Ucap Allisya dengan tawa getirnya. Meniru ucapan Malik yang selalu laki-laki itu lontarkan di saat-saat pertama kali ia menginjak rumah ini.

Allisya merasa lucu, jijik kok sampai berkali-kali. Tidak! Allisya merasa tidak bangga, dan senang sama sekali. Allisya merasa marah, tapi apa boleh buat, ia sudah menolak berkali-kali tadi malam, cukup sekali mereka mencapai puncak, tapi Malik tak menggubris ucapannya, mengatakan kalau mereka harus melakukan berkali-kali agar bayi cepat jadi dalam perutnya. Membuat Allisya akhirnya pasrah, dan merasa sedikit benar, kalau apa yang di ucapkan Malik ada benarnya.

Tapi, kenapa laki-laki itu harus meninggalkan jejak sialan itu di tubuhnya?

Bukan hanya di sekitar tulang selangkanya! Di tubuhnya yang tak terlihat seperti kedua da**  bahkan di sepanjang paha putih mungilnya, di sana yang paling banyak!

Dasar laki-laki kardus!

****

Allisya reflek menghentikan langkah lebarnya di saat sepasang indera pendengarnya menangkap ada suara desahan, dan di depannya sana. Sepasang lak-laki, dan perempuan  terlihat tengah saling berciuman  dengan sangat romantis, dan panas.

Diatas sebuah sofa panjang yang berada di ruang keluarga. Yang perempuan bahkan sudah berada di atas pangkuan yang laki-laki terlihat  sedang membuka tergesa baju setelan kerja yang telah melekat rapi di tubuh atletis laki-laki itu.

Siapa lagi, kalau bukan Sarah, dan  Malik. Allisya tersenyum melihatnya. Walau tak dapat di pungkiri ada rasa malu yang menjalar dengan cepat di setiap aliran darahnya, Allisya yakin mungkin kedua pipi bahkan seluruh wajah, dan tubuhnya saat ini pasti sedang memerah malu. Wajahnya terasa sangat panas sekali saat ini.

Allisya hanya berdiri terpaku, malu untuk melangkah, dan berjalan melewati pasangan suami isteri yang sedang menjalin cinta, dan memperkuat ikatan cinta mereka dengan hal romantis yang tengah mereka lakukan  saat ini.

"Mbak Sarah..."bisik Allisya tanpa suara, dan Sarah yang menghadap Alliisya menatap Allisya dalam diam dengan pandangan dalamnya.

Ciumannnya sudah  terlepas dengan bibir suaminya, Malik terlihat sedang mengecup, dan mencumbu leher jenjangnya.

Allisya membungkukkan tubuhnya sopan, pamit , dan ijin tanpa suara pada Sarah yang masih menatap dalam diam padanya saat ini. Allisya akan lewat pintu belakang.

"Saya pamit keluar sebentar, Mbak Sarah."Ucap Allisya dengan senyum manisnya tanpa suara, hanya berbisik lirih tapi bisa di mengerti oleh Sarah, dan tubuhnya yang mungil membungkuk kecil lalu Allisya membalikkan tubuhnya, berjalan tergesa meninggalkan Sarah dengan Malik.

SARAH? Perempuan itu dengan kasar bangkit dari dudukannya di atas pangkuan Malik, membuat Malik menatap penuh tanya kearahnya.

"Sialan! Gadis sialan!"Jerit Sarah hampir menangis. Membuat Malik semakin menatap isterinya dengan tatapan bingung, penuh tanya, dan khawatir.

Kenapa dia nggak terlihat cemburu padaku?

Malah aku yang cemburu padanya?!

Tbc !

Siang lagi, yakkkkk updatenya:) otw campus dulu, byyy😉

Partnya pendek bat, blm sempat Allisya ke mall. Udah aku cut, dapet tlpon pentin perbaikan nilai😴

Bingung, nih.

Happy end atau sad end ?

Ini cerita masih panjang, tapi alurnya udah rampung aku tampung dalam otakku:)

Makasihhh

01-02-2020-09:15

Sabtu

Surrogate Mother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang