23

11.7K 1.1K 135
                                    

Malik sudah berpenampilan rapi, dan segar. Tidak mungkin Malik pergi menjemput isterinya dalam keadaan kusut, dan bau jejak percintaannya dengan Allisya tadi.

Bisa mati Malik apabila ia melihat wajah sedih, dan sendu isterinya Sarah. Apabila isterinya tau kalau ia habis bercinta dengan Allisya, seorang wanita yang akan mengandung, dan melahirkan anaknya.

Entah kebohongan apa yang akan Malik ucapkan untuk mengelabui isterinya nanti, sampai-sampai ia bisa melupakan keberadaannya seperti tadi.

Apalagi Sarah sedang berada di rumah ibunya saat ini. Ya, Sarah dengan baik hati, dan penuh pengertiannya, mengiriminya pesan mengatakan bahwa diinya sudah berada di rumah ibunya saat ini. Bahkan Sarah memaafknnya dengan mudah karena kelakuan brengseknya tadi. Nggak salah, Malik mempertahankan isteri seperti sosok Sarah yang sudah sangat langkah di dunia ini. Mau menerimanya apa adanya, mencintainya dengan tulus, dan selalu bisa membahagiakannya selama mereka menjalin hubungan. Satu tahun pacaran, dan delapan tahun sudah mereka menjadi sepasang suami isteri. Total sembilan tahun berjalan, Malik selalu merasa bahagia apabila bersama Sarah.

"Aku tidak akan pernah mengkhianati kamu, Sar. Cuman kamu satu-satunya wanita yang akan mengisi hidup aku. Itu janji aku pada diriku sendiri."Gumam Malik dengan kedua bibir yang menyunggingkan semyum lebar saat ini.

Entah'lah, Malik merasa sangat bahagia dengan hati yang berbunga-bunga di dalam sana saat ini. Tubuhnya yang terasa sedikit lelah tadi sudah terasa segar, bugar, dan Malik merasa sangat bersemangat. Ini pasti karena ia akan menjemput isterinya di rumah ibu mertuanya, Malik merasa lebih baik juga karena Sarah juga sudah memaafkannya karena sudah melupaknnaya di mall tadi. Titik! Bukan karena Allisya atau siapa'pun.

Tapi, langkah Malik yang ingin melangkah menuju mobilnya harus terhenti di saat kedua manik hitam pekatnya tak sengaja menangkap tubuh Allisya di depan sana.

Malik yang tak sabar ingin bertemu Sarah malah membelokkan langkahnya, melangkah pelan menuju Allisya yang terlihat duduk termenung di bawah pohon rindang di sebuah kursi besi panjang yang berada di sudut kanan rumah besarnya yang mewah.

Allisya...wanita itu terlihat menatap dengan tatapan kosong kearah ponselnya. Apa yang di lihat wanita itu dari ponselnya yang layarnya bahkan sudah mati saat ini.

Malik sudah berada tepat di belakang Allisya.

Pelan-pelan, dan hati-hati, Malik membawa kedua telapak tangan lebarnya di atas kedua bahu mungil Allisya yang lembut membuat Allisya terlihat tersentak kaget di tempatnya, dan kepalanya reflek menoleh kearah belakang.

"Tuan Malik,"Gumam Allisya pelan.

Malik tak menyahut, dan menatap wajah Allisya saat ini. Kedua manik hitam pekatnya. Menatap penasaran kearah ponsel murahan Allisya yan layarnya sudah mati sejak tadi, Malik meyakini itu, Allisya terlihat melamun mungkin dari tadi, bahkan ada daun yang jatuh di atas kepalanya tanpa wanita itu sadari.

"Apa yang kau lihat?"Tanya Malik akhirnya dengan nada sedangnya, dan menyingkirkan dengan lembut daun nakal di atas kepala Allisya.

Allisya mengernyitkan keningnya bingung. Tak mengerti apa yang di tanyakan Malik barusan.

Melihat kening Allisya yang berlipat bingung, Malik menunjuk ponselnya dengan dagu tegasnya yang kokoh.

"Apa yang kau lihat dalam ponselmu?"Tanya Malik sekali lagi, dengan suara datar kali ini.

Mendengar pertanyaan Malik dengan jelas kali ini, membuat Allisya merasa gugup dalam seketika. Kedua tangannya reflek membawa ponselnya ke depan dadanya, seakan menyembunyikannya dari Malik.

Membuat Malik semakin menatap curiga kearah Allisya.

Allisya? Wanita itu entah kenapa merasa bagai orang bisu, dan merasa takut pada Malik detik ini. Tangannya menggenggam erat-erat ponselnya saat ini.

Tadi...Allisya ingin mendownload aplikasi WhatsUpp untuk menghubungi orang itu, untuk menayakan tentang kabar anaknya, bisa saja Allisya memghubngi dengan panggilan biasa, tapi entah kenapa hatinya seakan di gelitiki oleh sesuatu, ingin menghubungi ayah atau ibu angkat anaknya melalui video call, Allisya juga ingin melihat wajah anaknya, dan merasa penasaran. Sangat penasaran dengan wajah anaknya saat ini setelah ia mendengar cerita Salsa. Setampan apa anaknya, sampai-sampai Salsa memuji anaknya secara berlebihan seperti tadi?

"Auhhw!"Ringis Allisya pelan di saat Malik mencubit lumayan keras pipinya yang tidak tirus maumpun chubby.

"Apa yang kau lihat dalam ponselmu? Kamu seperti orang hilang akal, menatap ponsel yang bahkan layarnya sudah mati seperti tadi?" Malik berucap dengan nada ejek kali ini.

Kesal, Allisya tak menjawab pertanyaan yang sudah berapa kali terlontar dari mulutnya.

"Jangan mencampuri urusan pribadi saya! Urusan kita hanya berada di ranjang sampai saya mengandung anak Tuan."Ucap Allisya dengan nada tegasnya dengan tangan yang mengusap pipinya yang lumayan sakit karena cubitan Malik tadi.

Wajah Malik yang cerah, dan sangat bahagia tadi, seketika berubah muram, terlihat jelas di wajahnya yang keras, dan merah saat ini, memyimpan amarah yang besar untuk Allisya.

Bahkan kedua tangan Malik terlihat terkepal sangat erat saat ini.

Senyum sinis, dan ejek terbit begitu indah di kedua bibir tebal kecoklatan Malik saat ini.

"Kamu...."Malik menunjuk Allisya tepat di depan hidung Allisya yang masih menoleh kearahnya dengan wajah datarnya.

"Jangan kepedean, kebesaran berharap, dan mimpi. Aku bertanya seperti itu. Karena aku takut kamu menghubungi laki-laki lain, menghubunginya diam-diam tanpa sepengetahuanku untuk saling bertemu seperti tadi. Sekali lagi, aku tegaskan padamu, jangan buka sembarangan kedua pahamu untuk laki-laki lain, selagi kamu masih terikat kontrak dengan diriku."Ucap Malik panjang lebar dengan kata-kata yang menyakiti hati Allisya.

Tapi, maaf saja. Hanya dengan kata-kata saja, tak akan membuat air mata Allisya merembes keluar. Apalagi untuk Malik, laki-laki asing yang tak Allisya sukai, dan cintai. Cukup air matanya mengering karena insiden delapan tahun yang lalu, dan juga karena ia harus melepas anaknya terpaksa untuk di rawat, dan asuh orang lain.

"Saya tidak semurahan itu!"Ucap Alliysa lembut sekali masih dengan senyum manis yang terbit dengan indah di kedua bibir mungil berisinya.

"Oh sial!"Umpat Malik marah, marah kepada dirinya sendiri. Di saat dengan sialannya, sekali lagi, hatinya terasa bergetar mempesona melihat senyum Allisya.

Tak tahan dengan getaran sialan itu yang masih menayapanya di dalam sana, Malik segera membalikkan tubuhnya melangkah meninggalkan Allisya yang kini sudah tertawa getir di belakang Malik.

"Oh sial, Nak. Kau akan memiliki adik tiri dari bibit ayah bajingan, dan brengsek seperti Tuan Malik."

Tbc !

Up nanti malam lagi, ya.

Maaf kalau alurnya lambat. Akan saya up sampai tamat:)😊 mohon ikuti dengan hati Sabar bagi yang suka 😊

04-02-2020-17:17

Selasa

Next part tentang kenapa Allisya bisa di pwekosa Malik, dsb :)

Lanjut? Wkw

Surrogate Mother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang