14

12.5K 1K 87
                                    

Malik mengernyit'kan keningnya bingung melihat pemandangan sedikit aneh di depannya. Kedua kakinya yang panjang melangkah ringan kearah seorang perempuan yang duduk di pinggir ranjang besarnya dengan tubuh yang duduk tegak, awalnya ia menatap kearah pintu tapi setelah ia masuk melalui pintu itu, secepat kilat wanita itu membuang tatapannya kearah lain. Seakan tak sudi, dan enggan melihat kearah wajahnya. Membuat Malik merasa egonya tersentil!

Malik juga dengan segera meraba wajahnya kasar, apakah wajahnya masih semenjijikkan dulu? Sehingga wanita tak berharga di depannya ini berani membuang muka di saat ia tengah menatapnya.

Satu lagi, bukan'kah wanita mungil dengan wajah polos nan lugunya di depannya ini sudah berpengalaman menjadi seorang Surrogate Mother? Jelas, dia juga sudah berpengalaman dalam segala hal yang berhubungan dengan ranjang. Mungkin selain menjadi Surrogate Mother wanita mungil yang rela tubuhnya di masuki pria lain yang bukan muhrimnya, yang rela melepas anaknya begitu saja, darah dagingnya, mungkin juga sering menjajakkan tubuhnya kepada laki-laki lain untuk mendepatkan segepok atau dua gepok uang.

Membayangkan hal itu semua membuat tubuh Malik bergidik jijik.

"Apakah begini cara berpakain seorang wanita yang sudah terbiasa menunggu klien-nya datang untuk menyentuhnya agar sesosok atau dua sosok janin menumpang hidup dalam kantung rahimnya?"

Jleb

Demi Tuhan, pertanyaan Malik di atas sungguh dalam, dan tajam. Bahkan mampu menembus ulu hati terdalam Allisya yang hanya terdiam dengan wajah kaku, datar dengan tatapan lurusnya kearah tembok. Merasakan rasa sesak, dan nyeri yang menjalar dengan cepat, dan merambat dengan cepat meracuni seluruh isi hati, dan seluruh organ penting kehidupan Allisya di dalam sana, membuat perasaan Allisya merasa sangat tidak baik detik ini.

Sejak Allisya mendengar suara handle pintunya yang di putar dengan pelan dari luar, Allisya masih mempertahankan tatapannya kearah pintu, menunggu dengan cemas, dan takut laki-laki yang akan menjadi ayah bayi yang akan ia kandung, dan lahir'kan nanti. Tapi, Demi Tuhan. Melihat cara pakaian Malik yang tidak biasanya seperti saat ini, mau tak mau membuat Allisya membuang cepat wajahnya kearah lain, jauh dari raga Malik secepat yang wanita itu bisa.

Laki-laki itu, tidak'kah ada baju yang layak? Celana yang layak? Kenapa hanya masuk ke dalam kamarnya menggunakan celana selutut bahkan di atas lutut dengan kain tipis, dan longgar? Sehingga dengan terang-terangan dapat Allisya lihat dengan tak sengaja gundukkan yang berada di depan tengah-tengah tubuh laki-laki itu, membuat Allisya merasa ngilu, dan berkedut takut di miliknya detik tadi hingga detik ini.

Tapi, apakah ada yang salah dengan pakaiannya saat ini? Allisya meneliti sejenak penampilannya yang lumayan tertutup malam ini. Baju tidur lengan panjang dengan motif bunga mawar merah yang menghiasinya.

"Dalam perjanjian, saya tidak berhak menjawab pertanyaan di luar dari pertanyaan yang akan di tanyakan Tuan selain keadaan anak Tuan yang akan saya kandung nanti."Jawab Allisya datar setelah sekian detik hampir menyentuh satu menit berlalu keheningan menyapa mereka berdua.

Malik mengepalkan kedua tangannya erat mendengar ucapan yang sangat datar, dan terdengar meremahkan yang keluar dari mulut Allisya barusan.

Shit! Kenapa dadanya bergumuruh tak suka di kala wanita sialan di depannya ini menggunakan nada datar di saat tengah berbicara dengan dirinya?

Malik dengan senyum sinis, melangkah semakin mendekat kearah Allisya membuat kedua lutut Allisya di bawah sana tanpa di sadari oleh Malik terlihat bergetar hebat menahan rasa takut. Tubuh Malik tinggi tegap, persis seperti perawakan tubuh laki-laki tua itu, dan tubuh laki-laki tua delapan tahun yang lalu yang berada di ranjang yang sama dengannya persis juga dengan perawakan tubuh papa Malik.

Aroma yang sama, yang dirasakan Allisya delapan tahun yang lalu menusuk telak indera penciumannya saat ini, membuat rasa takut semakin menggerogoti hati, dan perasaan Allisya saat ini. Tapi, sebisa mungkin di tahan oleh wanita itu.

"Ahhhh."pekik Allisya persis sebuah desahan berhasil lolos di mulut Allisya di saat Malik dengan kasar merangkum dagu wanita mungil itu, mendongakkan tatapan Allisya agar Allisya menatap kearah wajah seriusnya.

"Terangs*ng'kah laki-laki yang akan tidur denganmu apabila kau berpakaian seperti ini sebelumnya? Tubuh rata, tidak indah sama sekali untuk di pandang. Apalagi untuk merangsang h4srat seorang laki-laki. "Ucap Malik dengan nada mengejeknya, kedua manik hitam pekatnya menelisik tubuh Allisya dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan menatap dengan tatapan dalam, senyum penuh arti pada kedua d4d* Allisya yang tenggelam, dan tak terlihat karena baju yang Allisya kenakan saat ini kebesaran, dan sangat longgar di tubuhnya.

"Sudah saya bilang, saya tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan yang ada di luar perjanjian!"Sentak Allisya marah, dan membuang wajahnya kasar sehingga cengkraman Malik di dagunya terlepas telak dari rangkuman tangan besar Malik.

"Jangan terlalu kepo dengan urusan saya, nanti Tuan kecanduan, ingin selalu tahu tentang saya bukan'kah itu semua suatu tanda bahwa Tuan telah masuk, dan ingin tahu lebih dalam tentang sa----"

Bruk

Ucapan Allisya terpotong telak di saat dengan kasar, Malik menghantam, dan melempar tubuh Allisya keatas ranjang besar itu dalam waktu seperkian detik, membuat Allisya bungkam sebungkamnya, dan semakin bungkam di saat Malik menindih dengan kasar tubuh mungilnya dengan tubuh besar laki-laki itu.

"Ahhhhrg,"Jerit Allisya sedikit keras, di saat Malik merenggut sedikit kasar rambut lumayan panjangnya, membuat kepala Allisya yang menyentuh ranjang kini sedikit melayang di udara dengan ujung rambutnya yang panjang menyentuh ranjang.

Malik menatap Allisya bengis dengan kedua manik hitam pekatnya. Senyum sinis meremehkan terbit dengan indah di kedua bibir tebal kecoklatan laki-laki itu.

"Jangan bermimpi di saat mata terbuka, gadis sialan!"Desis Malik sinis, dan dalam waktu seperkian detik, kedua bibir Malik yang mengatakan bahwa ia merasa jijik hanya dengan berciuman saja dengan allisya kemarin kini tengah memagut, menghisap, dan mempermainkan bibir mungil Allisya dengan kasar, dan gairahnya yang sudah ada sejak Allisya membalas kata-katanya dengan sinis semakin naik di saat laki-laki itu menyentuh bibir mungil Allisya.

Laki-laki dengan kemunafikkannya, itu Malik. Malik tahu ia telah menjilat ludahnya sendiri.

Sementara seorang wanita yang mengintip sedari tadi dengan dada, dan seluruh organ dalamnya di dalam sana bagai di hantam oleh benda keras, dan tajam merasakan hatinya luar biasa sakit, dan sesak detik ini.

Di saat sekali lagi, ia melihat Malik berselingkuh di depan mata kepalanya sendiri.

"Rasa cinta adalah rasa yang menjijikkan, hanya memberi luka, dan sakit hati untuk diriku."Desis Sarah dengan tawa mengejeknya, dan Sarah segera melangkah menjauhi ruangan penuh luka itu.

Tbc

31-01-2020-07:55

Surrogate Mother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang