5

15.6K 1.1K 82
                                    

Malik mendudukan Sarah lembut di pinggir ranjang besar, dan empuk di kamar mereka. Sarah menurut, tapi Sarah terlihat membuang wajahnya kearah lain seperti tak ingin melihat wajahnya saat ini, entah kenapa melihat Sarah yang dengan terang-terangan tak ingin menatapnya saat ini,  membuat hati  Malik marah, sangat marah tapi amarahnya malah tertuju pada Allisya, membuat Malik terlihat menggelengkan kepalanya kuat saat ini.

Sial! Malik bisa gila apabila setiap saat, dan waktu otaknya yang berharga harus nyangkut tentang wajah wanita itu di benaknya, kemarahannya harus meluap karena wajah, dan mengingat betapa gampangangannya wanita itu. Rela menjual rahimnya, melepaskan anaknya bagai melepas barang tak berharga saja hanya demi nominal uang yang tak seberapa menurut Malik. Malik, tidak ingin anaknya di lahirkan oleh wanita sejenis Allisya. Akan jadi apa anaknya nanti? Tapi, ini kerana bujukan, dan rajukan isterinya. Semuanya terjadi, berakhir'lah wanita itu berada di rumahnya sudah lebih satu minggu berlalu.

"Kamu kenapa?"Tanya Sarah, membuka suara, dan menatap penuh tanya pada wajah Malik yang terlihat tengah berpikir keras dengan kepala yang menggeleng sedari beberapa detik  yang lalu.

Malik sedikit tersentak kaget, kan, kan, dia kelepasan. Pikirannya sekali lagi dengan panjang malah memikirkan wanita itu, walau pikirannya tentang keburukan wanita itu, tapi tetap saja itu tidak baik untuk Malik. Tidak wajar, dan baik seorang suami yang baik  isi otaknya ada tentang wanita lain di dalam sana, walaupun itu tentang keburukan wanita itu.

Malik...Malik sangat menghormarti, dan mencintai isterinya sampai kapan'pun, dan Malik yakin perasaannya akan tetep seperti itu, tidak akan pernah goyah walau isterinya tidak bisa memberi ia anak sekalipun dalam kehidupan pernikahan mereka. Selamanya, Malik yakin, hati, dan imannya kuat. Tapi, siapa yang bisa melawan kuasa, takdir, dan garis yang di beri Tuhannya untuknya, Malik  sedikit melalaikan hal  itu. Perasaan bisa goyah, dan berubah kapan saja.

"Aku tau kamu terluka di dalam sana."Ucap Malik pelan membuat Sarah kembali membuang tatapannya kearah lain, dan Malik tak suka hal barusan.

"Aku senang kamu peka, sangat peka sama perasaanku. Kamu selalu memikirkan tentang perasaan, dan hatiku."Ucap Sarah lirih dengan tatapan kosongnya, membuat rasa benci, dan marah yang beberapa detik sempat terusir dalam benak, dan pikirannya pada Allisya kini kembali melanda perasaan Malik.

"Aku mau jujur. Aku sama sekali nggak ikhlas suami aku tidur bahkan melakukan hubungan intim dengan wanita lain. Aku nggak rela, Mas. Hati aku kalau bisa di lihat dengan mata telanjang pasti tengah berdarah-darah di dalam sana."Setetes, dua tetes, dan seterusnya air mata dengan buliran yang lumayan besar mengalir membasahi pipi tirus tersapu make up Sarah.

Membuat perasaan marah Malik semakin memuncak pada Allisya. Hei, andai Allisya menolak keras keinginan isterinya, pasti isterinya tidak akan seperti detik ini, iya'kan?

"Batal'kan saja. Cukup kamu, Sar. Aku nggak butuh anak. Aku nggak butuh manusia kecil berisik yang akan mengganggu waktu kita berdua nantinya. Cukup kamu."Ucap Malik dengan nada tegasnya. Membuat Sarah membawa kembali tatapannya kearah wajah keras Malik, tapi tatapannya terlihat dengan jelas tengah menatap mohon pada dirinya saat ini.

"Mas..."panggil Sarah pelan.

Malik menggangguk sebagai jawaban, jempolnya yang besar menghapus lembut lelehan, dan jejak air mata berharga isterinya.

"Ya..."Jawab Malik lembut.

"Aku lebih nggak rela suami aku menikah sekali lagi dengan wanita yang menjadi musuhku sedari kecil."Ucap Sarah dengan nada suara sedikit tinggi kali ini, membuat Malik terlihat menelan ludahnya susah payah saat ini.

"Aku nggak akan pernah menduakan kamu."Ucap Malik dengan nada yakin, dan tegasnya setelah beberapa detik laki-laki itu hanya terpaku diam.

Ucapan Malik barusan, membuat tawa kecil syarat akan rasa sakit hati, dan kecewa lolos begitu saja dari mulut Sarah.

"Kamu berkata  seperti itu seakan kamu mampu melawan titah ayah. Kamu sanggup meninggalkan Ibu Mas yang  sedang terbaring sakit  saat ini?"

"Kita kabur, Mas. Tapi, aku yakin kamu nggak akan sanggup. Kamu anak yang patuh. Aku yakin, Ayahmu akan semakin benci padaku apabila dia tau kalau anak laki-laki sematawayangnya di bawah kabur sama isteri nggak bergunanya."Ucap Sarah pahit kali ini.

Membuat Malik  sekali lagi hanya terpaku diam dengan mulut yang sedikit terbuka.

Malik, nggak sanggup meninggalkan mamanya yang sakit karena dirinya, Malik nggak sanggup melawan titah ayahnya yang ototriter. Apa yang di katakan Sarah benar,  ia laki-laki bodoh yang tak berguna  untuk isterinya.

"Tolong, kamu harus segera melakukan penyatuan  dengan Allisya. Wanita itu harus segera hamil. Walau aku benci, kamu harus tidur dengannya,  aku benci kamu memiliki anak dengan wanita lain."Ucap Sarah dengan tawa getirnya kali ini.

"Nggak ada hubungan badan, kita lakukan inseminasi saja. "Ucap Malik dengan nada tegasnya, membuat Sarah sontak menoleh dengan tawa getir yang kembali hadir, dan mengalun dari kedua bibir, dan mulutnya.

"Ayah memberi waktu yang sangat singkat, Mas. Aku takut inseminasi yang kita lakukan gagal. Aku...aku nggak mau kamu menikah lagi, menduakan aku. Aku bisa gila, Mas.  Aku nggak bisa."Ucap Sarah keras, dan menghempas kasar kedua tangan Malik yang sedikit membungkuk di depannya dari kedua bahunya.

Tapi, Malik tak menyerah. Malik kembali meletakkan lembut tangannya di kedua bahu isterinya.

"Dia...sudah dua kali menjadi Surrogate Mother. Cukup sekali Mas menyentuhnya pasti dia langsung hamil, Mas."

"Tolong, buat dia hamil secepatnya. Aku nggak mau pergi dari hidup kamu, melihat kamu menikah sekali lagi dengan wanita lain."Ucap Sarah dengan nada memelasnya.

"Apalagi wanita itu musuhku, orang yang berniat merebut mas dariku dari dulu hingga saat ini."

Membuat Malik terlihat menelan ludahnya kasar saat ini, dan kata-kata meluncur dengan mulus dari mulutnya, membuat Sarah sedikit tercengang kaget di tempatnya.

"Aku nggak akan menikah dengan wanita mana'pun. Cukup kamu, Sar. Aku janji."

"Aku akan membuat wanita itu hamil. Anak itu, tidak akan pernah tinggal dengan kita. Akan aku serahkan pada papa. Karena papa'lah yang menginginkannya. Aku hanya mau, dan butuh kamu. Pegang kata-kataku. Aku tidak menginginkan anak, dan  tidak membutuhkannya, selamanya. Aku hanya butuh kamu dalam hidupku.hanya kamu, dan cukup kamu."Ucap Malik dengan nada yakin, dan sungguh-sungguhnya membuat senyum tipis berhasil terbit dengan indah di kedua bibir Sarah saat ini.
Siapa yang sudi, mengurus anak suamimu dengan wanita lain? Sarah nggak sudi!

Sekali lagi, Malik melupakan kalau perasaan, dan hati bisa berubah kapan saja.

Tbc!

27-01-2020-17:19

Senen

Lanjut nanti malem lagi, ya:)

Ada yg baca?😆

Pelan2 kakak2, ya. Kenapa Allisya mau jadi ibu pengganti, sudah berapa kali ia menjadi ibu pengganti, proses hamil dia. Nanti akan di jelaskan, dan di selipkan di setiap part yg akan datang.

Surrogate Mother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang